Buku 'Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya' karya Khoirul Trian adalah sebuah karya yang berhasil menyentuh hati banyak pembaca, terutama di kalangan Gen Z.
Buku ini telah menjadi 'best seller' di Gramedia, dan tak heran, sebab ceritanya sangat relevan dengan realitas kehidupan masa kini, terutama bagi mereka yang sedang mencari arah dan tujuan hidup di tengah kesulitan.
Cerita dalam buku ini berpusat pada seorang anak yang kehilangan figur ayahnya, seseorang yang ia anggap sebagai nahkoda hidupnya.
Ketika sang ayah tiada, ia merasakan ketidakpastian yang mendalam, seperti seorang pelaut yang kehilangan kompas di tengah lautan.
Buku 'Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya' ini terdiri dari lima bab yang masing-masing dirancang dengan sangat cermat untuk mengajak pembaca merenung, merasakan, dan belajar mengikhlaskan.
Setiap bagian dalam buku ini menyajikan kisah yang mendalam dan reflektif, mendorong pembaca untuk menghadapi berbagai emosi, mulai dari kesedihan, kebingungan, hingga penerimaan.
Perasaan kehilangan ini membawa pembaca pada perjalanan emosional yang penuh dengan rasa kesepian, ketidakpastian, dan kebingungan.
Khoirul Trian berhasil menggambarkan beratnya hidup tanpa arahan dari seseorang yang menjadi panutan, dan bagaimana seseorang harus tetap bertahan dan melanjutkan hidup meskipun tanpa dukungan yang diharapkan.
Meski kehilangan arah, tokoh utama dalam buku ini tetap berjuang untuk menemukan jalan dan makna hidupnya sendiri. Gaya penulisan Trian yang puitis namun lugas membuat pembaca dapat merasakan setiap emosi yang dialami oleh tokoh utamanya.
Kata-kata yang ia pilih berhasil menyampaikan nuansa kesedihan, keraguan, sekaligus harapan yang tersembunyi dalam setiap halaman.
Buku ini juga mengandung banyak kalimat inspiratif yang mudah dipahami, terutama oleh kalangan Gen Z, sehingga terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Secara keseluruhan, 'Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya' tidak hanya menyajikan kisah tentang kehilangan, tetapi juga tentang kekuatan untuk terus melangkah meskipun hidup terasa tanpa tujuan yang jelas.
Ini adalah sebuah pengingat bahwa meskipun hidup tidak selalu memiliki arahan yang pasti, setiap individu memiliki kekuatan untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bahkan di tengah kekosongan yang terasa.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Novel The Boldest White: Mengajarkan Anak Menjadi Pemimpin Lewat Kebaikan
-
Buku The Proudest Blue: Ketika Hijab Jadi Simbol Keberanian dan Identitas
-
Pelajaran Berharga di The Kindest Red: Kebaikan Bisa Dimulai dari Hal Kecil
-
We Are Water Protectors, Buku Anak yang Menyuarakan Kelestarian Lingkungan
-
Ulasan Buku "Door", Membuka Pintu Misterius untuk Menuju ke Dunia Ajaib
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Happy Ending Machine: Ketika Mencintai Orang yang Salah
-
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam: Melawan Tradisi Kawin Tangkap
-
Menguak Sisi Gelap Masyarakat Elitis dalam Novel Ferris Wheel at Night
-
Modal Ngeblog Bisa Sampai Yurop: Rahasia Jalan-Jalan Gratis dari Menulis
-
Absurdisme Hidup dalam Novel The Stranger Karya Albert Camus
Ulasan
-
Review Film Look Back, Nostalgia terhadap Cita-cita Masa Muda
-
Review Film Drowning Dry: Tentang Menyelami Luka dan Mengulang Ingatan
-
Review 28 Days Later, Film Cillian Murphy yang Mendobrak Genre Horor-Zombi
-
Review Film The Home: Horor Lansia yang Kacau Balau
-
Ulasan Buku If You Opened the Door: Menguak Batasan Dunia Imaji dan Realita
Terkini
-
BRI Super League: Persib Bandung Siap Ladeni Western Sydney Wanderers
-
Soobin TXT Ajak Kita Berkendara Santai di Lagu Solo Terbaru, Sunday Driver
-
Jorge Lorenzo Bongkar Kelemahan Marc Marquez: Kadang Dia Terlalu Ambisius
-
5 Rekomendasi Tempered Glass yang Siap Lindungi Layar HP Kamu
-
Bukan Hanya Filosofi Bermain, 3 Warisan STY di Timnas Indonesia U-23 Kini Mulai Memudar