Saat kita membaca berita, ada-ada saja kasus kejahatan yang bikin kita bergidik ngeri membayangkan hal tersebut. Entah kasus perampokan, kecelakaan, hingga pembunuhan.
Seiring dengan perkembangan zaman, seolah para pelaku dari kasus tersebut juga semakin kreatif dalam menjalankan modus barunya. Khususnya saat berada di jalan atau fasilitas publik.
Sebagai bentuk kehati-hatian, tidak ada salahnya nih kita mulai menambah wawasan tentang bentuk-bentuk perlindungan diri dan pertolongan pertama saat kita menjadi korban kejahatan . Salah satu buku yang membahas hal tersebut adalah buku berjudul 'Hati-Hati Yaaa'.
Buku karya 15 Sahabat Rumah Oren ini membahas tentang kumpulan kisah inspiratif tentang orang-orang yang selamat dari tindak kejahatan di jalan.
Tapi jangan khawatir, meskipun membahas cerita-cerita dengan tema yang agak suram, tapi ceritanya tetap dikemas dengan gaya bahasa yang santai. Bahkan cenderung kocak dan seru saat disimak.
Di antaranya adalah kisah tentang Nur yang hampir jadi korban jambret di bus Transjakarta karena kepincut dan terpedaya dengan tampang si kang copet yang mirip Nicholas Saputra.
Atau kisah Tante Peni yang jadi korban pencopetan yang di angkot. Kisah Tante Peni ini bagi saya cukup menarik karena keberaniannya untuk melapor ke pihak yang berwajib saat menjadi korban pencopetan. Sebab, ada kecenderungan dalam masyarakat untuk malas repot dengan mendatangi kantor polisi atau saat hendak dijadikan saksi.
Pemikiran bahwa melaporkannya ke pihak kepolisian yang tidak akan mengubah hasil apapun juga masih dimiliki segelintir orang.
Padahal, meskipun kelihatannya tidak mengubah apapun, tapi paling tidak dengan melaporkannya pihak kepolisian mendapatkan informasi tentang adanya kecenderungan tindak kejahatan yang terjadi di lokasi tersebut. Hal ini bisa meningkatkan kewaspadaan dan mencegah terjadinya kasus berulang.
Selain cerita tentang kejahatan yang dialami Nur dan Tante Peni di atas, masih ada cerita lain yang menarik untuk disimak.
Tidak hanya menyajikan cerita pendek yang seru dan kocak, tapi di bagian akhir cerita penulis juga mencantumkan sejumlah tips agar kita tidak mengalami hal yang serupa.
Jadi, bagi yang ingin mencari bacaan ringan namun sarat dengan pembelajaran, buku ini bisa menjadi bacaan menghibur sekaligus meningkatkan kesadaran tentang kewaspadaan saat berada di fasilitas publik.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Betting on You: Sebuah Taruhan yang Menjadi Hubungan Romantis
-
Wisata Petik Buah yang Seru dan Edukatif di Lumbung Stroberi, Malang
-
Novel Daydream: Kisah Cinta Antara Kapten Hoki dan Mahasiswi Berprestasi
-
Ulasan Novel Anggara Kasih: Horor dan Teror Weton Kelahiran Pembawa Maut
-
Buku Hidden Jepang: Tempat Tersembunyi di Jepang yang Tidak Banyak Diketahui
Ulasan
-
Novel Turning Seventeen: Kehidupan Remaja yang Kompleks dan Penuh Rahasia
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Rumah Rindu: Saat Hati Perempuan Menjadi Medan Pertarungan Moral
-
Merasa Lelah? 4 Buku Kesehatan Mental Ini Siap Temani Kamu Pulihkan Diri
-
Review Film Good News: Lucu, Getir, dan Terlalu Jujur
Terkini
-
Style Aesthetic! 4 Padu Padan Daily OOTD Youthful ala Ian Hearts2Hearts
-
WOODZ Umumkan Comeback Gelar Konser Besar Usai Wajib Militer, INDEX_00
-
PSSI Tak Perlu Gengsi, Tawaran dari STY Cukup Bagus untuk Timnas Indonesia
-
Tak Perlu Terlalu Dipaksakan, Matasada Ishii Cenderung Tak Cocok Latih Timnas Indonesia!
-
4 Pilihan Lip Balm Dibekali SPF untuk Cegah Bibir Hitam dan Pecah-Pecah!