Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Akramunnisa Amir
Sampul Buku Berdamai dengan Air Mata (ipusnas)

Saat kita merasa sedih, seringkali kita butuh ruang untuk 'merayakan' kesedihan tersebut. Adanya akses bagi kita untuk memvalidasi setiap emosi yang keluar dari sebuah kesedihan tentu akan membuat proses penyembuhan hati yang terluka akan semakin mudah.

Salah satu medium yang bisa kita gunakan untuk merayakan sebuah kesedihan adalah dengan menyalurkannya lewat sebuah puisi. Dengan menulis sebuah puisi, kita akan lebih leluasa dalam menyampaikan segala perasaan yang kita miliki.

Salah satu buku puisi yang merangkum berbagai macam kesedihan yang dialami oleh penulisnya adalah buku berjudul 'Berdamai dengan Air Mata'. Buku ini adalah buku kumpulan puisi karya Ahmad Sulton Ghozali yang terbit pada tahun 2021.

Sebagaimana judulnya, buku ini memuat puisi-puisi tentang seseorang yang berusaha untuk berdamai dengan air mata atau kesedihan yang ia alami. Baik saat sedang merasa kecewa, patah hati, dan terpuruk karena sebuah perpisahan. Contohnya puisi berjudul Tentang Penyair yang Ditinggalkan Kekasihnya berikut.

Pijak basah di lantai, genang membayang biru
Membentuk rupanya yang berselimut pilu
Senja mengutuk dengan segala belenggu:

"Sengsaralah kau sampai tercabut dari ragamu!"

Sang penyair semakin nampak muram
Walau langit tak lagi berpangku suram
Sedang bunyi katanya ditelan angin malam
Rimanya tak beraturan bahkan menghitam
(Halaman 64)

Hal yang saya sukai dalam puisi di atas adalah kepiawaian penulis dalam memilih diksi yang tepat. Tidak hanya sekedar menggambarkan suasana hati yang getir dan kelam, tapi kesesuaian pemilihan katanya berhasil membentuk rima yang enak dibaca. Hal tersebut tentu menambah nilai estetika dari puisi-puisi yang ada dalam buku ini.

Hanya saja, keunggulan dari estetika bahasa yang digunakan penulis menurut saya sedikit mengurangi kedalaman makna yang mampu digali oleh pembaca. Menyimak keseluruhan puisi yang ada di dalam buku ini memang bisa memantik perasaan simpati dengan seluruh kesedihan yang dialami penulis. Akan tetapi, perasaan itu hanya sampai pada ranah simpati tersebut. Saya belum bisa menjiwai segala kehampaan yang telah dilukiskan dengan sangat indah oleh penulis.

Tapi secara umum, buku puisi ini lumayan menarik. Berdamai dengan Air Mata adalah sebuah buku puisi yang bisa mengajak pembaca untuk mengekspresikan segala rupa kesedihan dengan cara yang lebih bermakna.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Akramunnisa Amir