Kepulangan Skuat Garuda dan Berakhirnya Tarian Jenderal Lapangan Tengah Indonesia di Level Dunia

Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Kepulangan Skuat Garuda dan Berakhirnya Tarian Jenderal Lapangan Tengah Indonesia di Level Dunia
Evandra Florasta saat membela Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 melawan Honduras (dok. AFC)

Kepulangan Timnas Indonesia dari gelaran Piala Dunia U-17 menyisakan sedikit kekecewaan di hati pendukung setia Skuat Garuda.

Bukan hanya akan menghilangkan kesempatan untuk kembali menyaksikan aksi-aksi terbaik anak asuh Nova Arianto di lapangan, namun pulangnya Pasukan Garuda Muda juga membuat kita tak lagi bisa menonton tarian magis dari jenderal lapangan tengah Indonesia, Evandra Florasta.

Tak bisa dipungkiri, Evandra Florasta adalah salah satu pemain yang paling bersinar di kubu Indonesia ketika mereka bertarung di turnamen kali ini. Dengan kepiawaiannya mengolah si kulit bundar, Evandra menjadi roh permainan Pasukan Muda Merah Putih, utamanya di lini tengah.

Ibarat sebuah musik yang penuh dengan harmoni, Evandra adalah metronome dalam alunan. Keberadaannya di tubuh tim membuat permainan menjadi stabil, baik ketika melakukan mode bertahan, lebih-lebih ketika menyerang.

Tarian-tarian berkelas dari pemain berusia 17 tahun ini juga terbukti membuat lawan-lawan Pasukan Garuda Muda di fase penyisihan grup H ini meradang.

Jangankan para pemain Zambia dan Honduras, bakat-bakat pesepak bola terbaik dunia yang tergabung dalam Timnas Brasil U-17 pun dibuat kepayahan dengan penetrasi dari pemain Bhayangkara ini.

Tariannya di laga melawan Zambia, hampir saja menciptakan penalti di laga itu meskipun pada akhirnya harus dianulir. Sementara di laga melawan Brasil, berkali-kali pula para pemain tim unggulan itu harus pasang badan agar gocekan-gocekan berpadu dengan kecepatan Jenderal Lini Tengah Indonesia ini tak membuat mereka dipermalukan.

Sementara di laga melawan Honduras? Ah, kita tentu semua sudah mengetahuinya bersama. Tak hanya konsisten mengancam gawang tim asal Amerika Tengah itu sedari awal pertandingan berjalan, Evandra juga menunjukkan kelasnya yang berbeda melalui eksekusi dingin dari titik 12 pass di laga tersebut.

Bukan sebuah sepakan biasa, namun sebuah tembakan yang sama sekali tak menggambarkan usia yang dimiliki oleh pemain seusianya, di mana biasanya lebih mengedepankan kekuatan ketimbang ketenangan, presisi dan pembacaan gerak dari sang penjaga gawang dalam waktu milidetik.

Namun sayangnya, tarian-tarian magis nan harmoni Evandra di lini tengah Skuat Garuda Muda harus terhenti. Setelah memamerkan kepiawaiannya dalam tiga laga di turnamen sekelas Piala Dunia, Evandra harus kembali ke tanah air, membersamai seluruh rekannya di Timnas Indonesia U-17 yang harus terhenti langkahnya hanya sampai di fase grup saja.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak