Kejutan besar datang dari daftar pemain Timnas Indonesia untuk putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Pelatih Patrick Kluivert resmi tidak menyertakan nama gelandang muda berbakat, Marselino Ferdinan, dalam pemanggilan “Garuda Calling”.
Keputusan ini langsung menimbulkan sorotan publik, lantaran Marselino dikenal sebagai salah satu andalan Garuda dalam beberapa tahun terakhir.
Langkah Kluivert mencoret Marselino tidak berdiri sendiri. Beberapa pemain lain yang sebelumnya kerap menghiasi skuad Timnas juga ikut absen.
Hal ini memperlihatkan adanya standar baru dalam seleksi pemain, yang menekankan konsistensi di level klub serta performa aktual, bukan semata nama besar atau reputasi masa lalu.
Perjalanan Karier dan Peran Marselino di Timnas
![Marselino Ferdinan dan Ole Romeny berpotensi ikut berpartisipasi di Piala Presiden 2025 meski mereka tak bermain di Liga Indonesia. [Dok. IG Marselino Ferdinan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/16/18403-marselino-ferdinan-dan-ole-romeny-timnas-indonesia.jpg)
Sejak debutnya bersama Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan langsung mencuri perhatian lewat visi bermain yang matang meski masih berusia muda. Ia sering dipuji karena kemampuan mengatur tempo serangan, ketenangan dalam membawa bola, serta naluri mencetak gol dari lini kedua.
Beberapa momen ikonik lahir dari kakinya, termasuk gol penting di ajang Piala AFF dan kontribusinya dalam Kualifikasi Piala Dunia sebelumnya. Tak heran, namanya cepat melekat di hati publik pecinta sepak bola Tanah Air.
Namun, perjalanan cemerlang itu mulai terhambat oleh masalah minimnya menit bermain di level klub. Marselino sempat berkarier di Belgia bersama KMSK Deinze, lalu pindah ke Inggris memperkuat Oxford United, sebelum akhirnya merapat ke klub Slovakia, AS Trencin.
Sayangnya, baik di Belgia maupun Inggris, ia lebih banyak berkutat dengan latihan ketimbang kesempatan bermain di lapangan. Kondisi ini dianggap sangat mempengaruhi ritme serta kebugaran fisiknya.
Alasan Kluivert Mencoret Marselino
1. Minim Menit Bermain di Klub
Kluivert menilai bahwa seorang pemain Timnas harus aktif dan konsisten tampil di klubnya. Marselino tidak mendapatkan waktu bermain yang memadai dalam dua musim terakhir.
Di Deinze, ia tidak mencatatkan satu pun penampilan resmi, sementara di Oxford United kesempatan bermainnya juga nyaris tidak ada.
Saat bergabung ke AS Trencin pada awal musim 2025/26, ia kembali menghadapi kendala administrasi dan adaptasi sehingga belum diturunkan di kompetisi resmi.
2. Penampilan Kurang Meyakinkan di Uji Coba
Berdasarkan catatan dari Tribun Medan, Marselino memang diturunkan dalam laga uji coba Timnas menghadapi Taiwan dan Lebanon. Akan tetapi, ia hanya tampil sebagai pemain pengganti.
Kontribusinya dinilai tidak signifikan, sehingga posisinya dalam daftar “Garuda Calling” terancam. Kluivert menilai bahwa saat ini ada pemain lain yang lebih siap dan lebih bugar untuk menjalani pertandingan berat di babak kualifikasi.
3. Standar Baru Seleksi Pemain
Keputusan Kluivert adalah bagian dari kebijakan tegas dalam membentuk tim. Ia menegaskan bahwa tidak ada jaminan tempat bagi pemain mana pun, termasuk bintang populer sekalipun.
Setiap posisi akan diperebutkan secara adil berdasarkan performa terbaru, bukan pencapaian masa lalu. Pesan ini menjadi sinyal keras bagi semua pemain untuk menjaga performa di level klub jika ingin mempertahankan tempat di Timnas.
Reaksi Publik dan Warganet
Langkah mengejutkan Kluivert langsung menjadi bahan perbincangan di media sosial. Tagar #Marceng — julukan untuk Marselino — sempat menduduki trending topik di platform X (Twitter). Ribuan komentar warganet bermunculan, memperdebatkan keputusan pencoretan tersebut.
Sebagian warganet mengkritik keputusan Kluivert, dengan alasan bahwa Marselino adalah simbol kreativitas lini tengah yang sulit digantikan. Ada pula yang menyebut bahwa pelatih seharusnya memberi kesempatan baginya untuk tetap berkembang di Timnas, meski menit bermain di klub terbatas.
Namun, banyak juga yang mendukung keputusan tersebut. Mereka menilai bahwa sepak bola profesional harus berlandaskan pada performa nyata, bukan sekadar nama besar.
“Kalau di klub aja jarang main, wajar dong kalau di Timnas nggak dipanggil,” tulis seorang pengguna X.
Tantangan bagi Marselino

Pencoretan ini bisa menjadi momen refleksi bagi Marselino Ferdinan. Ia dihadapkan pada tantangan besar untuk membuktikan diri kembali, baik di level klub maupun Timnas.
Dengan bergabung ke AS Trencin di Slovakia, Marselino memiliki kesempatan baru untuk mengembangkan karier. Jika ia mampu menembus skuad utama dan bermain reguler, peluang kembali ke Timnas tentu terbuka lebar.
Patrick Kluivert menegaskan bahwa pintu Timnas tetap terbuka bagi siapa pun. Artinya, Marselino tidak benar-benar kehilangan tempat, melainkan harus membuktikan bahwa dirinya layak dipanggil kembali.
Implikasi untuk Timnas Indonesia
Keputusan mencoret Marselino dan beberapa pemain lain sekaligus menunjukkan arah baru dalam manajemen skuad Garuda. Ada tiga hal penting yang bisa dicatat:
- Seleksi Lebih Ketat — Pemain yang tidak aktif di klub tidak akan otomatis dipanggil, meski punya nama besar.
- Peningkatan Kompetisi Internal — Dengan adanya pencoretan ini, peluang terbuka lebar bagi pemain lain yang sedang on fire di klubnya.
- Pesan Tegas bagi Semua Pemain — Kluivert ingin membangun budaya kompetitif, tidak ada tempat aman bagi siapa pun.
Kesimpulan
Pencoretan Marselino Ferdinan dari skuad Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran keempat menjadi salah satu keputusan paling mengejutkan dalam beberapa tahun terakhir.
Keputusan ini diambil bukan tanpa alasan, melainkan berdasarkan penilaian objektif tentang performa dan kebugaran pemain.
Faktor utama yang membuat Marselino terpinggirkan adalah minimnya menit bermain di klub, performa kurang meyakinkan di laga uji coba, serta penerapan standar seleksi baru yang lebih ketat oleh Patrick Kluivert.
Meski mengejutkan publik dan memicu perdebatan, keputusan ini bisa menjadi pelajaran penting bagi semua pemain Timnas. Untuk kembali mendapatkan tempat di skuad Garuda, Marselino harus membuktikan dirinya di level klub terlebih dahulu.
Kini, semua mata tertuju pada kiprahnya di AS Trencin. Apakah ia mampu bangkit dan kembali merebut tempat di Timnas? Hanya waktu yang bisa menjawab.