Ketika ada beberapa kewajiban yang mesti diselesaikan, terkadang saya merasa bahwa waktu 24 jam itu tidak cukup. Banyak hal yang harus dikerjakan setiap hari. Belum lagi ketika mudah sekali terdistraksi dengan gangguan dari luar.
Ada banyak faktor yang membuat seseorang kewalahan dalam manajemen waktu. Di buku Make Time ini, Jake Knapp dan John Zeratsky mengelompokkan 2 jenis hal pencuri waktu tersebut dengan istilah iring-iringan kereta sibuk dan kolam tak bertepi.
Ketika membaca 2 istilah yang digunakan oleh penulis ini, saya agak heran. Rasanya agak asing dengan istilah 'iring-iringan kereta sibuk' yang merujuk pada semua daftar tugas dalam to do list yang menunggu untuk dikerjakan. Atau 'kolam tak bertepi' yang menunjukkan gangguan notifikasi dari gadget yang sering kali membuat kita terhanyut.
Mungkin karena ini buku terjemahan, jadi kurang relate saja dengan istilah yang digunakan. Tapi okelah. Sampai di situ, sepertinya saya masih paham dengan apa yang dimaksud oleh penulis.
Jadi, iring-iringan kereta sibuk membawa kita dari satu kesibukan, ke kesibukan yang lain. Tanpa menimbang bahwa kesibukan tersebut adalah sesuatu yang sepadan dengan waktu yang kita keluarkan. Produktif itu nggak berarti harus super sibuk, yang ada malah kita bisa burnout karena terjebak dalam toxic productivity.
Hal yang memiriskan, ketika sepanjang hari sibuk bekerja namun waktu istirahat hanya kita gunakan untuk tenggelam bersama gadget. Entah untuk berselancar di media sosial, main game, atau nonton serial Netflix secara impulsif.
Akibatnya, waktu untuk quality time bersama dengan keluarga menjadi berkurang. Mengerjakan proyek yang selama ini selalu tertunda pun hanya menjadi angan-angan yang tidak pernah terselesaikan.
Solusinya adalah 'make time' dengan menyingkirkan iring-iringan kereta sibuk dan kolam tak bertepi. Ada empat kata kunci yang ditawarkan, yakni sorotan, laser, renungan, dan energi.
Untuk make time, kita harus membuat sorotan berupa highlights yang menjadi prioritas kita setiap hari. Kemudian jadilah seperti sinar laser yang berfokus pada sorotan yang telah kita tetapkan agar kita nggak mudah terdistraksi.
Selanjutnya adalah bagaimana membangun energi agar kita tetap bisa memegang kendali atas perhatian dan waktu yang kita punya. Terakhir, membuat renungan sebagai bahan evaluasi.
Secara umum, buku ini cukup insightful. Mungkin kekurangannya hanya ada di terjemahan yang masih sedikit kaku dan terkesan monoton ketika dibaca. Tapi bagi kamu yang tertarik pada bahasan produktivitas, buku Make Time ini tidak ada salahnya untuk dibaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Di Tengah Budaya Skimming saat Membaca, Masih Perlukah Menulis dengan Rasa?
-
Ulasan Buku 5 Dosa dalam Mengelola Keuangan: Hindari Ini Biar Nggak Boncos
-
Ulasan Buku Cantik itu Ejaannya Bukan Kurus: Kiat Pede Meski Bertubuh Gemuk
-
Cuan Lewat Hobi Menulis di Buku 'Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini'
-
Ulasan Buku Living With Purpose, Menjalani Karier Sesuai Nilai Kehidupan
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Cara Cepat Memperbaiki Mood,' Solusi Ampuh Biar Nggak Moody
-
Jebakan Ingatan dari Pengidap Alzheimer dalam Catatan Harian Sang Pembunuh
-
Buku Besar Peminum Kopi, Belajar Teknik Catur Melalui Fiksi Andrea Hirata
-
Cara Menghadapi Orang yang Menyebalkan dalam Buku 'Orang Sulit'
-
Hasil Kolaborasi, Ini 4 Rekomendasi Buku yang Ditulis Lebih dari 1 Penulis
Ulasan
-
Menyelami Dunia Fantasi dalam Novel The Girl Who Fell Beneath the Sea
-
Review Film Presence, Sajikan Horor Baru dari Sudut Pandang Hantu
-
Ulasan Novel Murder Takes A Vacation: Perjalanan Wanita Tua Pemenang Lotre
-
Ulasan Novel Smash!: Perjodohan Berujung Cinta Segitiga yang Rumit
-
Kehangatan Semangkuk Sup dan Kekuatan Berbagi dalam Novel Thank You, Omu!
Terkini
-
Kabar Bahagia! Gummy dan Jo Jung Suk Umumkan Kehamilan Anak Kedua
-
Lagu Golden Kpop Demon Hunter Tempati Posisi 1 di Streaming Rapid Oricon
-
4 Sunscreen dengan Hasil Akhir Glass Skin, Harga di Bawah Rp160 Ribuan!
-
Timnas Filipina dan 3 Alasan Piala AFF U-23 Edisi 2025 Tak Akan Terlupakan oleh Mereka
-
Sound Horeg dan Dinamika Budaya Populer di Era Digital