Kabar terbaru dari Industri film Indonesia kali ini, akan membuatmu semakin berekspektasi tinggi pada kelangsungan sinema dalam negeri. Kali ini para sineas tampaknya tengah membuat film yang lebih beragam untuk memperkaya khazanah sinematik. Salah satunya adalah Film Tale of the Land, yang bergenre drama-fantasi dengan kisah melokal tapi rasa universal. Semenarik itukah? Kepoin, yuk!
Film Tale of the Land disutradarai Loeloe Hendra. Dia pernah bikin film pendek “Rumah Paku”. Sebagai debut film panjangnya di bawah naungan KawanKawan Media, tentunya nggak salah bila para sinefil berekspektasi tinggi.
Sinopsis Film Tale of the Land
Kisahnya tentang May (Shenina Cinnamon), gadis dari Suku Dayak. Dia menyaksikan kedua orangtuanya dibunuh di tanah yang dilanda konflik. Setelah peristiwa tragis itu, May trauma berat yang membuatnya memilih tinggal bersama sang kakek (Arswendy Nasution) di tengah lautan lepas. Kondisi mentalnya yang terguncang membuat May sulit menginjakkan kaki di daratan, bahkan sang kakek pun meminta May berjanji untuk tetap tinggal di rumah tengah laut. Kasihan ya.
Bocoran kisahnya memang terlalu singkat, tapi terasa kuat dan memancing kekepoan sinefil. Jadi, apa yang membuatmu wajib nonton film ini? Sekarang kita bahas tuntas ya.
Gambaran Budaya Dayak
Yang menarik dari Film Tale of the Land adalah penggambaran budaya Dayak yang jarang dieksplorasi dalam film-film nasional. Maka dari itu, Film Tale of the Land berpotensi memperkenalkan penonton pada tradisi, mitos, dan bahkan nilai-nilai masyarakat Dayak. Akan menarik untuk melihat seberapa autentik budaya tersebut digambarkan, baik dari sisi bahasa, adat istiadat, maupun interaksi antar-karakter yang merepresentasikan suku Dayak.
Metafora dari Sebuah Trauma
Kisah May yang ‘mungkin’ nggak berani menginjakkan kaki di daratan setelah melihat orang tuanya terbunuh menjadi metafora yang kuat tentang trauma. May secara harfiah menjauh dari tempat yang mengingatkannya pada penderitaan—memilih hidup di tengah lautan yang luas dan kosong.
Jelas sekali film ini berusaha mendalami, bagaimana trauma merusak kehidupan seseorang, serta proses panjang dan rumitnya May untuk sembuh. Maka dari itu, Film Tale of the Land seharusnya dapat memicu diskusi lebih luas tentang trauma, dan bagaimana kita bisa lebih mendukung mereka yang mengalaminya.
Fantasi dan Realitas
Unsur fantasi dalam film ini terlihat dari keputusan May hidup di laut dan menjauh dari daratan. Lautan dalam film ini bisa menjadi simbol pelarian dari kenyataan, tempat di mana seseorang bisa merasakan kedamaian sementara, tapi pada saat yang sama terisolasi. Dengan demikian, Tale of the Land bisa dipandang sebagai gambaran terhadap dunia batin May yang terpecah antara trauma masa lalu dan kebutuhan untuk bergerak maju.
Dengan latar alam Indonesia yang luas dan indah, film ini menawarkan visual menakjubkan. Laut yang menjadi "tempat persembunyian" May, kemungkinan akan menjadi elemen penting yang menciptakan metafora visual (elemen fantasi) tentang isolasi dan kebebasan.
Jadwal Rilis
Selain dibintangi Shenina Cinnamon dan Arswendy Nasution, film ini juga menghadirkan Yusuf Mahardika, Angga Yunanda, Muhammad Bagus A. Saputra, dan Mohammad Syabir.
Kamu penasaran kapan film ini dirilis? Untuk saat ini Film Tale of the Land baru akan ditayangkan di Busan International Film Festival (BIFF) ke-29 pada Oktober 2024. Tentunya ini suatu kesempatan dan momen penting buat film Indonesia untuk lebih dikenal dunia. Jadi, mari kita tunggu kabar selanjutnya ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.