Keputusan Patrick Kluivert untuk mencoret sejumlah pemain andalan Timnas Indonesia dalam daftar skuad putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia memunculkan pro dan kontra.
Langkah ini dipandang sebagian pihak sebagai manuver cerdik yang berlandaskan rasionalitas, sementara sebagian lainnya menilai bisa saja berujung blunder ketika menghadapi lawan berat seperti Arab Saudi dan Irak.
Patrick Kluivert resmi memanggil 28 pemain untuk mengisi skuad Garuda. Namun, daftar itu terasa janggal karena beberapa nama besar yang selama ini menjadi tulang punggung justru absen.
Adapun beberapa pemain yang tidak masuk dalam skuad antara lain Marselino Ferdinan, Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, Mees Hilgers, Ivar Jenner, Adrian Wibowo, hingga Rafael Struick.
Absennya sederet nama tersebut menimbulkan tanda tanya besar. Jika digabungkan, pemain-pemain ini bahkan bisa membentuk tim alternatif yang relatif kompetitif. Tak heran, keputusan Patrick Kluivert langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sepak bola Tanah Air.
Di mata suporter, pencoretan pemain andalan Timnas Indonesia terbilang mengejutkan. Pasalnya, nama-nama tersebut selama ini dianggap punya pengalaman dan kualitas mumpuni untuk tampil di laga penting. Kehilangan mereka dikhawatirkan dapat mengurangi daya saing skuad menghadapi dua lawan berat.
Kekhawatiran itu semakin wajar mengingat Arab Saudi dan Irak adalah tim-tim dengan kekuatan fisik, disiplin, dan pengalaman internasional yang lebih matang. Bagi suporter, pertandingan tersebut terlalu penting untuk dijalani tanpa para pemain senior yang selama ini menjadi penopang.
Meski demikian, Patrick Kluivert tetap berpegang pada prinsipnya sejak awal ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia. Ia menegaskan hanya akan mengutamakan pemain yang bermain reguler di klub masing-masing.
Minim Waktu, Pengamat Wajarkan Keputusan Patrick Kluivert
Pengamat sepak bola Indonesia, Mohamad Kusnaeni menilai pencoretan sejumlah nama tidak sepatutnya dipandang negatif. Menurutnya, langkah Kluivert justru menunjukkan keseriusan dalam menegakkan komitmen.
“Persaingan di semua posisi timnas sekarang sudah cukup kompetitif. Hanya pemain yang betul-betul siap punya peluang dipanggil timnas,” ujar Kusnaeni ketika dihubungi di Jakarta, sebagaimana menyadur Antara News.
Ia menjelaskan bahwa pelatih tidak memiliki banyak waktu bersama skuad. Dengan jadwal persiapan hanya tiga sampai lima hari, fokus pelatih lebih pada pemolesan taktik ketimbang mengembalikan kebugaran pemain.
Oleh karena itu, menurut Kusnaeni, wajar jika pemain yang jarang tampil di klub seperti Mees Hilgers tidak masuk skuad kali ini. Baginya, kualitas tinggi seorang pemain akan berkurang bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik dan ketajaman yang terjaga.
“Di timnas, Kluivert tak akan punya banyak waktu untuk membenahi kebugaran pemain. Karena itu, dia hanya bisa memilih mereka yang benar-benar match fit,” tegas Kusnaeni.
Kusnaeni menambahkan, pemain yang rutin bermain tentu memiliki kesiapan mental dan fisik yang lebih prima. Hal ini sangat krusial ketika harus menghadapi lawan dengan intensitas tinggi seperti Arab Saudi dan Irak.
Di sisi lain, para penggemar tetap memandang absennya pemain seperti Marselino, Arhan, hingga Witan sebagai kerugian besar. Mereka adalah figur-figur yang selama ini identik dengan semangat juang Timnas Indonesia.
Kondisi tersebut dinilai menempatkan Kluivert pada posisi dilematis. Jika skuad pilihannya berhasil tampil solid, maka langkah mencoret para bintang lama bisa dianggap manuver cerdik yang berani. Namun, bila hasil melawan Arab Saudi dan Irak jauh dari harapan, kritik tajam tentu tak bisa dihindarkan.
Reaksi suporter mencerminkan betapa tingginya ekspektasi publik terhadap Timnas Indonesia. Di satu sisi, mereka ingin melihat regenerasi dan profesionalisme berjalan. Namun di sisi lain, absennya wajah-wajah familiar tetap menimbulkan rasa kehilangan.
Akhirnya, keputusan Patrick Kluivert ini akan diuji langsung di lapangan. Apakah strategi tanpa sejumlah nama besar bisa membuktikan efektivitasnya, atau justru menjadi blunder yang disesali?