Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana perasaan seorang pembunuh akan apa yang telah dilakukannya? Atau apa yang ada dalam pikirannya? Bagaimana pula jika pembunuh itu tengah mengidap penyakit Alzheimer?
Catatan Harian Sang Pembunuh berisi catatan-catatan yang ditulis oleh seorang pembunuh berantai yang telah didiagnosis Alzheimer. Mempertahankan ingatannya, mengingat siapa yang telah dibunuhnya dan merencanakan untuk membunuh seorang pria yang bernama Park Ju-tae. Park Ju-tae adalah pria yang akan menikahi anak perempuannya yang bernama Kim Eun-hee. Merasakan kehadiran Park Ju-tae dapat membawa ancaman bagi nyawa putrinya, dalam hari-harinya di tengah melawan diri yang terus kehilangan ingatannya, ia merencanakan pembunuhan kepada pria yang akan menjadi menantunya itu.
Menarik bagaimana pembunuh berantai ini ternyata memiliki pekerjaan yang bagus, namun karena pekerjaannya ini pula ia mempunyai celah lebih besar untuk membunuh. Dokter hewan. Pembunuh berantai ini merupakan seorang dokter hewan yang pengetahuannya akan obat-obatan menjadikannya lebih mudah menggunakannya dan lebih leluasa untuk melancarkan aksinya. Bukan hanya itu, ketertarikannya akan dunia sastra juga menarik perhatian saya. Beberapa kali ia mengutip tulisan Nietzsche. Namun, mengerikan juga membayangkan seorang pembunuh yang telah mengambil paksa nyawa banyak orang tengah membuat puisi terkait aksi pembunuhannya. Ia melakukannya dan puisinya mendapat pujian dari sang guru yang tentu saja tanpa disadari oleh gurunya bahwa puisi itu berbicara mengenai kenyataan.
Mengikuti dinamika kehidupan pembunuh berantai yang telah berusia 70 tahun ini membuat saya turut frustasi dan kebingungan. Catatan Harian Sang Pembunuh bukanlah sebuah novel yang mengajak pembacanya untuk mengulik kembali kejadian di masa lalu untuk menyelesaikan segalanya secara runtut. Novel yang tidak memiliki banyak dialog di dalamnya ini benar-benar hanyalah kumpulan catatan sang pembunuh. Pembaca tidak akan mengetahui bagaimana nasib akhir pembunuh secara jelas, pembaca hanya akan dibawa melihat sudut pandangnya, melihat kesalahan asumsi dan catatannya sendiri dikarenakan penyakit yang dideritanya.
Meskipun begitu, buku ini juga mengejutkan saya ketika fakta terungkap, ketika kesalahan pada pikiran sang pembunuh diucapkan dengan lantang. Plot twist yang disuguhkan berhasil membuat saya terperangah dan jangan berharap terlalu tinggi dengan akhir ceritanya karena akhir cerita yang ada seolah-olah hanya dibiarkan begitu saja.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Kisah Kasih Remaja dalam Komik Love Letter Karya Nandya Sekarlita
-
Rentetan Kebohongan dalam Buku Genuine Fraud Karya E. Lockhart
-
Memahami Anoreksia Nervosa Lewat Buku Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim
-
Menyelami Dunia Pertanian lewat Novel Bentala Sella Karya Akaigita
-
5 Rekomendasi Buku dari Lima Negara Berbeda, Jalan-jalan Lewat Bacaan!
Artikel Terkait
-
Pesan Satire dari Buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi Karya Joko Pinurbo
-
Ulasan Buku Kepingan Supernova, Kutipan Pilihan di Novel Karya Dee Lestari
-
Sinopsis Film Adbhut, Aksi Nawazuddin Siddiqui Menyelidiki Kasus yang Rumit
-
Ulasan Buku Daya Pikat Guru, Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa
-
Parenting Minim Tantrum dengan Neurosains dari Buku 'The Whole Brain Child'
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
Tayang di Noice! 'Film Gak Nikah Gapapa Kan?' Bakal Mengaduk-aduk Emosimu
-
4 Mix and Match Blazer Anti-Boring ala Noh Sang Hyun, Gaya Makin Macho!
-
Rektor UI Harumkan Indonesia: Penghargaan Tohoku University Lengkapi Lompatan UI di Peringkat Dunia
-
Suporter SMAN 3 Cibinong Panaskan Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Aksi Seru dan Komedi Berpadu, Prime Video Bagikan Trailer Film Playdate