Marselino Ferdinan menjadi bintang bagi Timnas Indonesia dalam kemenangan telak 4-1 melawan Yordania. Kembali bertarung di pertandingan terakhir fase penyisihan grup A pada Minggu (21/4/2024), pemain yang kini memperkuat KMSK Deinze di liga Belgia tersebut sukses mencatatkan namanya sebanyak dua kali di papan skor.
menyadur laman AFC, dua gol dari pemain yang akrab disapa Marceng tersebut diciptakan pada menit ke-23 melalui tendangan penalti, dan di menit ke-70 melalui aksi satu dua dengan Witan Sulaeman.
Tak hanya sukses menciptakan brace pada pertandingan tersebut, Marceng juga sukses menunjukkan permainan berkelas saat Timnas Indonesia U-23 mengalahkan Yordania tersebut. Meskipun secara pakem dirinya dimainkan sebagai gelandang serang, namun pada kenyataannya Marceng lebih banyak bermain free role alias bebas berposisi.
Terkadang, kita akan mendapati Marceng berada di sektor tengah tepat di belakang penyerang utama, namun tak jarang pula kita melihat dirinya berada di sektor sebelah kiri atau kanan penyerangan Indonesia. Benar-benar peran yang tak bisa dideteksi dengan mudah.
Sering Kejutkan Penikmat Bola
Namun yang menjadi highlight dalam penampilan Marceng di laga melawan Yordania adalah visi bermainnya yang tak bisa ditebak dengan mudah. Dalam melakukan distribusi bola, Marceng seringkali melakukannya secara kontekstual atau bahkan tak terpakem dalam buku-buku teori permainan sepak bola.
Seperti halnya di menit ke-40, ketika Timnas Indonesia mencetak gol kedua, terlihat Marceng memberikan umpan yang sama sekali tak terduga. Ketika ada Witan Sulaeman dan Fajar Fathurrahman di posisi yang lebih dekat, Marceng malah memutuskan untuk menyodorkan bola kepada Rizky Ridho yang berada di posisi jauh.
Sebuah keputusan yang tentunya sangat tak diduga oleh para penikmat sepak bola manapun, karena secara textbook, tentunya Marceng seharusnya memberikan bola kepada Witan yang berada di posisi lebih dekat, atau kepada Fajar yang mulai melebar untuk mengeksploitasi wilayah sisi permainan.
Namun yang terjadi justru bukan itu bukan?
Kemudian yang kedua, sulitnya memahami visi bermain Marceng juga terlihat di menit ke-70 ketika proses terjadinya gol ketiga Indonesia. Marceng yang berhadapan dengan satu pemain Yordania, justru memberikan umpan kepada Witan.
Padahal, jikapun Marceng melakukan penetrasi one on one, maka bisa saja dirinya bisa melewati bek Yordania. Dan ini sangat berbeda dengan ketika melawan Australia lalu. Saat itu, Marceng yang dihadang oleh empat hingga lima pemain Australia, justru merangsek ke kotak penalti, alih-alih memberikan umpan atau menunggu rekannya mendekat.
Benar-benar sulit ya memahami permainan Marceng jika dalam mode terbaiknya. Semoga saja besok bisa mendapatkan suguhan permainan berkualitas lagi dari seorang Marceng di perempat final gelaran.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.