Laga perebutan tempat ketiga gelaran Piala Asia U-23 antara Indonesia melawan Irak berakhir dengan kekecewaan bagi kubu Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia yang unggul terlebih dahulu pada menit ke-19 melalui gol Ivar Jenner, harus terbalas dua gol di pertandingan tersebut.
Melansir laman AFC, dua gol balasan dari Irak diciptakan oleh Zaid Tahseen pada menit ke-27 dan Ali Jasim ketika pertandingan berjalan 96 menit. Dua gol yang pada akhirnya tak bisa dikejar oleh Indonesia, meskipun di kesempatan tersebut kubu Garuda Muda mencoba untuk memasukkan para pemain pengganti untuk mengubah permainan.
Memang, jika kita melihat data match report yang ada di laman AFC maupun transfermarkt, Timnas Indonesia U-23 melakukan empat pergantian pemain. Masing-masing adalah Ivar Jenner yang digantikan oleh Ikhsanul Zikrak, kemudian Ilham Rio Fahmi yang digantikan Fajar Fathurrahman, Witan Sulaeman yang digantikan oleh Muhammad Ramadhan Sananta, dan Jeam Kelly Sroyer yang digantikan oleh Komang Teguh Trisnanda.
Namun sayangnya, keempat pergantian pemain tersebut tak memberikan dampak yang signifikan karena di antara keempatnya, tak ada pemain yang memiliki tipikal sebagai game changer atau pengubah permainan.
Untuk menjadi seorang game changer, selain membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dan skill yang mumpuni, seorang pemain juga membutuhkan kreatifitas yang tinggi dalam bermain. Dan seperti yang kita ketahui bersama, keempat pemain tersebut cenderung memiliki style bermain yang pakem dan beratribut kreatifitas yang tak terlalu tinggi.
Sejatinya, tipikal pemain game changer ini terdapat dalam diri Marselino Ferdinan. Namun kita ketahui bersama, pemain ini sudah dimainkan oleh STY semenjak awal pertandingan, sehingga sudah tak bisa lagi memberikan efek kejut di tengah-tengah permainan.
Mungkin hal ini harus menjadi sebuah atensi tersendiri bagi seorang coach Shin Tae-yong dan jajaran pelatih. Karena ke depannya, tipe-tipe pemain yang beratribusi kreatifitas tinggi akan sangat dibutuhkan oleh Timnas Indonesia, terutama ketika mereka berhadapan dengan tim yang alot, liat, dan membutuhkan kreatifitas tinggi untuk bisa merobohkan tembok pertahanan mereka.