Bagaimana rasanya berada dalam sebuah perjalanan namun tiba dalam dimensi waktu yang berbeda? Itulah yang terjadi pada Raden Ilyas Aditya, seorang astrofisikawan alumni Columbia University. Ilyas terperangkap di sebuah wormhole yang menghubungkannya ke masa depan.
Segalanya dimulai kala Ilyas berada dalam perjalanan pulang dari kota New York menuju Jakarta. Saat berada di pesawat, tiba-tiba terjadi turbulensi karena pesawat tersebut bertubrukan dengan sebuah awan besar.
Tapi siapa sangka, ternyata awan tersebut adalah sebuah wormhole. Secara saintis, wormhole (lubang cacing) ini bisa menjadi lorong yang menghubungkan dua dimensi waktu yang berbeda.
Saat pesawat yang dikendarai Ilyas memasuki wormhole, ia yang berada di tahun 2015 tiba-tiba mendarat di bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2040.
Konsekuensi dari peristiwa tersebut membawa banyak kenyataan pahit bagi Ilyas. Ia gagal menikah dengan Alisa, kekasihnya. Dan satu hal yang membuat Ilyas begitu sedih adalah tidak bisa lagi menjumpai ibunya karena telah meninggal beberapa tahun silam.
Maka dengan segala kapasitas keilmuwan yang ia miliki, Ilyas berusaha memecahkan teka-teki tentang mengapa ia terperangkap di masa depan. Ia juga mencari tahu cara agar bisa kembali ke tahun 2015 agar bisa kembali menjalani kehidupan yang normal.
Secara umum, ide cerita yang diangkat dalam novel berjudul 'Destination: Jakarta 2040' ini cukup unik. Novel karya Mashuri ini mengangkat sebuah premis yang tak biasa mengenai time travel namun berlatar di kota Jakarta.
Sebuah novel dengan genre fiksi sains yang barangkali masih jarang diangkat oleh penulis lokal. Apalagi di dalamnya penulis cukup berani membahas beberapa teori fisika yang barangkali belum banyak dipahami oleh pembaca awam . Teori sains yang kemudian dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik untuk disimak.
Namun sayangnya, saya menemukan beberapa plot-hole yang agak mengganggu. Misalnya saat Ilyas bangun dari koma selama 2 bulan.
Tiba-tiba saja ia bisa bangkit dan berbicara layaknya orang normal. Ia mampu berdiri dan berjalan menelusuri lorong rumah sakit yang sebenarnya mustahil dilakukan oleh seseorang yang baru saja siuman dari kondisi kritis.
Saat mengurai beberapa konsep fisika demi kepentingan penelitian, kelihatannya memang masuk akal. Tapi di dalam cerita ini, segalanya terkesan dipaksakan dan seolah-olah dapat direalisasikan dengan mudah.
Secara mendadak, Ilyas mendapatkan 'ilham' untuk memecahkan kasus lewat mimpi. Tiba-tiba juga mesin canggihnya sudah selesai. Dan secara kebetulan, segala elemen yang mereka butuhkan demi menyelesaikan misi perjalanan kembali ke tahun 2015 bisa terselesaikan dengan mudah. Sebagai fiksi sains, saya rasa novel ini masih butuh riset yang lebih mendalam.
Tapi terlepas dari beberapa kekurangan, saya tetap salut dengan usaha penulis dalam mengeksekusi cerita dengan genre yang lumayan sulit ini. Bagi pembaca yang tertarik dengan pembahasan time travel, Destination: Jakarta 2040 ini layak untuk masuk di daftar bacaan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Badan Intelijen Sekolah', Ungkap Misteri Pembunuhan Berantai
-
Ulasan Buku Hati Tak Bertangga, Rahasia Hidup Tenang dan Bahagia
-
3 Rekomendasi Buku yang Dapat Membantu Mengelola Keuanganmu
-
Review Buku Nenek Buta dan Gerilyawan Karya Bunratri: Semangat Kemerdekaan
-
Refleksi Hidup dan Waktu dalam 'Funiculi Funicula': Sebuah Ulasan Mendalam
Ulasan
-
Menguliti Dilema Moral di Balik Series I Love You My Teacher
-
Review Film Wicked - For Good: Manis Kendatipun Kurang Magis
-
Drama Dunia Gaib yang Menguak Kenyataan Pahit dalam Novel Karya Titah AW
-
Ulasan Film Emergency Declaration: Teror di Langit dan Pertaruhan Nurani
-
Review Film Pesugihan Sate Gagak: Serunya Nonton Trio Kocak, Gokil Banget!
Terkini
-
Banjir Kritik Bela Timnas Indonesia, Rafael Struick: Saya Tak Peduli Omongan Orang
-
Kantongi CCTV Dugaan Perselingkuhan Suami dan Inara Rusli, Mawa: Itu Zina Besar!
-
Umumkan Kehamilan di Usia 4 Bulan, Al Ghazali: Aku Nggak Mau Dahului Allah
-
Ironi Baru Sinema: Bioskop Kian Sepi di Tengah Ramainya Platform Streaming
-
Solo Activity Bukan Tanda Kesepian, tetapi Bentuk Kemandirian Emosional