Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghormati jasa para guru. Salah satunya ialah dengan rutin mengirimkan doa-doa kebaikan kepada mereka. Peringatan Hari Guru Nasional yang digelar setiap 25 November juga menjadi upaya bagi pemerintah untuk mengenang, sekaligus menghormati jasa para guru yang telah susah payah mendidik anak-anak bangsa ini. Tahun ini, Hari Guru Nasional 2021 mengambil tema “Bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan”.
Memulihkan pendidikan di tengah situasi pandemi Covid-19 ini memang tak mudah. Dibutuhkan kerja sama antara guru, orangtua atau wali murid, pemerintah, dan masyarakat luas, agar pendidikan di negeri ini dapat berjalan dengan baik seperti harapan bersama.
Merdeka Belajar yang digagas oleh Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek, menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Termasuk di dalamnya meningkatkan kualitas para guru saat mengajar.
Mengutip pidato Nadiem Makarim dalam peringatan Hari Guru Nasional 2021, bahwa sejak pertama kali dicetuskan, sekarang Merdeka Belajar sudah berubah dari sebuah kebijakan menjadi suatu gerakan. Contohnya, penyederhanaan kurikulum sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar berhasil melahirkan ribuan inovasi pembelajaran.
Gerakan ini makin kuat karena ujian yang kita hadapi bersama. Gerakan ini tidak bisa dibendung atau diputarbalikkan. Sebab, gerakan ini hidup dalam setiap insan guru yang punya keberanian untuk melangkah ke depan menuju satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kita tentu sepakat bahwa guru adalah sosok yang harus dihormati dalam kehidupan sehari-hari. Jasanya sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Ya, karena guru adalah orang yang telah memberikan pendidikan kepada kita. Baik pendidikan umum, maupun agama.
Bila direnungi, sungguh sangat berat tugas seorang guru. Selain harus terus berupaya belajar untuk meningkatkan kualitasnya, dia juga dituntut untuk selalu menjaga perilakunya di mana pun berada, terlebih ketika sedang bersama peserta didiknya.
Sekali lagi, saya tegaskan bahwa setiap guru harus berusaha memiliki akhlak yang baik, agar setiap yang keluar dari mulutnya dan segala perilakunya layak dijadikan panutan bersama. Tak hanya bagi para murid, tapi bagi masyarakat secara umum. Di mana pun seorang guru berada, di sanalah orang-orang akan terbawa aura positifnya. Segala ucapan dan perilakunya ibarat magnet yang akan menarik orang-orang di sekitarnya untuk melakukan kebaikan.
Penting dipahami bersama bahwa setiap orang yang hendak menuntut ilmu maka ia harus memiliki guru. Carilah guru-guru yang baik, guru yang sudah terkenal kemuliaan akhlaknya di tengah masyarakat. Jangan sampai dalam mencari ilmu kita tidak memiliki guru, misalnya hanya membaca buku-buku tanpa bimbingan seorang pun guru. Sebab, belajar beragam ilmu pengetahuan tanpa guru dapat membuat kita tersesat.
Fathoni Ahmad dalam tulisannya di laman NU Online, pada 19 November 2021 menguraikan, sebaik-baiknya orang belajar ialah yang mempunyai guru. Lalu gurunya itu mempunyai guru lagi dan terus tersambung (wushul) dengan guru-guru lainnya. Itulah yang dinamakan sanad keilmuan.
Sanad keilmuan dari guru-guru yang jelas dan berakhlak mulia memastikan ilmu telah melalui proses yang baik dan benar. Tidak melalui proses yang instan, sehingga ilmu tersebut layak diajarkan kepada orang lain.
Belajar ilmu pengetahuan, terlebih ilmu agama, memang harus melalui bimbingan guru. Sebab, mengutip keterangan Dalamislam, belajar tanpa guru dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam ajaran yang salah. Mempelajari agama Islam tanpa guru menyebabkan kebingungan bagi diri sendiri, karena tidak adanya keteguhan dalam belajar. Maka dari itu, hukum belajar agama tanpa guru tidak dianjurkan. Meski di era sekarang kecanggihan teknologi telah memudahkan kita belajar agama, tapi hendaknya tetap memiliki guru agar kita bisa mendapat pengajaran agama yang tepat.
Biasanya, orang yang haus akan ilmu pengetahuan maka ia tak akan pernah merasa lelah menuntut ilmu kepada para guru. Sebagaimana kisah para ulama terdahulu yang memiliki semangat tinggi dalam mencari ilmu, dari satu daerah ke daerah lain. Bahkan hingga menetap lama di luar negeri demi mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Saya yakin, bahwa setiap orang menginginkan bisa mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat. Syarat untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat salah satunya ialah dengan menghormati serta memuliakan guru. Jangan sampai kita memiliki rasa iri dan dengki dengan guru kita. Jangan pula kita suka membicarakan aib guru kita kepada orang lain. Jangan pula berkata keras dan kasar terhadap guru-guru kita.
Imam Nawawi dalam buku Adab di Atas Ilmu (buku ini merupakan terjemahan kitab Adab al-Alim wa al-Muta'allim wa Adab al-Mufti wa al-Mustafti) menjelaskan puluhan adab atau etika murid ketika belajar. Salah satunya ialah seorang murid harus memiliki sikap rendah hati terhadap ilmu yang dipelajarinya dan juga terhadap guru.
Sebab, dengan kerendahhatian itulah, ia akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Para ulama pernah menegaskan, "Ilmu itu memusuhi siapa saja yang bersikap meninggikan hati (sombong), sebagaimana air tidak akan pernah mengalir ke tempat yang tinggi."
Imam Nawawi dalam buku tersebut juga menjelaskan, seorang murid harus bisa menerima kritikan atau masukan dari gurunya. Namun, ia diperkenankan untuk mengajak guru tersebut bermusyawarah tentang apa saja terkait dirinya. Selain daripada itu, ia juga harus mematuhi perintah-perintah guru. Dalam konteks ini, posisi murid dan guru itu seperti orang sakit yang harus mematuhi segala nasihat serta anjuran dari seorang dokter ahli.
Akhirnya, lewat tulisan singkat dan sederhana ini, saya berharap, mudah-mudahan kita semua tak pernah lelah dalam mencari ilmu pengetahuan (sepanjang hayat masih dikandung badan). Terlebih ilmu-ilmu agama yang akan menjadi penerang hidup di dunia hingga akhirat.
***
*Ditulis oleh: Sam Edy Yuswanto, pemerhati pendidikan, penulis lepas mukim di Kebumen.