Kasus Hamish Daud: Pinterest Udah, Discord Udah, Selingkuh Digital Makin Canggih

Hayuning Ratri Hapsari | Thedora Telaubun
Kasus Hamish Daud: Pinterest Udah, Discord Udah, Selingkuh Digital Makin Canggih
Raisa dan Hamish Daud (Instagram/@hamisdw)

Sejak Raisa mengajukan perceraian pada 22 Oktober 2025, publik banyak menyoroti jejak-jejak digital yang muncul dan diinterpretasikan sebagai bukti kedekatan tersembunyi yang mungkin memicu konflik. 

Kasus yang melibatkan Hamish Daud dan Raisa menyoroti satu hal penting dalam hubungan pasangan zaman sekarang: komunikasi digital bukan hanya alat interaksi, tapi bisa berubah menjadi ruang rahasia yang memunculkan keretakan. 

Di media sosial, banyak warganet yang menulis, “Pintereset udah, discord udah, habis ini apa lagi ya?”. Komentar ini muncul karena warganet semakin jeli membaca tanda-tanda interaksi digital yang mengungkap kedekatan tersembunyi.

Sebuah cermin bahwa publik benar-benar sadar bahwa orang sekarang tidak hanya “cheating lewat chat”, tapi lewat platform yang awalnya bahkan bukan tempat untuk berinteraksi secara intim. 

Pinterest dengan private board, Discord dengan server khusus, bahkan fitur-fitur kecil seperti close friends kini bisa menjadi jalur terselubung untuk membangun kedekatan diam-diam.

Dari perspektif komunikasi, fenomena ini sebenarnya bukan hal baru, tetapi kini bentuknya semakin canggih. 

Platform online memang memudahkan orang membangun hubungan karena sifatnya yang cepat, mudah diakses, dan tersedia kapan saja. 

Namun, kemudahan itu membawa risiko karena komunikasi digital sering kali “minim konteks emosional”, sehingga batas antar-hubungan bisa kabur tanpa disadari. 

Inilah yang membuat interaksi digital menjadi lahan rawan untuk hubungan yang bergeser dari sekadar ngobrol menjadi kedekatan emosional.

Jurnal komunikasi interpersonal dari Nalanda University menegaskan bahwa media digital dapat melemahkan kualitas hubungan ketika distraksi semakin besar dan komunikasi bergeser ke ruang terselubung yang tidak transparan. 

Dalam konteks ini, bukan platformnya yang salah tetapi pelaku. Teknologi hanya menyediakan ruang, pilihan menggunakan ruang itu untuk menjaga hubungan atau merusaknya tetap sepenuhnya tindakan manusia.

Kasus Hamish Daud kemudian menjadi contoh viral tentang bagaimana publik kini membaca “kode digital” lebih cepat. 

Jejak digital yang dulu dianggap sepele: like berulang, pin di papan privat, atau bergabung dalam server tertentu, bisa dianggap sebagai bentuk komunikasi non-verbal yang menyimpan makna. 

Netizen, dengan kepekaan digitalnya, bisa merangkai pola, membedakan interaksi biasa dan interaksi yang terasa “aneh”.

Pada akhirnya, fenomena ini mengingatkan kita bahwa di era digital, perselingkuhan tidak selalu muncul lewat pesan “yang ketahuan”. 

Justru yang berbahaya adalah komunikasi samar: interaksi kecil di platform tak terduga yang perlahan membangun hubungan kedua pihak. 

Teknologi memang makin pintar, tapi publik pun makin jeli. 

Dan satu hal yang tetap tidak berubah: apa pun platformnya, selingkuh tetap salah karena sepenuhnya tanggung jawab pelaku.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak