Menyaksikan partai final tunggal putra BWF World Championships 2023 di Denmark menyisakan rasa kagum luar biasa. Tersingkirnya Axelsen dari kursi final, menunjukkan perubahan besar di sektor tunggal putra.
Dalam partai tunggal putra tadi malam tampil Kunvalud Vidstran dan Kodai Naraoka. Dua pebulutangkis muda yang mampu menembus jajaran elit bulutangkis dunia. Hal ini terlihat dari posisi mereka yang menduduki unggulan ke-3 dan ke-4 dalam turnamen ini.
Kehadiran 2 pebulutangkis muda ini semakin menarik ketika disandingkan dengan para senior. Taruhlah mereka seperti Axelsen, Ginting, Jonatan Christie, maupun Shi Yu Qi. Prestasi stabil keduanyalah yang membawa menghuni top ten peringkat BWF.
Sorotan lebih dalam tertuju pada Kodai Naraoka. Sosok ini pernah mendapatkan titel Most Promosing Player of The Year 2022 dari BWF. Hal ini didasarkan pada pencapaiannya selama ini.
Masih lekat dalam ingatan para pencinta bulutangkis akan penampilan Kodai Naraoka 2 tahun yang lalu. Penampilannya masih jauh dari meyakinkan, sehingga dalam urutan pemain tunggal putra Jepang, dia hanya menduduki urutan keempat.
Di Jepang sendiri masih ada Kento Momota, Kenta Nishimoto, dan Kanta Tsuneyama. Tiga pebulutangkis ini, menduduki ranking yang lebih baik dibandingkan Kodai Naraoka, sehingga dalam setiap nomor beregu namanya kurang diperhitungkan.
Contoh paling nyata saat Kodai Naraoka turun dalam Thomas Cup tahun 2022. Saat itu tampil dalam partai kelima, Kodai dibuat tidak berdaya oleh Vito. Dalam pertemuan itu, Vito mengalahkan Kodai secara telak 21-17 dan 21-7.
Namun kini gambaran itu jauh berubah. Kodai Naraoka bukan lagi anak kemarin sore. Bahkan namanya melambung, melompati para seniornya. Dan, dia kini menjadi andalan utama sektor tunggal putra Jepang.
Situasi ini jauh berbeda dengan Indonesia. Jika Jepang mampu melakukan regenerasi gemilang dengan kehadiran Kodai, Indonesia justru sebaliknya.
Hingga kini kekuatan tunggal putra Indonesia masih bertumpu pada Ginting dan Jonatan Christie. Kalaupun ada tambahan hanya Chico dan Vito. Selebihnya tidak ada lagi.
Kondisi semacam ini jelas sangat mengkhawatirkan. Bukan tidak mungkin kasus di nomor tunggal putri akan menimpa Indonesia. Pada sektor ini, pasca mundurnya Susi Susianti hanya Jorji yang menjadi tumpuan.
Dalam ranking BWF terbaru, terbentang jarak luar biasa antara Ginting dan kawan-kawan dengan calon penerusnya. Terhitung hanya Christian Adinata yang posisinya relatif dekat. Itu pun berada di peringkat 55 BWF.
Pemain tunggal putra lainnya berada di atas peringkat 100 BWF. Kesenjangan inilah yang menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Karena bukan tidak mungkin nama Indonesia akan hilang dari top ten BWF, seperti pada nomor-nomor lain.