Ada banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang mengidap depresi dan gangguan dalam kesehatan mental. Salah satunya adalah rendahnya harga diri (self-esteem).
Hal inilah yang kemudian menjadi premis utama dalam buku berjudul 'Aku Masih Belum Mengenal Diriku Sendiri' ini, yang ditulis oleh Hur Ji-Won.
Meskipun pembahasannya seputar kesehatan mental secara umum, namun penulis meninjau akar permasalahan tersebut di balik rendahnya harga diri seseorang.
Pembahasan itu kemudian akan dirunut dalam kajian neurosains dan psikologi klinis.
Sisi neurosains inilah yang menurut saya menjadikan buku ini unik. Alih-alih memandang kesehatan mental sebagai sesuatu yang sensitif dan emosional, kita bisa memandangnya sebagai permasalahan yang berkorelasi dengan cara kerja otak.
Perspektif neurosains ini membuat kita bisa berpikir rasional saat sedang merasa tidak baik-baik saja. Sehingga tidak terlalu menyalahkan diri sendiri atas kondisi tidak ideal yang terjadi.
Di sini penulis banyak sekali memberikan contoh-contoh kasus yang pernah dialami oleh pasiennya.
Narasi yang dibawa pun juga tidak terkesan menggurui. Sebab penulis pun pernah berada di posisi yang sama sebagai pengidap depresi.
Buku ini terdiri atas 5 bab yang semuanya menekankan tentang pentingnya keberpihakan pada diri sendiri. Terlebih ketika harga diri yang rendah membuat kita selalu berpikiran negatif.
Mulai dari berusaha tapi tak memaksakan diri, menerima diri sendiri, melawan kecenderungan perfeksionis, mencari makna, dan tidak menjelek-jelekkan diri sendiri.
Saya pikir, buku ini adalah salah satu buku bertema kesehatan mental yang cukup seimbang dalam memaparkan sains, studi kasus, hingga saran-saran bagi pembaca.
Ada banyak penghiburan yang disampaikan oleh penulis. Di antaranya adalah kutipan dari perkataan Sigmund Freud bahwa tidak ada orang yang benar-benar "normal" atau keluarga yang benar-benar bahagia.
Jika hari ini kita sakit, tidak apa-apa. Toh itu bagian dari ketidaksempurnaan hidup. Rangkullah kesakitan itu pelan-pelan. Kita masih punya waktu untuk mengobatinya
Jika kita menderita karena kekurangan cinta dan luka pengasuhan, maka menemukan cinta dan reparenting terbukti bisa membuat kita pulih dalam beberapa tahun.
Intinya jangan menyerah dalam memahami diri sendiri. Bersama buku ini, kamu akan menemukan kalimat-kalimat yang bisa menghangatkan hati. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Review Senja Yang Tak Lagi Jingga: Memecah Batas dengan Kata-Kata Indah
-
Ulasan Buku Pribadi Muhammad: Sisi Terdalam Manusia di Diri Nabi Muhammad
-
Don't Let Your Mood Become Your Attitude: Belajar Mengolah Emosi yang Baik
-
Rawan Stres, RSUD Gelar Tes Kesehatan Mental Gratis untuk Petugas KPPS Pemilu
-
Review Buku Viola: Perjuangan dan Keberanian Melawan Stigma Pembullyan
Ulasan
-
Honeymoon Express: Cinta yang Akhirnya Menemukan Tujuannya
-
Coban Srikandi Tumpang: Trip Singkat Penuh Petualangan!
-
Garis Merah di Rijswijk: Benang Luka yang Menyambung Rumah
-
5 Tablet Android 1 Jutaan Terbaik 2025: Murah tapi Kualitas Nggak Murahan!
-
'Menuju Pelaminan', Film yang Bikin Sinefil Paham, Nikah Nggak Cukup Cinta
Terkini
-
Bikin Tak Bisa Berkedip! Ini 4 Dress Raisa yang Bikin Look Makin On Point
-
Rekap French Open 2025 Day 3: Wakil Indonesia Berguguran, Tersisa Tiga
-
4 Moisturizer Korea dengan Vitamin C, Ampuh Atasi Wajah Kusam dan Flek Hitam
-
8 Tahun Pernikahan Kandas, Raisa Akhirnya Gugat Cerai Hamish Daud
-
PSM UAJY Kembali Harumkan Nama Indonesia di Panggung Internasional