Yamaha sejauh ini memberikan kesan yang cukup menarik di MotoGP 2025. Walau belum sepenuhnya itu menggembirakan, pabrikan asal Jepang ini memang sempat menunjukkan tanda-tanda kemajuan dibandingkan tahun sebelumnya, terutama lewat performa solid dari Fabio Quartararo.
Pembalap andalan mereka itu berhasil merebut empat kali posisi start terdepan alias pole position dan akhirnya mengamankan podium pertamanya musim ini. Namun, performa gemilang itu tidak bertahan lama. Seiring berjalannya seri, Yamaha kembali kesulitan menjaga konsistensi.
Meski sempat memberi harapan di awal, kenyataannya performa mereka kembali mengalami penurunan yang mencolok. Hingga 12 seri berjalan, Yamaha masih tertahan di posisi paling buncit dalam klasemen konstruktor.
Fakta ini cukup disayangkan, mengingat mereka adalah salah satu pabrikan dengan tim yang unggul dan memiliki prestasi besar di ajang MotoGP. Sayangnya, kecepatan yang mereka tunjukkan saat sesi kualifikasi belum mampu dilanjutkan menjadi hasil maksimal saat balapan berlangsung.
Fabio Quartararo sendiri mengakui bahwa separuh awal musim ini terasa sangat berat baginya dan tim. Meskipun ia bisa menunjukkan potensi yang menjanjikan di beberapa kesempatan, tapi secara keseluruhan, musim ini belum memberikan kepuasan.
"Saya pikir di kualifikasi hasilnya jauh lebih baik dari yang diharapkan. Saat balapan, kami mengharapkan sedikit lebih baik, terutama di lima lap pertama. Namun, ini merupakan babak yang sulit (babak pertama musim ini) dan saya berharap kami dapat melangkah maju di babak kedua," ujar Quartararo, dilansir dari laman Crash.
Dia tentu berharap Yamaha bisa lebih serius dalam membenahi motor mereka, bukan hanya untuk sisa musim ini, tapi juga sebagai persiapan menyambut era baru MotoGP yang akan dimulai pada tahun 2027, seiring diterapkannya regulasi teknis terbaru.
Menariknya, kontrak Quartararo dengan Yamaha juga akan berakhir di penghujung 2026. Hal ini menjadi sorotan penting, karena jika Yamaha ingin mempertahankan Sang Juara Sunia 2021 tersebut, mereka harus menunjukkan kemajuan nyata.
Quartararo tentunya ingin diyakinkan bahwa proyek Yamaha ke depan layak untuk terus diperjuangkan. Yang jelas, dia tidak akan bertahan hanya karena loyalitas, tetapi karena adanya keyakinan bahwa motor yang ia kendarai mampu bersaing di level tertinggi.
Pembalap asal Prancis ini sendiri juga sudah cukup bertahan lama di Yamaha, mengorbankan tawaran dari tim-tim lain demi Yamaha, dan jika kepercayaannya sudah habis, maka bukan tidak mungkin Quartararo segera hengkang.
Namun bukan hanya Quartararo yang bersuara. Alex Rins, rekan setimnya di tim pabrikan, juga menyampaikan keresahan yang sama.
Rins menegaskan bahwa permasalahan performa ini bukan hanya dirasakan oleh dirinya dan Quartararo, tetapi juga oleh dua pembalap Yamaha lainnya di tim satelit Pramac Yamaha MotoGP, Jack Miller dan Miguel Oliveira. Ia menyebut keempat pembalap Yamaha saat ini sepakat bahwa motor mereka memiliki masalah yang serupa.
"Yamaha tahu masalah yang kami rasakan. Keempat pembalap itu, kami cukup selaras dengan permasalahan yang kami miliki. Kita perlu, mereka perlu, bekerja keras, dan pantang menyerah," kata Rins.
Dalam situasi ini, menurut Rins, yang paling penting adalah adanya kerja sama yang solid antar pembalap dan teknisi untuk mencari solusi.
Setiap masukan dari para rider bisa menjadi landasan untuk perbaikan ke depannya. Yamaha butuh perbaikan yang menyeluruh dan tertata jika ingin kembali menjadi tim yang diperhitungkan di lintasan.
Kondisi ini bisa menjadi situasi yang menjebak bagi Yamaha. Jika mereka mampu mengambil pelajaran dari paruh pertama musim ini dan melakukan perubahan signifikan dalam pengembangan motor, maka peluang untuk bangkit masih terbuka.
Namun jika mereka terus berjalan di tempat, maka bukan tidak mungkin mereka akan tertinggal lagi dari tim lain dan kehilangan salah satu aset terpentingnya, Fabio Quartararo.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS