Contekan dan Hangeul

Tri Apriyani | Tiwa Nadha
Contekan dan Hangeul
ilustrasi hangeul (unsplash.com/ara cho)

Ujian Dimulai

Ujian Akhir Semester  saat aku di kelas 7. Seperti biasanya tiap kelas akan dicampur dengan kelas lainnya. Ini berlaku untuk kelas 7 sampai kelas 9. Dan kebetulan kelasku digabung dengan kelas 8B yang berarti itu adalah kakak kelas.

Hari pertama ujian dimulai. Setelah selesai upacara pembukaan dan pembacaan aturan tentang ujian, seluruh murid diarahkan untuk masuk ke kelas masing-masing. Mata pelajaran pertama dimulai, para guru pengawas mulai memasuki ruangan dan kami mulai mengerjakan soal. Hari itu masih berjalan lancar.

Mulai Curiga

Esoknya, aku dan teman-temanku sudah ada dikelas lebih pagi. Kakak kelasku hanya beberapa yang sudah datang lebih dulu. Kami melihat mereka sedang menulis sesuatu di papan tulis. Aku sedikit tahu kalau diantara itu adalah Huruf Korea atau Hangeul. Tidak ada yang curiga saat itu. Hanya kakak kelas lain yang baru datang bertanya tulisan apa itu, sepertinya dia juga tidak bisa membaca tulisan itu. 

Kakak kelas yang menulis bilang dia hanya menulis kata-kata penyemangat katanya. Aku juga sebagai siswi yang termasuk baru tidak ingin bertanya lebih tentang itu, begitupun temanku.

Hari berikutnya tulisan itu di hapus. Tapi besoknya mereka menulis lagi. Kusimpulkan mereka menulis itu tidak setiap hari, mungkin menyesuaikan sesuatu. Aku juga tidak tahu. Yang aku pertanyakan saat itu kenapa tulisannya setiap hari seperti berbeda dan mengapa perlu dihapus dan ditulis kembali kalau hanya kata-kata penyemangat.

Ketahuan

Setelah beberapa hari mereka melakukan aksi itu, ada salah satu pengawas yang juga curiga dengan tulisan di papan tulis itu. Akhirnya mereka ketahuan kalau yang di papan tulis itu adalah contekan. Memang saat itu belum ada peraturan papan tulis harus kosong saat ujian. Dan  yang membuat tulisan itu tidak dicurigai adalah mereka juga menulis kata-kata penyemangat berbahasa Arab dan Inggris. 

Mereka menyesuaikan guru yang mengawasi kelas kami. Jika itu guru yang termasuk sangat disiplin dan galak mereka menghapusnya. Dan saat pengawas itu lebih ramah dan tidak ketat pengawasannya mereka menulis kembali saat belum bel masuk atau saat istirahat.

Masalah itu lalu ditindaklanjuti dan mereka yang bersalah dihukum untuk mempertanggung jawabkan kesalahan mereka. Mulai saat itu peraturan diperketat dan dibuat lebih baik lagi. Sampai aku lulus kejadian itu tidak terulang lagi.

Aku dan Hangeul

Disisi lain, karena kejadian itu aku mulai penasaran dengan Huruf Korea atau disebut Hangeul itu. Aku mulai belajar dengan kakak pembimbingku di asrama yang juga bisa menulis dan membaca Hangeul. Bahkan kadang untuk latihan aku menulis di buku harian tentang kegiatanku seharian.

Sekarang aku sudah mulai lancar menulis dan membaca Hangeul. Selanjutnya aku berencana untuk belajar Bahasa Korea. Dan Korea menjadi salah satu impianku untuk suatu saat bisa mendapat beasiswa disana.

Dari kejadian itu, aku tidak menyalahkan sistem sekolahku atau guru yang mengawasi kami. Karena masalah utamanya adalah pelaku yang merusak peraturan itu sendiri. Mungkin itu juga pelajaran bagi mereka untuk tidak menyalahgunakan ilmu mereka dan mengulanginya kembali.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak