Memiliki anak kecil usia sekolah membuat saya harus memutar otak untuk mencari aktivitas yang bermanfaat untuk mereka. Pada masa ini, mereka memang sangat membutuhkan penambahan pembendaharaan kata. Hal itu menjadi misi bagi saya terhadap perkembangan bahasa mereka.
Jauh sebelum pandemi, saya memang sudah menargetkan anak-anak untuk menambah pembendaharaan kata sejak kecil melalui kegiatan membaca buku dan bercerita. Namun, sebelum pandemi kegiatan ini tidak rutin saya lakukan. Hal ini disebabkan karena kegiatan mereka di sekolah sudah banyak. Saat new normal, kegiatan di sekolah yang tidak terlalu banyak membuat saya lebih intens melakukannya.
Jika sebelum pandemi saya hanya membacakan 1 buku setiap hari, maka saat new normal saya bisa membacakan mereka 1-2 buku pada waktu yang berbeda. Biasanya saya lakukan di siang hari sebelum tidur siang dan malam hari sebelum tidur malam. Kegiatan ini rutin saya lakukan dan anak-anak merasa senang karenanya.
Selain berharap anak-anak memiliki banyak kosakata, saya juga berharap mereka memahami pesan moral dari setiap cerita. Menariknya, setelah pembiasaan membaca dan bercerita, mereka menjadi suka dengan buku. Mereka sendiri yang meminta dibacakan buku itu. Bahkan, mereka sendiri yang memilih bahan bacaan untuk dibacakan oleh saya.
Mulai membiasakan anak-anak untuk membaca dan bercerita itu tidak mudah. Namun, saya memiliki cara agar mereka menyukai kegiatan ini. Pertama, saya sendiri harus memastikan bahwa diri saya memang betul-betul siap untuk bercerita dan membacakan cerita.
Saat saya tidak siap bercerita, maka saya merasa tidak mendapatkan 'jiwa' dari cerita tersebut. Sebuah cerita memang akan dibaca, tetapi anak tidak mudah memahami isi cerita saya. Rasanya hambar dan tidak menyenangkan.
Kedua, niatkan bahwa saat membaca dan bercerita itu, kita ingin memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak tentang sesuatu hal melalui sebuah cerita/ bacaan. Untuk itu, saya akan mencari kata yang tepat untuk disampaikan kepada mereka. Dengan arti, mencari bacaan/cerita yang mudah dipahami untuk usia mereka.
Ketiga, ikuti kesukaan mereka. Jangan fokus pada apa yang ingin kita ubah dari mereka. Akan mudah memasuk ke dalam hati dan pikiran anak-anak melalui cerita/bacaan yang mereka suka.
Keempat, konsisten. Teruskan kegiatan bercerita dan membaca kepada anak-anak. Jika mereka sudah terbiasa, maka mereka akan meminta dibacakan cerita bila sehari tidak dibacakan cerita. Dengan demikian, mereka memiliki satu kebiasaan positif untuk dilakukan.
Kelima, ajaklah anak-anak untuk menyelami makna dari cerita/bacaan. Ini menjadi bagian yang sulit dan saya mengalaminya ketika diawal pembiasaan. Namun, makin hari anak-anak makin pandai dalam menemukan makna dari cerita-cerita saya.
Keenam, ajaklah mereka mencari atau menemukan buku kesukaan mereka. Biarkan mereka memilih sendiri buku yang akan dibaca. Bila perlu ajak mereka menyeleksi bacaan bagus untuk mereka. Bila dalam pilihan mereka ada yang tidak baik, maka sampaikan dengan jujur dan jelaskan dengan bahasa mereka.
Sejak kegiatan bercerita dan membaca yang saya dan anak-anak lakukan, mereka akhirnya lebih menyukai membaca sebelum tidur. Kegiatan ini menjadi kegiatan yang ditunggu anak-anak. Selain itu, kegiatan ini memiliki nilai yang sangat penting, yaitu membuat saya lebih dekat dengan mereka.
Dengan bercerita, saya menyadari ciri khas cerita atau bacaan yang mereka sukai. Ada yang suka cerita yang pendek, sedang, dan panjang durasi membacanya. Ada yang suka kisah sejarah atau sekadar cerita khayalan untuk menghibur saja.
Lewat membaca dan bercerita, saya memasukkan nilai yang ingin saya tanamkan untuk kepribadian mereka. Saya yakin dengan pesan yang ada di dalam cerita, kebiasaan buruk yang ada akan terkikis. Tentu saja kebiasaan baru yang akan segera muncul.