Membaca buku merupakan sarana yang tepat bagi setiap orang untuk menambah wawasan atau ilmu pengetahuan. Namun sayangnya, meski membaca buku menjadi salah satu cara efektif untuk memperkaya keilmuan kita, tak semua orang mau melakukannya.
Bahkan, membaca buku, di era sekarang mungkin dianggap hal aneh yang hanya membuang-buang tenaga dan waktu. Mungkin orang berpendapat, daripada membaca buku lebih baik bekerja untuk mencari uang saja.
Padahal bila kita merenungi, membaca buku sama pentingnya dengan bekerja mencari uang. Karena bekerja pun membutuhkan ilmu pengetahuan yang bisa diperoleh melalui buku-buku.
Sebenarnya, ada begitu banyak waktu bila kita memang berniat ingin rajin membaca. Misalnya, di sela-sela pekerjaan saat jam istirahat, kita bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk membaca.
Sebelum tidur atau sebelum berangkat kerja, kita juga bisa meluangkan waktu beberapa menit untuk membaca. Intinya, tak ada orang yang tak memiliki waktu buat membaca. Semua tergantung pada masing-masing individu. Bagaimana cara mengatur waktunya dengan baik. Kapan waktu bekerja, kapan waktu beribadah, berkumpul keluarga, kapan waktu untuk membaca, dan seterusnya.
Dalam buku ‘Seni Membaca Buku’ (penerbit Andi, Yogyakarta) diungkap bahwa persoalan utama masyarakat kita sekarang ini bukan lagi terletak pada soal ‘tidak bisa membaca,’ tetapi pada soal ‘tidak mau membaca.’ Ternyata, ‘melek huruf’ itu tidak identik dengan ‘melek hati,’ atau ‘melek pikiran.’
Buktinya, banyak dari masyarakat kita, yang sekalipun sudah bisa membaca, minat membacanya sangat rendah. Ini terjadi tidak hanya di kalangan masyarakat umum, tetapi juga di kalangan para pelajar, mahasiswa, guru, bahkan dosen dan akademisi, yang mestinya dekat dengan aktivitas membaca (hlm. 3).
Perlu digarisbawahi di sini bahwa memiliki kebiasaan membaca buku saja belumlah dianggap cukup. Sebab, kita harus berusaha memilah dan memilih buku-buku yang baik. Selanjutnya kita juga dituntut untuk berusaha memahami buku yang kita baca dengan baik dan bijaksana.
Secara individual, orang yang mampu membaca buku dengan baik adalah orang yang biasanya berpikir baik; dia memiliki dasar pendapat yang baik. Dia juga memiliki batu ujian yang tepat dan terukur ketika menilai, mempertimbangkan dan mengambil suatu keputusan (hlm. 12).
Terbitnya buku karya Iswara Rintis Purwantara ini layak diapresiasi. Buku ini penting dibaca sebagai upaya bagi siapa saja agar berusaha memahami pentingnya membaca buku dan menjadikan membaca sebagai budaya baik yang tak boleh ditinggalkan.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Belajar Menulis ala Arswendo: Mengarang Itu Gampang!
-
Berbagai Cerita di Ibukota, Ini 4 Rekomendasi Novel Berlatar Kota Jakarta
-
Nasihat Bijak Seorang Ibu pada Anaknya dalam Buku 'Mata yang Indah'
-
Ulasan Buku Seni Mengendalikan Emosi, Pentingnya Kecerdasan Emosional!
-
Ulasan Buku 'Her Name Is', Memperjuangkan Hak-Hak yang Dimiliki Perempuan
Ulasan
-
The Blanket Cats: Novel Cozy yang Sayangnya Kurang Menyentuh
-
Saat "Bumi Cinta" Naik Layar: Mampukah MD Pictures Menjaga Magisnya?
-
Yang Doyan Musik Sini Kumpul! Reunian Bermusik dalam Film Blur - To the End
-
Buku Rahasia Napas untuk Ketenangan Hidup, Solusi Bagi yang Suka Cemas!
-
Review Film The Old Guard 2: Aksi Abadi yang Terasa Hampa
Terkini
-
Manga Black Clover Comeback! Tiga Chapter Baru Siap Dirilis 12 Agustus 2025
-
Suka Berulah Akhir-Akhir Ini, Honda Beneran Mau Rekrut Jorge Martin?
-
Mercedes Kepincut Max Verstappen, George Russell Enggan Perpanjang Kontrak?
-
GegerIsu Naturalisasi, Media Vietnam Berikan Contoh Hukuman yang Bisa Didapatkan Malaysia
-
A-1 Pictures Rugi Jutaan Dolar, Nasib Anime Solo Leveling Dipertanyakan