Pada peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia ke-75, WHO menekankan pentingnya lingkungan kerja yang sehat sebagai salah satu kunci menjaga kesehatan mental. Ini bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan. Lingkungan kerja yang mendukung bukan hanya melindungi kesehatan mental karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas. Sebaliknya, tempat kerja yang penuh tekanan, diskriminasi, atau pelecehan tidak hanya merugikan kesejahteraan individu, tetapi juga bisa menurunkan produktivitas secara signifikan.
Dalam konteks global, sekitar 60% populasi dunia terlibat dalam dunia kerja. Data tersebut disampaikan oleh WHO dalam artikel terbarunya yang berjudul “Mental Health at Work” yang dirilis pada 10 Oktober 2024. Di Indonesia, masalah ini menjadi sangat relevan, dengan banyak karyawan menghadapi beban mental yang berat di tempat kerja. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada karyawan, tetapi juga memengaruhi kehidupan keluarga, terutama pola asuh anak-anak mereka.
Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Kenapa Ini Penting?
Sebagian besar orang dewasa menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja dibandingkan aktivitas lainnya. Tempat kerja yang sehat dapat memberikan makna, penghidupan, dan rasa tujuan. Namun, ketika tekanan kerja berlebihan atau lingkungan tidak mendukung, hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Masalah-masalah ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga memiliki dampak ekonomi.
Tsuyoshi Akiyama selaku Presiden WFMH (World Federation for Mental Health) memperkirakan bahwa kerugian ekonomi global akibat masalah kesehatan mental di tempat kerja mencapai US$1 triliun per tahun, hal tersebut ia sampaikan secara tertulis melalui artikel yang diterbitkan WFMH pada 17 April 2024 yang berjudul Announcing 2024 World Mental Health Theme.
Di Indonesia, survei menunjukkan bahwa masalah ini terus berkembang. Lingkungan kerja yang tidak mendukung tidak hanya menyebabkan penurunan produktivitas tetapi juga merusak keseimbangan hidup pekerja. Akibatnya, pola asuh di rumah pun terganggu, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada generasi berikutnya.
Dampak Lingkungan Kerja pada Keluarga dan Pola Asuh
Tekanan mental di tempat kerja sering kali terbawa ke rumah. Pekerja yang mengalami stres atau kelelahan emosional cenderung memberikan perhatian yang kurang pada anak-anak mereka. Pola asuh yang kurang mendukung ini bisa menciptakan siklus berbahaya, di mana anak-anak merasa tidak mendapat perhatian atau kehangatan yang cukup. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini cenderung mengembangkan perilaku negatif, termasuk menjadi pelaku bullying di sekolah.
Fenomena ini telah terkonfirmasi melalui berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua cenderung mencari kontrol dalam hidup mereka melalui perilaku yang merusak, termasuk bullying. Mengutip dari artikel yang berjudul The Long Term Effects of Bullying dan diterbitkan oleh MentalHealth pada 7 Oktober 2024, Erin L George, MA-MFT, menegaskan, "Meskipun perundungan dapat menyakiti orang-orang di segala usia, dampaknya bisa sangat merusak bagi remaja dan anak-anak yang berada dalam tahap perkembangan identitas mereka."
Memutus Siklus: Sinergi Antara Tempat Kerja, Keluarga, dan Masyarakat
Masalah kesehatan mental tidak berdiri sendiri. Kondisi mental buruk yang dialami oleh orang tua di lingkungan kerja yang tidak mendukung akan menciptakan dampak buruk pada pola asuh di rumah, yang pada gilirannya bisa memengaruhi anak-anak mereka di sekolah. Di Indonesia, angka bullying terus meningkat, dengan 3.800 kasus dilaporkan pada tahun 2023 kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Kasus bullying ini terutama terjadi pada jenjang pendidikan dasar, dengan bentuk fisik, verbal, dan psikologis sebagai jenis bullying yang paling umum.
Oleh karena itu, pemutusan siklus ini memerlukan pendekatan yang komprehensif. Tempat kerja yang sehat tidak hanya penting bagi karyawan, tetapi juga berdampak pada keluarga mereka dan lingkungan yang lebih luas. Kesehatan mental karyawan harus dipandang sebagai investasi jangka panjang yang mempengaruhi kualitas hidup keluarga dan masyarakat.
Langkah Konkret untuk Lingkungan Kerja yang Sehat
Untuk memutus siklus toxic ini, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan tempat kerja yang lebih sehat. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
- Kebijakan Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Perusahaan harus menyediakan akses ke layanan kesehatan mental, seperti konseling dan pelatihan untuk menangani stres kerja.
- Lingkungan Kerja yang Mendukung: Mengurangi beban kerja berlebih, menciptakan lingkungan yang inklusif, dan memberantas segala bentuk diskriminasi dan pelecehan.
- Fleksibilitas Kerja: Mendorong keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga, seperti memberikan fleksibilitas jam kerja atau opsi bekerja dari rumah.
- Pendidikan dan Pelatihan: Mendidik karyawan tentang pentingnya kesehatan mental dan cara menjaga kesejahteraan mental di tempat kerja.
- Sinergi dengan Keluarga dan Masyarakat: Tempat kerja yang sehat harus didukung oleh pola asuh yang baik di rumah dan dukungan dari masyarakat.
Dengan sinergi yang kuat antara keluarga, tempat kerja, dan masyarakat, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi masa depan. Kesehatan mental yang baik di tempat kerja bukan hanya soal kenyamanan pribadi, tetapi juga soal memastikan generasi mendatang tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan mendukung.