Dermatillomania diartikan sebagai kondisi psikologis yang membuat seseorang menggaruk, menggosok, menggigit, serta mencabuti kulit secara implusif. Kondisi ini lebih sering terjadi kepada wanita, namun tidak menutup kemungkinan untuk para laki-laki melakukannya.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dermatillomania. Meski begitu, para ahli berpendapat bahwa faktor genetik dan neurologi memainkan peran penting terjadinya masalah tersebut.
Beberapa penelitian ilmiah juga menerangkan bahwa seseorang dengan dermatillomania biasanya memiliki polimorfisme tinggi yang terkait dengan penurunan fungsi protein SAPAP3.
Disamping itu, ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit yang dikenal pula dengan sebutan skin picking disorder ini. Mulai dari stres, depresi, kecemasan, dan emosi negatif lainnya seperti rasa bosan, jenuh, bersalah, khawatir, dan kemarahan.
Sama halnya dengan penyakit lain, dermatillomania juga memiliki tanda dan gejala tertentu. Beberapanya seperti keinginan atau dorongan yang kuat untuk mengupas, menggosok, dan mencabut kulit saat ia merasa takut dan tertekan.
Pengidap juga kerap merasa puas setelah melakukan kegiatan tersebut, melakukan pencabutan kulit secara diam-diam karena takut orang lain akan menganggapnya aneh, merasa begitu cemas jika tidak melakukan tindakan dermatillomania, dan menyembunyikan bagian kulit yang terkelupas pada tempat-tempat tertentu.
Diagnosis dermatillomania biasanya ditentukan dari pemeriksaan psikiatri dan wawancara oleh dokter kejiwaan karena berkaitan langsung dengan masalah psikologis. Selain itu, beberapa penelitian juga memperkenalkan metode pemeriksaan dermatillomania dengan Skin Picking Scale (SPS) dan skin Picking Impact Scale (SPIS).
BACA JUGA: Jalan Kaki Tiap Hari, Ini 3 Khasiat yang Akan Kamu Dapatkan
Jika tidak segera ditangani, dermatillomania akan berdampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya, luka yang ditimbulkan setelah mencabut atau menggosok kulit bisa terinfeksi oleh bakteri dan patogen lainnya.
Secara umum, ada beberapa cara penanganan yang bisa diberikan kepada penderita dermatillomania, yakni terapi perilaku koginitif, terapi penerimaan dan komitmen, dan terapi obat sesuai arahan dan petunjuk dokter.
Perlu diketahui bahwa terapi untuk mengatasi dermatillomania membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, penderita wajib bersabar dan memiliki komitmen yang kuat agar dapat sembuh total.
Tak hanya itu, dukungan emosional dari keluarga dan orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan agar penderita bisa termotivasi untuk sembuh.
Selain upaya penanganan, adapula upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh seseorang dengan anggota keluarga penderita dermatillomania.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan yaitu mengenali pemicu. Jika Anda mulai merasakan adanya dorongan untuk mengupas kulit tubuh saat stres, ada baiknya untuk segera berkonsultasi kedokter.
Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah mengontrol stimulus. Caranya dengan menjaga kuku tetap pendek, memakai sarung tangan, dan segera mencari kegiatan lain saat Anda mulai terpikir untuk mencabut kulit.
Itulah tadi pembahasan tentang dermatillomania, seperti dilansir dari artikel Malayala, S., Rehman, H., & Vasireddy, D. (2021). Dermatillomania: A Case Report and Literature Review, Gotter, A. Healthline (2023). Scalp Picking: Is it Dermatillomania?, dan Psychology Today (2021). Dermatillomania (Skin Picking). Semoga bermanfaat!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS