Menuju(h) adalah sebuah buku antologi cerpen yang ditulis oleh Aan Syafrani, Iru Irawan, Mahir Pradana, Maradilla Syachridar, Sundea, Theoresia Rumthe, dan Valiant Budi.
Awalnya saya mengira bahwa tema yang diangkat adalah cerita seputar romansa, tapi ada beberapa cerpen yang juga memuat tema slice of life.
Hal yang membuat buku ini unik adalah konsepnya yang menjadikan nama-nama hari yang mengikat antara satu cerita dan cerita lainnya.
Selain itu, setiap penulis menyajikan dua cerpen dengan dua sudut pandang berbeda dalam cerita yang sama.
Biasanya konsep seperti ini ditemukan dalam novel dengan cerita yang lebih kompleks. Tapi kali ini, penyajian 2 POV yang memungkinkan pembaca untuk mengeksplor kedalaman karakter tokoh bisa ditemukan dalam cerpen di buku ini.
Menuju(h) dimulai dari cerpen berjudul Seninku Selingkuh dan Seninmu Kuselingi. Bercerita tentang seorang cowok bernama Satria yang punya jam kerja yang berbeda dengan kebanyakan orang.
Saat orang-orang membenci hari Senin karena harus memulai aktivitas setelah akhir pekan, Satria yang bekerja sebagai supervisor dengan agenda akhir pekan yang padat justru menjadikan Senin sebagai hari liburnya.
Tapi yang namanya hari Senin, tampaknya tetaplah menjadi hari yang horor. Tak terkecuali bagi Satria. Dalam cerpen ini, Satria harus berakhir pada hubungan romansa yang apes dan ngenes tepat di hari Senin karena dikhianati oleh pacarnya sendiri.
Adapun pada bagian penutup ada cerita tentang Solo Stranger dan Solo Stalker, yakni tentang Aimee dan Wega yang menjalin hubungan lewat berbalas email.
Namun sayangnya, hubungan mereka tidak berkembang ke mana-mana. Sebab pada dasarnya, mereka hanyalah dua orang asing yang tidak benar-benar saling mengenal di dunia nyata.
Semua cerpen dalam buku ini sebenarnya menarik. Namun saya paling suka dengan cerpen berjudul Kamis: Puk-Puk dan Simak! Kup! Kup! Menilai dari judulnya yang membentuk anagram sudah terlihat begitu unik.
Kisah Amel dalam yang terlibat dengan komplotan penipu menandung homor gelap yang bikin ngakak tapi sebenarnya memiriskan.
Secara umum, seluruh cerpen yang ada di buku ini sangat menghibur. Hampir semua ceritanya cenderung ringan. Meski ada beberapa judul yang mengangkat konflik yang serius, tapi tetap dikemas dengan gaya bernarasi yang sederhana.
Jadi, bagi kamu yang ingin membaca antologi cerpen yang ringan tapi unik, Menuju(h) bisa menjadi salah satu bacaan yang bisa menemani waktu bersantai. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
Ulasan Novel Aroma Karsa: Ambisi Mencari Kejayaan Lewat Teka-teki Wewangian
-
Resensi Novel The Infinite Quest, Kasus Penculikan dan Teknologi Awet Muda
-
Ulasan Novel The Last Love Note: Mengikhlaskan Cinta dan Menemukan Harapan
Ulasan
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
Terkini
-
Masuk BaekSang Awards 2025, When Life Gives You Tangerines Raup 8 Nominasi
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?
-
Sidang Perdana, NewJeans Tolak Tawaran Lanjut di ADOR Tanpa Min Hee-jin
-
Menyusun Kembali Peta Kehidup setelah Lebaran sebagai Refleksi Diri
-
Apa yang Ditinggalkan Pemudik di Kampung Halaman?