Skandal Pengaturan Skor Mencuat, Atlet Bulu Tangkis PB Djarum Terseret

Sekar Anindyah Lamase | e. kusuma .n
Skandal Pengaturan Skor Mencuat, Atlet Bulu Tangkis PB Djarum Terseret
Ilustrasi raket dan shuttlecock bulu tangkis (Pexels/SHVETS production)

Kabar yang kurang mengenakkan datang dari dunia bulu tangkis Indonesia yang diduga kena skandal pengaturan skor. Melansir akun fanpage bulu tangkis di media sosial Instagram @smashkokmedia, dugaan kasus ini bahkan menyeret sederet atlet nasional.

Dalam unggahan akun smashkokmedia disebutkan kalau ada tujuh atlet bulu tangkis Indonesia yang diduga terlibat dalam pengaturan skor demi perjudian. Bahkan tiga di antaranya merupakan atlet nasional yang sering turun di turnamen internasional.

Tidak sampai di situ, empat atlet lainnya dikabarkan merupakan mantan binaan klub besar ‘kode merah’. Banyak badminton lovers yang memantau kabar ini pun menduga kalau klub yang dimaksud adalah PB Djarum.

Namun, baik smashkokmedia maupun PBSI sampai saat ini belum memberikan konfirmasi lebih lanjut. Pelatnas PBSI bahkan tidak mau buka suara lebih dulu dengan merilis nama-nama atlet yang dimaksud atau sekadar membenarkan skandal tersebut.

PBSI Masih Bungkam

Menelusuri kabar ini, banyak media yang mulai mencari tahu kebenaran dugaan skandal pengaturan skor yang santer diberitakan. Sayangnya, pihak PP PBSI sendiri masih bungkam dan belum bisa memberikan keterangan lebih detail.

Saat media menggali informasi dari Armand Darmadji yang merupakan Wakil Ketua Umum III PBSI, ia menyebut kalau baru mendengar kabar terkait skandal yang melibatkan tujuh atlet bulu tangkis nasional.

“Saya juga baru dengar info terkait hal tersebut,” ungkap Armand Darmadji dalam lansiran berita di laman Suara.com pada Rabu (01/10/2025).

Pernyataan ini sebenarnya cukup tidak masuk akal sebab berita terkait skandal pengaturan skor sudah ramai diperbincangkan di media sosial. Ada kemungkinan PBSI memang belum mau bicara banyak karena proses investigasi masih berlangsung.

PB Djarum Angkat Bicara Lebih Dulu

Di sisi lain, PB Djarum justru angkat bicara lebih dulu dan membenarkan kabar tentang dugaan mantan atletnya yang ikut terseret skandal pengaturan skor. Hanya saja, Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin menyebut kalau dirinya belum mengantongi nama atlet yang terlibat.

“Iya (ada pengaturan skor). Iya benar ada anak Djarum tapi siapanya saya belum tahu secara detail,” kata Yoppy saat dikonfirmasi.

Yoppy mengaku kalau pihak PBSI belum menghubungi dan terkait investigasi sendiri disebut bukan wewenang Djarum untuk bertindak sendiri.

(PBSI) belum (menghubungi). (Soal investigasi?) tidak lah, itu bukan kewenangan kita,” tambah Program Director Djarum Foundation tersebut.

Lebih lanjut Yoppy juga menyampaikan kalau pihak PB Djarum akan menyerahkan semua proses investigasi kepada PBSI.

Kami pada dasarnya mengikuti proses peraturan yang berlaku dari yang berwenang,” pungkasnya.

Bukan Skandal Pertama Atlet Indonesia

Skandal pengaturan skor pertandingan semacam ini sebenarnya bukan skandal pertama atlet Indonesia. Pada tahun 2021 lalu, BWF selaku Federasi Bulu Tangkis Dunia pernah menjatuhkan hukuman untuk delapan atlet Indonesia atas kasus match fixing.

Saat itu, nama-nama atlet seperti Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, Androw Yunanto, Sekartaji Putri, Mia Mawarti, Fadilla Afni, Aditiya Dwiantoro, dan Agripinna Prima Rahmanto Putra, jadi sorotan dunia.

Atlet-atlet tersebut terbukti melakukan pengaturan skor saat berkompetisi di ajang internasional level rendah di kawasan Asia sepanjang tahun 2019. Mereka pun mendapat hukuman dan sanksi yang beragam.

Khusus Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, dan Androw Yunanto, ada sanksi berat berupa larangan bertanding dan melakukan kegiatan apa pun yang berhubungan dengan bulu tangkis seumur hidup sejak 18 Januari 2021.

Tidak hanya itu, ketiga atlet tersebut juga masih diwajibkan membayar denda dengan nominal USD12.000 atau setara Rp181 Juta pada BWF.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak