Materi seputar pernikahan dan persiapannya adalah suatu tema yang selalu menarik untuk dibahas. Jika Sobat Yoursay adalah seorang muslim yang saat ini sedang mencari referensi terkait pernikahan, buku berjudul 'Road to Akad' karya Mega Saputra bisa memberi inspirasi terkait hal tersebut.
Sebagaimana judulnya, buku ini membahas tentang apa saja yang perlu dipersiapkan saat ingin memutuskan untuk menikah dengan pendekatan sesuai dengan nilai-nilai islam.
Di dalamnya, penulis menjelaskan hal tersebut dalam beberapa bab singkat. Mulai dari cara memperbaiki diri, menjemput jodoh, proses ta'aruf, hingga polemik antara menikah muda dan menikah di usia yang matang.
Namun, sebelum melangkah pada pembahasan tentang persiapan pernikahan, penulis menekankan di awal tentang nasihat agar menghindari pacaran.
Menurut penulis, pacaran adalah sesuatu yang kerap hanya akan membawa kerugian. Khususnya bagi seorang perempuan.
Meskipun orang-orang melakukannya dengan dalih ingin melakukan pendekatan, tetapi aktivitas di dalamnya justru dapat menjerumuskan seseorang pada tindakan yang dilarang oleh norma dan agama.
Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan waktu yang berharga dalam kesendirian untuk meningkatkan kualitas diri. Tidak perlu minder meskipun harus menjadi jomblo bertahun-tahun. Sebab, jomblo itu bukan berarti tidak laku. Tetapi jomblo adalah sebuah pilihan bagi seseorang yang ingin menyibukkan dirinya dengan hal yang berharga dibanding pacaran yang biasanya akan menuntut banyak pengorbanan.
Setelah merasa sudah siap untuk menikah, kita bisa menjemput jodoh lewat jalan ta'aruf. Di sini penulis juga mencantumkan contoh CV yang bisa diisi oleh pembaca yang tertarik untuk melakukan ta'aruf.
Saat ta'aruf ini, hal yang tak kalah penting adalah bagaimana kita melobi orang tua agar mendukung proses tersebut. Namun, sayang sekali, bab tentang cara melobi orang tua ini bagi saya kurang lengkap. Penulis tidak mencantumkan solusi konkret atas tiap masalah yang dihadirkan.
Secara umum, buku ini memang lebih banyak diisi dengan kalimat-kalimat motivasi. Membaca buku ini terkesan seperti sedang mendengarkan nasihat seseorang yang barangkali sudah berpengalaman dalam persoalan pernikahan.
Namun karena dikemas dalam bentuk narasi yang sangat subjektif, maka apa yang dipaparkan oleh penulis bagi saya terasa sedikit menggurui.
Ada beberapa hal yang juga agak mengganggu terkait bagaimana penulis melakukan generalisasi terhadap orang-orang yang jomblo, perempuan, atau mereka yang sedang pacaran. Misalnya apa yang dituliskan pada halaman 95 berikut.
"Sudah menjadi rahasia umum bahwa hati wanita adalah gumpalan darah yang ringkih dalam menerima hunjaman kata cinta dan janji manis pria."
Nah, kalimat di atas terasa sangat mengganjal karena terlalu menyudutkan perempuan. Penulis menggunakan opini pribadinya sebagai sesuatu yang seakan menjadi pandangan yang umum. Padahal mungkin tidak selamanya begitu. Ada juga, kok, perempuan yang ternyata tidak serapuh itu. Laki-laki juga bisa saja menjadi sosok yang bahkan lebih rapuh.
Walaupun tujuan penulis tentunya ingin menegaskan sesuatu yang baik, yakni agar kita sebagai perempuan tidak mudah takluk dengan bujuk rayu lelaki random, tapi ada baiknya narasi yang menyudutkan salah satu gender seperti ini perlu dihindari.
Meskipun agak kurang sreg dalam beberapa bagian, tapi buku ini tetap menyenangkan untuk dibaca. Khususnya bagi orang orang yang barangkali tidak terlalu nyaman dengan bacaan yang berat tapi tetap menginginkan inspirasi tentang persiapan pernikahan.
Jadi, bagi Sobat Yoursay yang ingin membaca buku seputar persiapan pernikahan dengan pembahasan yang ringan, Road to Akad bisa menjadi bacaan pilihan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Review Pride and Prejudice: Cinta Klasik dan Kesenjangan Sosial Elizabeth
-
Ulasan Buku 22 Ways to Self-Love, Cara Praktis untuk Mencintai Diri Sendiri
-
Review Buku Kitty sang Pahlawan Super: Mengatasi Ketakutan dalam Diri
-
Bertemu Sherly Tjoanda, Dedi Mulyadi Minta Izin Nikah Lagi ke Anak: Ayah Boleh Kawin?
-
Pernikahannya Masih Teka-teki, Billy Syahputra Malah Jawab Kabar Vika Kolesnaya Sudah Hamil
Ulasan
-
Fame Cafe Jambi: Suasana Santai, Rasa Juara, Bikin Tak Mau Pulang
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Maksa Penonton Nangis! Film Regretting You Rasa Sinetron Dilengkapi Iklan
-
Review Air Mata Terakhir Bunda: Magenta yang Bikin Mata Menganak Sungai!
-
Review Drama Korea 2025 'Spirit Fingers': Hangatnya Persahabatan dan Kisah Cinta
Terkini
-
Timnas Indonesia U-17 dan Label 'Kalah Terhormat' yang Layak untuk Mereka Sandang
-
Sinopsis Those Days, Drama China yang Dibintangi Tong Yao dan Jiang Xin
-
Akhirnya! KPop Demon Hunters 2 Dikonfirmasi Tayang pada 2029
-
Diterpa Isu Miring, Hamish Daud Akui Baru Pulih usai Operasi di Rumah Sakit
-
Bagikan Trailer Baru, Five Nights at Freddy's 2 Segera Rilis Desember 2025