Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Sampul Buku 22 Ways to Self-Love (Gramedia Digital)

Rasa minder dan insecure terkadang menjadi hal yang membuat seseorang merasa rendah diri. Khususnya perempuan yang sering kali menjadikan dirinya sendiri sebagai objek perbandingan dengan perempuan lain.

Hal ini diperparah dengan adanya media sosial yang semakin memudahkan mereka untuk melihat kehidupan orang lain. Sayangnya, segala postingan media sosial tersebut selalu di-setting ideal sehingga membuat sebagian orang merasa tidak lebih beruntung dibanding yang lainnya.

Jika sudah begini, ajakan untuk self-love atau mencintai diri sendiri adalah hal yang seyogyanya mesti digaungkan kepada orang-orang yang kerap merasa minder dan insecure terhadap hidupnya.

Hal ini kemudian dibahas dalam buku berjudul '22 Ways to Self-Love.' Buku karya Reffi Dhinar ini membahas tentang cara praktis untuk membangun self-love agar seorang perempuan tetap percaya diri untuk menjalani kehidupannya.

Buku ini diawali dengan refleksi kehidupan yang dialami oleh penulis. Khususnya terkait dengan pencapaian-pencapaian yang ingin ia raih. Sebagai seorang perempuan, ia ingin menjadi sosok yang berpengetahuan luas dengan melanjutkan studi di luar negeri.

Untuk mewujudkan cita-citanya, Reffi mempersiapkan banyak hal. Ia ikut kursus bahasa asing, membeli banyak buku tentang persiapan beasiswa, serta belajar tak kenal waktu.

Meskipun ia telah mengorbankan banyak hal, ternyata ia masih gagal. Lalu saat melihat satu per satu teman-temannya berhasil mewujudkan hal yang sama dengan yang dicita-citakan Reffi, ia mulai menyalahkan diri sendiri.

Namun situasi itu tak berlangsung lama. Ia berintrospeksi, berdialog dengan diri sendiri. Apakah memang untuk mewujudkan cita-citanya ia harus kuliah di luar negeri?

Setelah dipikir-pikir, ternyata tidak seperti itu. Sebenarnya passion Reffi ada di bidang kepenulisan. Ia ingin berkarier di bidang tersebut. Dan untuk mewujudkannya, justru akan lebih mudah berkarya jika tetap berada di Indonesia.

Alasan yang mendasari mengapa ia menginginkan lanjut studi di luar negeri ternyata hanya karena melihat teman-temannya melakukan hal yang sama, dan sebatas ingin memenuhi ego jalan-jalan ke banyak negara. Jika ingin  mencapai tujuannya, ada banyak jalan menuju ke sana. Tidak harus kuliah di tempat yang jauh.

Kisah Reffi di atas memberikan insight bahwa kita sebaiknya berhenti membandingkan diri sendiri dan orang lain. Kalau ingin mencintai diri sendiri, tentu kita mesti tahu dulu, apa yang menjadi nilai (value) dari diri kita.

Setelah itu buat sebuah tujuan besar lalu pecah menjadi target-target kecil yang mudah untuk diraih. Setiap target yang selesai bisa kita rayakan dengan self reward. Hal-hal seperti ini akan membuat kita sibuk sehingga tidak lagi punya waktu untuk menengok kehidupan orang lain.

Selain bab tentang berhenti membandingkan di atas, masih ada 21 panduan untuk self-love yang dijelaskan oleh penulis. Panduan ini dibagi atas 3 bab besar, yakni tentang hidup dan problematikanya, perempuan dan pekerjaan, serta perempuan dalam hubungan.

Pada intinya, semua ajakan untuk mencintai diri sendiri ini mencakup bagaimana kita mampu untuk menerima diri sendiri, manajemen emosi, menetapkan batasan-batasan pada diri sendiri dan orang lain, serta proaktif untuk menambah keahlian.

Secara umum, apa yang dipaparkan oleh penulis cukup inspiratif. Pembahasannya dikemas secara ringan dan sederhana sehingga mudah untuk diterapkan.

Dari segi sasaran pembaca, barangkali buku ini lebih cocok untuk dibaca oleh para remaja. Khususnya mereka yang sering kali terperangkap dalam standar sosial baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Nah, bagi Sobat Yoursay yang sering merasa minder dan insecure, 22 Ways to Self-Love ini bisa menjadi bacaan yang menginspirasi!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Akramunnisa Amir