Terkadang bintang film dituntut melakukan transformasi demi menghadirkan karakter yang autentik di layar. Tidak jarang, proses ini menjadi tantangan berat. Hal semacam inilah yang dijalani Dwayne Johnson saat bermain di film The Smashing Machine.
Jauh dari citra pahlawan tangguh yang selama ini melekat padanya, Dwayne Johnson harus melewati proses panjang untuk membawakan kisah nyata seorang atlet yang berjuang melawan ketergantungan.
Aktor yang akrab disapa The Rock itu selama ini identik dengan film-film action. Tubuh kekarnya seakan sudah jadi ciri khas. Oleh karena itu, langkahnya untuk menyeberang ke ranah drama terbilang begitu berani.
Dalam film The Smashing Machine, Dwayne Johnson memang masih memerankan sosok tangguh, tapi kali ini karakternya dihantui oleh luka batin yang jauh lebih berat untuk ditanggung.
Meski terbiasa dengan latihan fisik ekstrem, aktor ini mengaku bahwa bermain di film tersebut adalah hal paling sulit yang pernah ia lakukan.
Saat ini Dwayne Johnson tengah gencar mempromosikan The Smashing Machine yang dijadwalkan rilis pada 3 Oktober mendatang.
Film garapan Benny Safdie ini menampilkan bintang Fast & Furious itu sebagai Mark Kerr, pegulat sekaligus petarung MMA yang mendunia, namun di balik popularitasnya berjuang melawan kecanduan.
Dalam wawancara dengan Variety, Dwayne Johnson mengaku transformasi peran kali ini jadi pengalaman yang berbeda dan menantang, bahkan tak pernah ia rasakan sebelumnya.
“Transformasi ini adalah hal paling sulit yang pernah saya jalani. Ada transformasi fisik, penggunaan prostetik, transformasi vokal — dia punya cara bicara yang sangat khas. Saat pertama kali saya bertemu dengan Benny, kami menonton rekaman Mark, dan Benny berkata, ‘Saya ingin merekam ini tanpa sekalipun memotong dari kamu.’ Saya langsung tahu apa maksudnya. Dia bilang, ‘Saya tidak mau potong-potong. Saya mau syuting dengan gaya cinéma vérité, dengan kamera yang terus bergerak. Kamu punya stunt double yang hebat, tapi saya tidak mau menggunakannya.’ Jadi saya bilang, ‘Oke. Kalau Mark dipukul, berarti saya juga dipukul.’" ungkap Dwayne Johnson, dikutip pada Kamis (2/10/2025).
Tidak hanya itu, Dwayne Johnson juga diminta menambah berat badan hingga 30 pon untuk mendekati bentuk tubuh Mark Kerr.
Prosesnya bukan sekadar menambah massa, melainkan membangun otot dengan kualitas fast-twitch khas pegulat, termasuk latihan otot leher dan trapezius yang jarang ia lakukan sebelumnya.
Dwayne Johnson berhasil mempertahankan kondisi fisik tersebut selama tiga setengah bulan, sebelum akhirnya harus kembali ke proyek lain dengan tubuh yang sama-sama besar namun untuk karakter berbeda.
"Saya harus menambah 30 pon. Benny bilang dia ingin saya terlihat agak berisi, dan saya setuju. Tapi bukan hanya soal menambah berat badan. Ini tentang membentuk otot dengan kualitas fast-twitch seperti yang dibutuhkan pegulat." tuturnya.
The Smashing Machine sendiri menyoroti perjalanan karier dan kehidupan Mark Kerr pada periode 1997 hingga 2000, masa penuh gejolak ketika ia bukan hanya berjuang melawan kecanduan opioid yang serius dan mengancam nyawa, tetapi juga menghadapi tantangan kesehatan mental, hambatan karier, hingga hubungan yang kacau dengan sang kekasih, Dawn.
Kisahnya mengikuti Mark Kerr yang, di tengah segala kesulitan tersebut, tetap berusaha mencapai puncak dunia pertarungan profesional bersama sahabat sekaligus rekan sesama petarung, Mark Coleman, yang diperankan oleh petarung UFC sungguhan, Ryan Bader, serta pelatih setianya.
Di tengah gejolak dan kesulitan, Mark Kerr yang berusaha menapaki jalannya sendiri di dunia, sambil menyeimbangkan antara olahraga yang ia tekuni dan orang-orang yang paling ia cintai, semuanya dilakukan tanpa henti dalam upaya keras mengejar kesuksesan.
Namun, ketika jerat kecanduan ditambah dengan hubungan naik-turun bersama Dawn mulai benar-benar menggerogoti, karier Mark Kerr pun goyah.
Mark Kerr mulai kalah, mengalami pukulan keras, terpaku di tengah pertarungan, hingga kehilangan fokus pada hal-hal yang sebenarnya terpenting.
Pada titik inilah Mark Kerr harus menentukan apalah ia menerima kejatuhannya begitu saja, atau berusaha menapaki jalan berat untuk bangkit kembali.