Sutradara sekaligus produser spesialis genre horor, James Wan, mengungkap bahwa dirinya masih berusaha mewujudkan versi Amerika dari film horor Korea Selatan Train to Busan.
Dalam wawancara dengan Entertainment Weekly saat mempromosikan M3GAN 2.0, James Wan mengatakan bahwa ia masih berada di balik layar proyek ini.
Ia juga menegaskan bahwa The Last Train to New York bukan remake dari Train to Busan, melainkan spin-off yang berlatar di Amerika Serikat.
Film ini akan mengisahkan perjuangan warga AS menghadapi wabah zombie yang sama dengan yang terjadi di Korea.
"Proyek ini jelas masih jadi salah satu yang sangat kami dambakan. Secara kreatif, ceritanya berada dalam dunia yang sama dengan Train to Busan. Wabahnya terjadi secara global," kata James Wan, dikutip pada Selasa (1/7/2025).
Ia melanjutkan, "Jadi, kalau Train to Busan menggambarkan potongan cerita yang terjadi di Korea Selatan, maka Train to New York adalah versi yang berlatar di Amerika Serikat. Semuanya terasa sangat menarik. Saya berharap proyek ini bisa benar-benar terealisasi suatu hari nanti. Tapi sejujurnya, saya sendiri belum tahu pasti bagaimana perkembangan terbarunya saat ini,"
Pada 2016, Variety melaporkan bahwa Gaumont telah mengakuisisi hak remake Train to Busan dalam versi berbahasa Inggris.
Dua tahun berselang, proyek ini diumumkan akan diproduksi bersama oleh Atomic Monster dan Coin Operated, dengan Warner Bros. sebagai distributor.
Tanggal rilisnya sempat diumumkan pada 2021, namun film ini kemudian ditarik dari jadwal perilisan hanya setahun setelahnya.
Sejak saat itu, proyek ini seolah menghilang tanpa kabar dan belum diketahui apakah akan kembali dilanjutkan atau justru masuk ke dalam daftar proyek yang mandek tanpa batas waktu.
Hingga kini belum ada daftar pemeran resmi yang diumumkan, sehingga publik masih bertanya-tanya siapa yang akan dipercaya memimpin film zombie ini di versi Hollywood-nya.
Sementara film Train to Busan yang menjadi sumber adaptasi, telah sukses besar secara pendapatan dan berhasil melahirkan sebuah franchise.
Train to Busan meraup lebih dari 98,5 juta dolar AS dengan modal produksi hanya 8,5 juta dolar AS. Kesuksesan itu juga membuat perhatian penonton Barat kembali tertuju pada horor Asia.
Dikisahkan Seok-Woo (Gong Yoo) adalah seorang manajer investasi di Seoul yang sibuk dan telah berpisah dari istrinya. Ia tinggal bersama putrinya, Soo-An (Kim Soo-Ahn), namun jarang meluangkan waktu untuknya.
Menjelang ulang tahunnya, Soo-An memohon agar bisa menemui sang ibu di Busan. Tak punya pilihan lain, Seok-Woo akhirnya setuju untuk mengantarkan putrinya naik kereta cepat KTX menuju Busan.
Tepat sebelum kereta berangkat dari Stasiun Seoul, seorang gadis yang sudah terinfeksi virus misterius berhasil menyelinap masuk. Tanpa disadari, gadis itu menjadi awal dari penyebaran wabah mengerikan di dalam kereta.
Seok-Woo, Soo-An, dan para penumpang lainnya kini harus berjuang bertahan hidup melawan serangan para zombie dengan harapan bahwa Busan adalah satu-satunya tempat aman yang tersisa.
Tak lama setelah film tersebut dirilis, sebuah prekuel animasi berjudul Seoul Station turut diluncurkan. Disutradarai dan ditulis oleh Yeon Sang-ho, film ini mendapatkan sambutan positif dari kritikus dan penonton sebagai pelengkap dalam universe Train to Busan.
Empat tahun kemudian, Sang-ho kembali duduk di bangku sutradara dan ikut menulis naskah Peninsula yang berlatar beberapa tahun setelah wabah awal terjadi.
Meski ulasan Peninsula cenderung lebih biasa-biasa saja dibanding film pendahulunya, film ini mampu hasilkan pendapatan lebih dari 42,7 juta dolar AS dari bujet sebesar 16 juta dolar AS.
Dibintangi oleh Gang Dong-won dan Lee Jung-hyun, film ini mengikuti kisah seorang mantan tentara yang ditugaskan bersama timnya untuk mengambil kembali sebuah truk berisi uang tunai dari wilayah Korea Selatan yang kini menjadi tanah tak bertuan pasca wabah zombie.