Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Thomas Utomo
Ilustrasi cover novel Teruslah Bodoh, Jangan Pintar (Dokumentasi Pribadi/Thomas Utomo)

Teruslah Bodoh, Jangan Pintar adalah novel teranyar Tere Liye, terbit Februari 2024. Harga banderol nyaris pas Rp 100.000, tapi bisa jadi lebih murah jika ikut pre-order (bukan sedang ngiklan lho, hehehe).

Seperti novel Tere Liye lainnya, novel ini pun terbilang tebal, yakni 375 halaman. Tapi jumlah halaman tersebut akan jadi angka belaka ketika kita mulai menekuri halaman demi halaman awal. Kita akan tersedot pusaran cerita dan terus membaca hingga halaman terakhir.

Adalah sekelompok aktivis lingkungan yang gerah dengan fakta di area sekitar pertambangan: Terjadi penggusuran rumah warga secara masif dengan harga kompensasi yang kecil, perusakan alam secara gila-gilaan, bayi-bayi yang terlahir cacat akibat limbah tambang dibuang serampangan tanpa mempedulikan sekitar, anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami penyakit kulit serius, dan banyak lagi dampak negatif lain. Juga pemalsuan dokumen oleh raksasa pemilik tambang lewat jalan suap-menyuap aparat.

Para aktivis yang terdiri dari sutradara film idealis, penulis ternama, mantan wartawan, pemilik lembaga bantuan hukum, dan seorang misterius mengugat ke pengadilan akan keburukan konsesi tambang tersebut.

Hal ini menjadi isu nasional, karena tambang yang disoroti lebih dari satu, semuanya bermasalah, dan semuanya milik taipan bisnis bernama Tuan Liem. 

Isu ini mencuat menjelang pagelaran pemilihan presiden. Maka isu ini menjadi salah satu 'asongan dagangan' satu kandidat (sebetulnya, karena terpaksa). Dia berjanji akan menyelesaikan kasus ini jika terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia. 

Tatkala yang bersangkutan lolos sebagai pemenang kontestasi pemilihan umum, tim khusus untuk menangani kasus ini pun segera dibentuk. Anggota tim diambil dari kalangan profesional, pilihan rakyat.

Dimulailah proses dengar pendapat antara penggugat serta pihak tergugat. Masing-masing memaparkan bukti serta saksi. Dari pihak tergugat, yakni PT Semesta Mineral and Minnings, bukti maupun dokumen legal yang dimiliki, lengkap sekali. Kendati mayoritas, pseudo belaka, dibeli dengan mengangkangi hukum dan melancarkan suap.

Hal yang menarik dari novel ini adalah latar tempat cerita. Sebetulnya, semua bermula dan berpusat dari ruangan kecil, tempat para tim pencari fakta berjumpa dengan penggugat maupun tergugat. 

Segi menarik berikutnya adalah alur cerita yang dinamis, karena bisa maju-mundur, lalu melompat ke titimangsa berbeda.

Di banyak tempat, seperti ciri khas novel Tere Liye, ada banyak wawasan yang bisa dicerap pembaca, wabil khusus seputar dunia tipu-tipu pebisnis tambang di kancah nasional maupun internasional. 

Dan yang paling menarik adalah ending novel ini. Mengagetkan tapi seandainya terjadi (di Indonesia) akan sangat baik saking memuakkannya.

Bacalah novel ini. Kita akan menemukan relevansinya dengan isu pemilihan presiden 2024 dan bisa tergerak untuk mengambil putusan terbaik, Insyaallah.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Thomas Utomo