Pernah nggak sih kamu merasa kalau film-film Indonesia jarang banget menyentuh genre science fiction? Padahal genre ini selalu punya daya tarik luar biasa. Misalnya menyentuh teknologi masa depan, dunia alternatif, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang manusia dan perasaan mereka.
Nah, kabar baiknya, tahun 2025 dunia perfilman Indonesia bakal kedatangan film sci-fi yang bukan cuma mengandalkan efek visual, tapi juga menempatkan drama keluarga sebagai inti cerita. Judulnya ‘Mothernet’, atau untuk penayangan komersil di Indonesia bertajuk: ‘Esok Tanpa Ibu’.
Film ini sudah bikin banyak orang penasaran bahkan sebelum rilis, karena menghadirkan kombinasi unik lho. Mulai dari sutradara internasional, produser dan pemain papan atas Indonesia, serta cerita yang menyentuh hati. Rasanya seperti menyaksikan puzzle yang akhirnya tersusun rapi, dan bisa jadi, ini akan membuka jalan baru untuk genre sci-fi di negeri kita selepas Film Sore rilis beberapa waktu lalu.
‘Mothernet’ diproduksi BASE Entertainment rumah produksi yang sebelumnya sukses bikin Series Gadis Kretek, serta berkolaborasi dengan Beacon Films, dan Refinery Media. Nama besar ini sudah cukup ngasih jaminan film ini nggak digarap asal-asalan.
Kursi sutradara diisi Wi Ding Ho, filmmaker Malaysia keturunan Tionghoa yang menetap di Taiwan dan punya reputasi kuat dalam menciptakan suasana visual yang atmosferik dan emosional lho. Tentu saja, kehadirannya ngasih sentuhan segar, karena perspektif lintas budaya sering menghasilkan sesuatu yang berbeda dari film-film mainstream Indonesia.
Betewe film ini diproduseri langsung Dian Sastro Wardoyo. Kita sudah mengenal Dian sebagai aktris sejak era ‘Ada Apa dengan Cinta?’, tapi kali ini dia terjun lebih dalam ke balik layar. Keputusan Dian terlibat sebagai produser, jelas menandakan bahwa proyek ini punya makna personal sekaligus visi artistik yang kuat.
Cast film ini bisa dibilang perpaduan antara generasi muda dengan nama-nama senior yang sudah matang. Ali Fikry, dipercaya memerankan tokoh utama, Rama, remaja 16 tahun yang jadi pusat cerita. Kehadiran Ali tentu bikin penasaran, karena ini kesempatan besar baginya menunjukkan kemampuan akting di level lebih tinggi.
Lalu ada Dian Sastro Wardoyo yang selain produser pun ikut main. Kehadiran Dian tentu bakal ngasih bobot emosional pada film, apalagi dia akan berperan sebagai ibu dari Rama. Ditambah Ringgo Agus Rahman, aktor yang sudah terbukti luwes dalam memerankan berbagai karakter.
Pemeran lainnya termasuk Aisha Nurra Datau dan Bimasena, yang jelas menambah bobot dinamika dalam kisah keluarga kecil ini. Dengan jajaran nama tersebut, film ini secara terang-terangan mengandalkan daya pikat akting yang solid, dan nggak sebatas mengandalkan teknologi CGI atau konsep sci-fi semata.
Penasaran dengan kisahnya? Sini kepoin bareng!
Sinopsis Film Mothernet
Di masa depan, ketika teknologi sudah merasuk begitu dalam ke dalam kehidupan manusia, ada keluarga kecil menghadapi kenyataan yang mengguncang.
Rama, remaja berusia 16 tahun, mendapati dunianya runtuh dalam sekejap setelah ibunya mengalami kecelakaan tragis hingga terbaring koma.
Sosok ibu yang selama ini jadi pusat kasih sayang dan keseharian mereka, tiba-tiba lenyap dari rutinitas, meninggalkan kekosongan besar yang sulit diterima.
Rama nggak hanya harus menelan pahitnya kehilangan figur ibu, tapi juga menyaksikan ayahnya yang berjuang keras menjaga keluarga tetap utuh.
Dalam kondisi serba rapuh itu, mereka menemukan jalan lewat bantuan kecerdasan buatan (AI). Teknologi canggih ini menawarkan ruang baru untuk berinteraksi, seolah-olah bisa mengisi kehadiran yang hilang. Namun, di balik janji teknologi, tersembunyi pertanyaan yang lebih dalam: Apakah mesin benar-benar mampu menggantikan cinta, kehangatan, dan intuisi seorang ibu?
Premiere BIFF Sebelum ke Layar Lebar Indonesia
Menariknya, Film Mothernet nggak langsung tayang di bioskop Indonesia. Film ini akan premiere terlebih dahulu di Busan International Film Festival (BIFF) 2025, salah satu festival film paling bergengsi di Asia. Fakta ini menunjukkan bahwa film ini memang diarahkan untuk bisa bersaing di panggung internasional.
Baru setelah itu, film ini akan tayang di bioskop-bioskop tanah air. Ya, strategi seperti ini memang sering dipakai untuk meningkatkan prestise sebuah film, sekaligus membuka jalan agar lebih dikenal di kancah global. Kalau sukses, bisa saja film ini jadi tonggak penting buat sci-fi Indonesia mendapat perhatian lebih luas.
Kalau biasanya kita harus menengok ke Hollywood untuk mendapatkan kisah tentang dunia alternatif atau teknologi masa depan, kini kita bisa bangga karena cerita seperti itu hadir dari tanah air sendiri. Jadi, kalau Sobat Yoursay pecinta film dan ingin melihat sesuatu yang berbeda dari perfilman Indonesia, catat baik-baik, ‘Mothernet’ wajib ditunggu. Yuk kita tunggu kabar selanjutnya!