Dewasa ini, pariwisata telah berkembang menjadi suatu fenomena global yang memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Meskipun demikian, sebenarnya kegiatan pariwisata sudah ada di Indonesia sejak lama.
Dari berbagai sumber sejarah dapat diketahui bahwa Indonesia sudah mengenal pariwisata sejak zaman kerajaan di mana pada abad ke-5 masehi, Raja Tarumanegara pada waktu itu membuat kanal yang digunakan sebagai tempat sumber pengairan, tempat transportasi, dan tempat rekreasi.
Pembangunan sarana prasarana rekreatif pada zaman dahulu tidak hanya dilakukan di Kerajaan Tarumanegara saja, tetapi juga di beberapa kerajaan lain. Di Kerajaan Majapahit, terdapat Kolam Segaran. Kolam Segaran ini berada di kompleks kerajaan Majapahit yang berlokasi di Trowulan, dekat Mojokerto, Jawa Timur.
Kolam Sagaran memiliki panjang 375 meter dan lebar 125 meter dengan kedalaman lebih dari tiga meter. Kolam ini masih dialiri air sampai sekarang dan tak ubahnya seperti telaga di tengah kota. Kolam Segaran ini merupakan salah satu bukti kejayaan kerajaan ini dan digunakan sebagai tempat untuk rekreasi, disamping untuk persediaan air ketika musim kemarau tiba. Pada zaman Majapahit, Segaran merupakan tempat rekreasi sekaligus tempat untuk menjamu tetamu dari luar negeri. Konon, saking makmurnya kerajaan ini, setelah perjamuan usai, peralatan makan seperti sendok dan piring yang terbuat dari emas dibuang ke kolam itu.[1]
Selain segaran di Majapahit, masih terdapat lagi tempat yang menunjukkan bahwa pariwasata sudah eksis pada zaman kerajaan. Di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, terdapat Taman Narmada yang dibangun sekitar abad ke-17. Taman Narmada ini dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem. Nama Narmada diambil dari nama sebuah sungai yang dianggap suci oleh agama Hindu yang berada di India, dekat Sungai Gangga. Taman ini digunakan sebagai tempat peristirahatan raja-raja di Lombok sekaligus tempat pemujaan karena di dalamnya terdapat sebuah pura.
Tempat wisata yang lain pada masa kerajaan adalah Tasikardi. Tasikardi merupakan sebuah danau buatan yang berada di Desa Margasana, Kecamatan Kramat Watu, Kabupaten Serang. Danau ini dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau bernama Keputren yang semula khusus diperuntukkan bagi Ibu Sultan Maulana Yusuf untuk bertafakur mendekatkan diri dengan Allah. Seiring berjalannya waktu, danau Tasikardi ini digunakan sebagai tempat wisata bagi keluarga kasultanan.
Danau Tasik ardi berfungsi untuk menampung air dari sungai Cibanten yang kemudian disalurkan ke sawah-sawah dan ke Keraton Surosowan untuk keperluan air minum dan kebutuhan sehari-hari bagi keluarga sultan di Keraton Surosowan.[Hal menarik yang tidak bisa lepas dari adanya danau buatan ini adalah Pengindelan, yakni sebuah tempat yang berfungsi untuk menyaring air. Adapun alat penyalur air dari danau menuju pengindelan adalah dengan pipa berbagai ukuran.
Tempat wisata pada masa kerajaan juga ada di Ujung Utara Pulau Sumatera. Di Aceh terdapat Kompleks Tamansari Gunongan yang berlokasi di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kabupaten Banda Aceh. Di Kompleks Tamansari Gunongan terdapat dua buah bangunan yakni Gunongan (Taman Gairah), dan makam Sultan Iskandar Thani. Gunongan yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda ini berfungsi sebagai tempat istirahat dan bersantai bagi para permaisuri. Tempat ini digunakan oleh permaisuri untuk menghibur diri dan juga bercengkrama satu sama lain. Batu bundar dengan permukaan berlubang di bagian tengahnya yang ada di Barat Gunongan konon difungsikan sebagai tempat mencuci rambut permaisuri.
Kompleks bernama Tamansari tidak hanya ada di Aceh, Sumatera Utara. Di Daerah Istimewa Yogyakarta pun juga ada tempat wisata yang bernama Tamansari yang dibangun sejak jaman Sri Sultan Hamengku Buwono I dan selesai pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono II. Tamansari adalah tempat yang digunakan untuk bercengkrama dan rekreasi. Tamansari adalah tempat wisata bagi raja dan permaisuri yang berupa tempat pemandian. Bisa dibilang, tempat ini adalah tempat spa raja pada waktu itu. Selain itu, di Yogyakarta juga terdapat Segoroyoso yang pada masa Mataram Islam di Pleret digunakan sebagai tempat wisata disamping untuk berlatih angkatan perang Mataram.
Dari berbagai contoh tempat wisata pada masa kerajaan di atas, bisa kita liat bahwa kebanyakan sarana prasarana wisata yang dibangun selalu berhubungan dengan air. Selain itu, pembangunan sarana prasarana dan berbagai fasilitas untuk keperluan rekreatif pada masa kerajaan pun juga menjadi hal yang cukup diperhatikan. Dari berbagai tempat wisata yang ada juga bisa ditarik satu fenomena yakni perjalanan guna keperluan rekreatif pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi kaum-kaum golongan atas saja yakni raja, bangsawan, dan orang-orang kaya.
Daftar Pustaka
Juliadi, dkk. Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, 2005.
Khodiyat. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 1996.
Myrna Ratna. Asia dan Australia. Jakarta: Penerbit Kompas, 2013
Tim Penyusun. Hasil Pemugaran dan Temuan Benda Cagar Budaya PJPI. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 1996.