Tablo dari Epik High dan RM dari BTS kembali hadir dalam kolaborasi penuh makna bertajuk 'Stop The Rain,' yang dirilis pada 2 Mei pukul 13.00 KST. Lagu ini tak hanya menyajikan musikalitas yang kuat, namun juga menyampaikan pesan emosional tentang luka batin, trauma masa kecil, dan usaha untuk terus bertahan di tengah badai kehidupan.
Kolaborasi ini menjadi yang pertama sejak lagu 'All Day' di album solo RM 'Indigo' (2022). Namun, 'Stop The Rain' sebenarnya telah selesai diproduksi dua tahun lalu, sebelum RM menjalani wajib militer.
Tablo mengungkapkan bahwa ia menyimpan lagu ini cukup lama karena merasa lirik-liriknya terlalu pribadi. "Rasanya seperti membuka halaman dari buku harian kami," ujarnya, dikutip dari Rolling Stone pada Jumat (2/5/2025).
Lagu ini memang sangat personal. Dibuka dengan baris "I'm all in with a losing hand," RM dan Tablo menceritakan perjalanan hidup yang penuh luka dan penolakan. Mereka menyuarakan pengalaman dibully, dipukul, hingga dikucilkan.
Salah satu lirik RM yang mencuri perhatian berbunyi: "When I was a kid I was convinced that I was destined for the 27 club / I'm 29 sinkin' in a bathtub."
Penyebutan "27 Club" merujuk pada fenomena sejumlah seniman terkenal seperti Kurt Cobain, Amy Winehouse, Jimi Hendrix, dan Jonghyun SHINee yang meninggal di usia 27 tahun. Lirik ini mencerminkan betapa kelamnya pikiran RM di masa muda, hingga merasa mungkin tak akan hidup cukup lama untuk menua.
Sementara itu, Tablo juga tak segan membagikan luka masa lalunya. Dalam liriknya ia menulis, "Raised by shame / Raised by the rod / Bloody calves sacrificed in the name of God." Lirik ini menyentuh pengalaman kekerasan dalam rumah tangga dan sekolah yang ia alami semasa kecil di Korea Selatan, ketika hukuman fisik masih dianggap wajar.
Visual lagu ini juga sangat kuat. Video musik animasi 'Stop The Rain' menggambarkan seorang anak kecil yang memendam kesedihan dan kemarahannya dalam sebuah lemari gelap—simbol dari perasaan terkurung dan tidak didengar.
Lirik seperti "Can't run away from the pain / I feel like I'm goin' insane" menggambarkan betapa sulitnya melepaskan diri dari luka masa lalu.
Namun meskipun bernuansa gelap, lagu ini bukan semata-mata keluhan. Seperti dijelaskan Tablo yang dikutip dari Soompi, hujan dalam lagu ini bukan hanya lambang kesedihan, tapi juga harapan dan pembaruan.
"Rain allows me to realize how lucky I am," kata Tablo. Ia melihat hujan sebagai pengingat akan berkah kecil dalam hidup, seperti memiliki tempat berteduh atau seseorang untuk berbagi payung.
RM dan Tablo tak hanya terlibat dalam penulisan dan komposisi lagu, tapi juga aktif berdiskusi soal aransemen. salah satu perubahan besar datang dari RM yang mengusulkan mengganti lirik "I can never stop the rain" menjadi "I'm tryna stop the rain."
Perubahan tersebut menggambarkan semangat untuk tetap berjuang, meski tahu bahwa penderitaan tidak bisa dihindari sepenuhnya.
Lagu ini dirilis sepenuhnya dalam bahasa Inggris, kecuali satu baris dalam bahasa Korea di akhir lagu: "Dasi deot dwie deot" yang berarti "Again, a trap behind a trap." Baris ini menggambarkan perasaan tak pernah lepas dari rasa terjebak.
Tablo sempat khawatir merilis lagu ini tanpa kehadiran RM, karena takut lirik-liriknya disalahartikan atau diserang netizen. Namun ketika RM akhirnya menghubungi dan meminta lagu tersebut dirilis, Tablo pun langsung mempersiapkan segalanya.
"Saya merasa terhormat karena dia begitu peduli untuk membuat lagu ini menjadi sesuatu yang kuat," ujarnya.
Kolaborasi ini bukan sekadar proyek musikal, tapi wujud dari persahabatan, rasa hormat, dan keberanian untuk membuka luka lama demi menyentuh hati orang lain. Melalui 'Stop The Rain,' Tablo dan RM menunjukkan bahwa meskipun masa lalu penuh badai, kita semua tetap bisa berjuang untuk melihat pelangi.