Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | aisyah khurin
Novel The Butcher's Daughter (goodreads.com)

Novel ini mengangkat kisah Mrs. Lovett, sosok pendamping Sweeney Todd yang selama ini hanya muncul sebagai pelengkap dalam legenda, dan memberinya suara melalui format epistolari, korespondensi antara Margaret Evans dan wartawan Emily Gibson, yang hilang secara misterius. Ditambah kliping surat kabar dan dokumen polisi, format ini membangun suasana investigatif yang intens, membuat pembaca merasa terlibat langsung dalam teka-teki masa lalu Margaret.

Latar London tahun 1887 digambarkan dengan nuansa kelam, kemiskinan ekstrem, kekerasan medis, prostitusi, dan persekongkolan Freemason. Detail brutal seperti, daging manusia, praktik medis ilegal, pelecehan semakin menambah realisme horor. Namun di tengah kengerian itu, muncul kilasan kemanusiaan: cinta, pengorbanan, dan dorongan bertahan hidup.

Kekuatan terbesar novel ini ada pada Margery/Meg/Margaret Evans. Clark dan Demchuk menghadirkan sosok yang awalnya tampak brutal, tapi perlahan takdir membentuknya dari anak pedagang daging menjadi pelaku horor. Ia bukan sosok hitam atau putih, tapi trauma dan sistemismelah yang membentuk moralitasnya. Banyak pembaca merasa “sympathetic, yet terrifying”. Novel ini mempertanyakan, apakah tindakan mengerikan bisa dibenarkan ketika dituntut oleh kondisi ekstrim?

Lewat kisah Margaret, novel ini mengangkat isu kuat seperti, patriarki, kelas sosial, seksisme, eksploitasi medis. Ia menunjukkan bagaimana masyarakat Victoria menjerat perempuan kelas bawah dalam sistem yang menuntut kepatuhan, bahkan saat itu berarti kehilangan kontrol diri. Narasi ini menjadi kritik tajam terhadap prioritas moral sosial yang munafik.

Cerita menyajikan horor yang intens tentang pembunuhan, kanibalisme, eksperimen medis, aborsi paksa, pelecehan seksual. Namun elemen tersebut tidak hadir hanya demi efek mengejutkan, semuanya integral dengan perkembangan Margaret. Horor terasa karakternya, bukan hanya visual.

Format korespondensi menciptakan ketegangan berlapis, pembaca terus menebak kebenaran Mrs. Lovett apakah surat itu benar miliknya? Keberadaan Emily Gibson yang hilang semakin menambah misteri. Namun kritik juga muncul dalam novel ini, beberapa subplot terasa kurang tuntas, dan bagian epistolari dianggap formal dan kurang natural.

Margaret bukan hanya sekadar seorang villain, tapi ia adalah korban sekaligus agen atas hidupnya. Victorian London direka ulang dengan atmosfir mencekam dan kasar, hal ini menyajikan suspense ala thriller, membuat pembaca seakan menyelidiki sendiri.

Nada Surat yang Formal, kadang terasa tidak konsisten atau terlalu sastra untuk surat pribadi. Beberapa subplot kurang tuntas, Misalnya pengalaman Margaret di rumah dokter atau konspirasi tertentu kadang terabaikan. Akhir novel ini terasa sedikit tergesa-gesa, Twist akhir dianggap terlalu rapi atau ‘groan-worthy’, memudar beberapa lapisan suspense awal.

"The Butcher’s Daughter" adalah ekspansi naratif yang kuat dan membawa perspektif baru dalam legenda Sweeney Todd. Lewat format epistolari, cerita menjadi tajam, emosional, dan investigatif. Novel ini bukan hanya novel genre horor gore, melainkan cerminan sistem sosial brutal yang membentuk priakarsa moral. Bagi pencinta novela gothic, thriller historis, dan karakter femme monster yang kompleks, buku ini adalah must-read.

Untuk penggemar Sarah Waters, Gregory Maguire, atau karya gothic historis yang mengangkat tokoh perempuan dalam bayang-bayang sejarah. Siap untuk membaca kisah yang menantang dan provokatif, di mana moral Tipu-tipu, korban, dan monster tumpang tindih dalam satu tubuh. 

Identitas Buku

Judul: The Butcher's Daughter

Penulis: David Demchuk & Carine Leigh 

Penerbit: Hell's Hundred

Published: 6, Mei 2025

Tebal: 400 Halaman

aisyah khurin