Sudah lama sekali saya mau membagikan cerita ini. Bagi saya, kejadian ini adalah hal yang luar biasa dan tak terlupakan sepanjang hidup nanti. Sebenarnya, kejadiannya sih sudah 6 bulan yang lalu, di tahun 2021. Kisah ini akan saya bagikan di sini untuk teman-teman. Ya, kisah tentang berbagi.
Saya tidak pernah menyangka bisa menjalani aktivitas seperti ini. Sebelum tinggal di desa ini, wakaf buku dan Alquran jarang sekali saya dengar di kota. Mungkin saya saja yang tidak banyak mendengar.
Wakaf pertama dipelopori oleh para pemuda OKU Selatan, yang berlokasi di Muara Dua. Suatu hari, suami pergi ke kota karena suatu urusan dinas. Ketika beristirahat di masjid, suami berbincang dengan salah satu jemaah (saya sebut pemuda karena usia mereka berkisar antara 22-30 tahun) di sana. Setelah berpanjang lebar bercerita, pemuda itu mengatakan bahwa mereka mencari masjid yang siap untuk didonasikan Alquran dengan program Wakaf 1000 Alquran.
Tidak disangka, setelah pembicaraan itu, beberapa pemuda datang ke desa kami dengan mengendarai motor. Allahu akbar! Mereka betul-betul rela mengendarai motor dalam keadaan hujan menuju desa kami. Tiada disangka, 35 Alquran sekarang ada di mushola kami, mushola Darusalam.
Kejadian serupa pun terjadi secara kebetulan lewat FB. Saya hanya mengenal nama. Aisha, seorang akhwat yang tinggal di pulau Jawa yang menggerakkan semuanya. Entah mengapa sepertinya ada chemistry dari pembicaraan kami, sehingga berlanjut ke aplikasi WhatsApp.
Suatu saat, dia memposting tentang wakaf Alquran. Iseng-iseng, mulailah pertanyaan tentang kegiatan tersebut. Allahu akbar, ternyata Mbak Aisha betul-betul melaksanakan ucapannya. Beliau mengirimkan Alquran (35 pcs), Iqro (35 pcs), dan buku saku dzikir pagi-petang (50 pcs).
Semua itu dikirim dulu ke Palembang mengingat ongkos kirim ke sini mencapai 600 ribu. Bagaimana ongkos ke Palembangnya? Mbak Aisha yang menalangi. Allahu akbar! Semua donasi itu sudah disampaikan ke masjid, mushola, dan anak-anak TPA (Taman Pendidikan Alquran).
Ternyata, wakaf Quran ini berlanjut ke donasi buku bacaan. Saat saya bercerita tentang kesulitan memenuhi kebutuhan buku anak-anak yang bagus di desa ini, mbak Aisha memberi petunjuk bahwa ada temannya yang ingin mendonasikan buku anak-anak. Masya Allah, pembicaraan ini pun ditanggapi oleh Mbak Aisha, hingga beberapa bulan yang lalu buku hasil donasi itu singgah dulu di Palembang.
Kini, buku-buku itu sudah ada tertata rapi di mushola dengan rak yang ala kadarnya. Saat ini, anak-anak TPA akan datang ke mushola untuk membaca buku dan boleh meminjam dengan sistem kejujuran. Buku-buku yang ada memang recommended untuk perkembangan akhlak, pengetahuan sirah, tauhid, dan fiqih Islam anak-anak.
Dari beberapa buku itu, saya telah ulas di blog dan read aloud di Youtube. Saya yakin suatu saat, nanti buku-buku ini akan memberi manfaat dan mewarnai kehidupan para anak-anak untuk menjadi generasi Rabbani. Semoga para donatur yang selalu diberikan keberkahan hidup dan dilindungi oleh Allah swt.
Silaturrahmi yang terjalin dari jarak jauh ternyata jika didasari ketulusan akan membentuk ikatan hati dan kepercayaan. Seperti halnya saya dan mbak Aisha yang tidak kenal sama sekali. Namun, dengan niat yang tulus untuk berbagi, semua jarak pun terlampaui.
Berbagi memang tidak pernah merugikan orang yang berbagi itu sendiri. Mungkin dengan cara seperti itu, dia bisa membersihkan harta yang dimiliki. Tentu saja, jika yang dibagikan itu adalah ilmu atau kebaikan, maka betapa banyak amal jariyah yang diterima para donatur ketika barang-barang itu dipergunakan.
Jangan takut berbagi karena berbagi tidak akan rugi. Teruslah berbagi, meskipun hanya dengan makanan sederhana yang kita miliki.