"Bapak tahu aku selalu percaya tanda-tanda. Malam tadi, ketika sahabat lama mengirim foto ziarahnya, aku meyakini, Allah menyapaku lagi. Memintaku memulai cerita ini. Menyuruhku menemanimu, dalam keabadianmu yang sepi."
Kalimat di atas saya temukan setelah membuka beberapa lembar di bagian awal. Bermula dari secarik foto yang diyakini sebagai tanda itulah Tasaro GK mulai menulis buku Patah Hati di Tanah Suci ini.
Buku ini merupakan surat panjang Tasaro GK kepada bapaknya. Dengan bahasa menawan, ia menuliskan cerita perjalanannya ke Tanah Suci, tempat yang paling ingin didatangi bapaknya sepanjang hidup.
"Ini kali pertama, akhirnya aku berair mata karenamu. Bukan ketika tarikan napas terakhirmu mengembus persis di depan tatapanku. Tidak juga karena aku tak sanggup melanjutkan kisah ini tanpamu. Akan tetapi, serpihan-serpihan kenangan kecil berhamburan begitu tak kutemukan udara mengembus dari pernapasanmu, ketika nadi kian melemah pada pergelangan tanganmu." (Halaman 1).
Selama membaca buku ini, pembaca digiring begitu larut dalam perjalanan penulis. Menginjakkan kaki di Tanah Suci, mengunjungi sudut-sudut tempat bersejarah, hanyut dalam suasananya, meresapi udara sambil menyaksikan fragmen-fragmen yang ia suguhkan.
Kemudian, di dua bab terakhir, pembaca akan benar-benar dibuat terharu. Seperti klimaks dalam sebuah novel, puncak dari rentetan peristiwa yang penuh makna selama berada di Tanah Suci, ia abadikan pula dalam rangkaian kalimat pengetuk hati.
“Perasaanku tak mudah aku jelaskan. Ketika itu aku masih mencari istilah yang mendekati kebatinanku. Kosong. Semacam jatuh ke dalam lubang dalam yang tak berbentang akar untuk diraih sebagai pegangan. Seperti mencintai bayangan. Semacam matahari merindukan bulan. Aku benar-benar patah hati. Ada rindu yang amat berbeda. Rindu yang membuatku patah hati. Rindu kepada kota yang sesungguhnya baru sesaat aku merasakan hidup di dalamnya." (Halaman 295).
Saya mengakui kepiawaian penulis bercerita dengan diksi yang begitu fasih dan berhati-hati, sehingga membuat pembaca akan ikut merasakan betapa harunya perjalanan yang menjadikan penulis patah hati.
Ada banyak keharuan di dalam buku ini. Terdapat banyak ilmu juga yang bisa didapatkan. Pembahasan hal-hal lain juga cukup dalam. Semisal saat ia berjumpa dengan kawannya (Bang Miqo) di Makkah dan obrolan kemudian memasuki topik tentang kelompok Wahabi.
"Bang Miqo meyakini, tujuan pendirian sekte ini memang untuk memurnikan tauhid. Namun, satu kesalahan inti terbesar dari sekte ini adalah ketika mereka melihat apa yang mereka pahami benar dan harus ditegakkan. Sedangkan apa yang dipahami oleh orang lain adalah salah dan harus dilenyapkan." (Halaman 276).
Jadi, selain memuat perjalanan penulis dalam menunaikan ibadah ke Tanah Suci, buku ini juga berisi pengetahuan dan pemikiran yang sangat menarik untuk disimak. Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Patah Hati di Tanah Suci
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: I, Juli 2018
Tebal: 332 Halaman
ISBN: 978-602-291-411-2
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Menjadi Pendidik yang Mampu Beradaptasi dalam Buku Guru Masa Kini
-
Ulasan Buku 'Tak Apa-apa Tak Sempurna', Berhenti Mengejar Kesempurnaan!
-
Ulasan Buku Jejak Cinta Separuh Jiwa, Ungkap Mudah dan Sulitnya Dapat Jodoh
-
Temukan Pedoman Zen dalam Buku Haemin Sunim, When Things Don't Go Your Way
-
Menikmati Dunia Fantasi yang Ajaib dan Keren dengan Buku 'Wind and Truth'
Ulasan
-
Ulasan Novel Rumah Lentera: Teenlit Yang Nggak Cuma Omong Kosong Remaja
-
Istora Menggema! Kisah Kamil dari Depok Kejar Mimpi Juara di AXIS Nation Cup 2025
-
Review Film Yakin Nikah: Sederhana, tapi Bikin Betah Nonton
-
Rumah Tangga: Mengintip Kehangatan dan Kejujuran di Balik Pintu Keluarga
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
Terkini
-
SMAN 13 Bekasi Amankan Tiket Final ANC 2025 Lewat Kemenangan 20
-
AXIS Nation Cup 2025: Dari Turnamen, Pesta Musik dan Semangat Generasi Muda
-
AXIS Nation Cup 2025: Pertarungan dan Sportivitas Para Juara Futsal Pelajar
-
AXIS Nation Cup 2025: Generasi Juara Futsal Pelajar Indonesia
-
AXIS Nation Cup 2025 Mengguncang GBK Lewat Ultras Para Siswa