Pandemi yang tidak kunjung berakhir, mengakibatkan siklus hidup baru yang disebut new normal. Kehidupan yang seolah berjalan sama, tetapi ada batas dan aturan baru dalam menjalaninya. Tidak sekadar untuk menjaga diri sendiri, tapi juga orang-orang sekitar, terutama keluarga.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, sebenarnya saya tidak begitu merasakan dampak dari new normal ini. Bersyukurnya saya bahwa Tuhan menganugrahi saya dan keluarga sebuah kesehatan yang mahal harganya, pekerjaan suami yang tetap berjalan dan membuat kami bisa bertahan hidup, lalu lingkungan yang baik dan kooperatif.
Namun, sebagai ibu rumah tangga pula banyak kehati-hatian yang saya utamakan demi menjaga kesehatan keluarga, salah satunya dengan mengolah makanan sendiri. Sebelumnya, saya terbiasa membeli lauk matang. Selain terasa lebih hemat, saya juga tidak perlu repot-repot memasak ini dan itu.
Setelah new normal ini, saya selalu mengkhawatirkan kondisi makanan yang saya konsumsi. Terutama adalah perihal kebersihannya. Bukan sedang merendahkan pengusaha di luar sana, saya hanya ingin lebih hati-hati dalam menyajikan sebuah makanan untuk keluarga agar terjamin kualitasnya sendiri, tidak ada rasa khawatir.
Hal yang awalnya saya lakukan hanya karena terdesak oleh keadaan, lambat laun mulai saya gemari. Saya menjadi senang berekspresi melalui makanan yang saya masak sendiri. Dari mengolah sayur mayur sampai segala bentuk camilan sederhana. Selain memiliki sensasi yang berbeda ketimbang membeli lauk yang sudah matang, sayapun selalu merasa senang jika suami dan anak saya menikmati hasil buatan tangan saya sendiri.
Kebetulan, saya memiliki anak batita dan sangat suka camilan. Alhasil, hampir setiap hari saya membuatkannya camilan sederhana, mulai dari olahan tepung, pisang atau bahan lain yang murah dan mudah saya jumpai.
Saya selalu mencari resep baru dalam mengolah dan menyajikan makanan yang enak dan minim budget agar anak saya tidak merasa bosan. Namun, kantong tetap harus aman. Lama-lama, memasak dan mengolah makanan adalah hobi baru yang saya tekuni.
Berkat dukungan dari suami, saya mulai berani menjadikan hobi saya sebagai peluang untuk menghasilkan uang. Setiap pagi, saya membuat camilan untuk dititipkan ke warung-warung tetangga. Benar-benar di pagi buta, sebelum anak saya bangun pagi. Berpatok harga yang ramah di kantong, saya tetap berusaha untuk tetap mendapatkan keuntungan. Meskipun tidak seberapa, tetapi hal tersebut bisa membuat saya memiliki kesibukan baru selain mengurus rumah tangga.
Sayangnya, usaha tersebut tidak bertahan sampai genap satu tahun. Bukan karena tidak ada yang beli, tapi karena uang penjualan tidak cukup untuk menutup modal. Saya terus memutar otak untuk menambah penghasilan membantu pemasukan suami. Mengingat di new normal ini, banyak kebutuhan pokok yang harganya melonjak naik. Sampai suatu ketika, saya diajak suami utuk mengirim tulisan di Yoursay.
Suami saya sudah terlebih dulu mengenal Yoursay dan mendapatkan uang tambahan dari sana. Beberapa kali mengajak saya, tetapi saya selalu merasa minder. Tulisan saya tidak serapih tulisan suami saya. Kosa kata bahasa yang saya miliki pun tak seberapa, minimnya ilmu kepenulisan juga turut serta mempengaruhi saya untuk enggan mengirim tulisan berkali-kali.
Sebenernya, menulis adalah hobi lama saya. Bahkan ketika saya masih duduk di bangku SMP, tulisan saya pernah di muat dalam sebuah koran. Bangga sekali karena pihak sekolah membagikan koran yang berisi tulisan saya tersebut ke semua murid yang ada di sekolah. Meskipun saya harus bolak-balik ke warnet karena tidak memiliki laptop sendiri, tidak membuat saya kehilangan motivasi. Setelahnya, saya seolah vakum dari dunia tulis menulis ini. Karena saat masuk SMK, saya lebih sibuk dengan pergaulan dan penampilan. Semuanya seolah berubah dengan sendirinya.
Rasa bangga tersebut ternyata tumbuh kembali ketika tulisan pertama saya di terima oleh Yoursay meskipun harus menunggu beberapa hari. Ternyata, tulisan sederhana saya bisa diterima.
Dari rasa bangga tersebut, saya terus menemukan inspirasi untuk menulis dari kehidupan sehari-hari. Dari mulai kehidupan berumah tangga, pergaulan dengan tetangga, etika yang harus dijaga, pertumbuhan anak, dan yang lainnya. Saya hanya berani menuliskan segala sesuatu yang benar-benar pengalaman saya sendiri.
Siapa sangka tulisan sederhana saya dapat diterima dan dibaca oleh banyak orang. Sayapun selalu berdoa agar tulisan saya bisa menjadi manfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Saya dan suami seringkali berlomba untuk mengirimkan banyak tulisan ke Yoursay. Meskipun suami selalu terhalang karena ia juga harus bekerja, lalu saya pun harus mengurus rumah dan anak, tetapi di sela waktu tersebut kami selalu berusaha untuk menyempatkan waktu. Entah itu sebelum tidur, bangun di tengah malam, maupun bangun lebih pagi. Bukan karena kami tidak memiliki cukup uang, tetapi kami hanya berusaha mencari sumber tambahan uang.
Menulis yang merupakan hobi kami seolah sudah menjadi pekerjaan sampingan untuk menyambung kehidupan. Meski harus menunggu beberapa hari sampai akhirnya uang hasil menulis sampai di tangan kami, tetapi hal tersebut bisa kami manfaatkan untuk keperluan atau sekadar membelikan anak jajan. Senangnya minta ampun.
Ternyata, pekerjaan yang paling menyenangkan adalah menjalankan hobi yang menghasilkan uang. Karena merasa senang, perjuangan untuk mendapatkan uang tersebut tidak terasa sebagai beban. Seolah mengalir begitu saja.
Semoga hobi saya yang satu ini bisa terus saya geluti agar tetap bisa mengasah otak dan menjadikan diri tetap produktif. Sisanya, bisa menghasilkan bayak uang untuk menyenangkan diri sendiri.
Terima kasih kepada suami saya yang telah mengenalkan saya kepada Yoursay. Lalu terima kasih pula untuk Yoursay yang sudah mewadahi minat saya dalam dunia kepenulisan serta tetap membuka peluang untuk saya meskipun saya hanya seorang ibu rumah tangga dengan cerita yang sederhana. Terima kasih pula untuk editor Yoursay yang selalu memperbaiki tulisan saya sehingga lebih layak baca. Semoga segala kebaikan, menjadi kebaikan pula untuk kalian semua.