Fear of Missing Out (FoMO): Fenomena Baru Media Sosial di Kalangan Remaja Milenial

Ayu Nabila | 005 Sarah Kurnia Miranda
Fear of Missing Out (FoMO): Fenomena Baru Media Sosial di Kalangan Remaja Milenial
Ilustrasi Media Sosial (Pexels.com/TracyLeBlanc)

Kehidupan remaja atau kaum milenial saat ini tidak dapat dipisahkan dari smartphone dan media sosial. Jika mereka tidak tahu mengenai berita terbaru atau teman mereka bertanya mengapa mereka tidak tahu berita terbaru, mereka akan merasa gelisah. Situs media sosial telah menjadi faktor persepsi kontributor utama Fear of Missing Out atau yang biasa disingkat FoMO.

Hal tersebut dapat berdampak pada rasa iri hati, karena iri dengan postingan dan kehidupan orang lain, orang akan menghasilkan perasaan dan emosi negatif dari situs media sosial. Media sosial menciptakan lokasi pusat yang dapat diakses oleh orang-orang yang memperbarui informasi untuk memahami apa yang dilakukan orang lain pada saat itu. Namun, apa sebenarnya Fear of Missing Out (FoMO) ini? Simak selengkapnya di bawah, ya.

Mengenal Fear of Missing Out (FoMO)

Fear of Missing Out (FoMO) bisa diartikan sebagai ketakutan akan kehilangan momen. Takut kehilangan momen ini adalah konstruksi sosial yang mengkaji apakah orang khawatir akan kehilangan pengalaman orang lain. Fear Of Missing Out (FoMO) dapat dipahami sebagai timbulnya perasaan takut dengan ketertinggalan momen berharga disebabkan individu tersebut tidak terlibat di dalamnya dan selalu ingin terlibat dengan apa yang dikerjakan oleh orang lain di media sosial.  

FoMO merupakan fenomena yang baru dan sedikit sekali orang-orang mengenali tentang fenomena ini. Padahal, dari pengertian FoMO tersebut tidak menutup kemungkinan fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja yang menggunakan media sosial.  FoMO ini bisa menjangkiti siapa saja, terutama remaja atau kaum milenial.

Dampak Fenomena Fear of Missing Out (FoMO)

FoMO ini dapat berdampak pada munculnya ketakutan akan ketertinggalan momen yang dialami seseorang di antaranya tidak peduli dengan keadaan diri sendiri dan sekitar disebabkan sibuk dengan smartphone-nya, waktu tidur terganggu atau tidak berkualitas, pola makan juga terganggu, sulit menikmati kebersamaan di realita kehidupannya, serta lebih condong kepada perasaan merasa kurang terhadap apa yang telah dimiliki. Selain itu, dampak negatif dari fenomena FoMO lainnya di antaranya sebagai ajang pamer, membuat masyarakat menjadi tidak sabaran dan ingin serba instan serta kurang bersyukur.

Namun, tidak semua yang ditimbulkan FoMO ini negatif, ada pula dampak positif di antaranya dengan munculnya fenomena ini, millennials bisa memanfaatkan emosinya guna memaksa diri sendiri untuk mencoba hal-hal baru dan keluar dari zona nyamannya. Hal ini dikarenakan media sosial sudah berhasil menghancurkan segala batasan komunikasi dan memperluas cara-cara baru untuk masyarakat bisa berkomunikasi. Pada abad 21 ini, seluruh informasi bisa mudah sekali diakses serta bisa dibagikan kapanpun kepada dunia.

Cara Menghindari Fear of Missing Out (FoMO)

Ada beberaoa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari FoMO di berbagai media sosial. Berikut beberapa di antaranya.

  • Menggunakan media sosial secara bijak dan tidak berlebihan: Cara satu ini dilakukan agar manfaat dari media sosial dapat kita rasakan dan tidak terkena dampak negatifnya atau pun sampai kecanduan dengan media sosial yang berujung pada nomophobia.
  • Mengatur waktu penggunaan gadget ataupun penggunaan media sosial, agar dapat tetap beraktivitas yang lainnya.
  • Tidak terkungkung di dalam dunia maya.
  • Berhenti membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain, karena semua orang memiliki waktunya sendiri-sendiri untuk sukses.
  • Fokus terhadap dirimu, cita-citamu, dan kehidupan nyata saat ini.
  • Memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
  • Selektif dalam memilah informasi, mana yang baik untuk dibagikan di media sosial dengan yang tidak perlu orang lain ketahui.

Satu hal penting lainnya yang harus diingat untuk menyikapi dan menghindari dampak negatif dari fenomena FoMO ini, yakni fokus terhadap pencapaian diri sendiri, menjadikan pencapaian seseorang sebagai motivasi untuk sukses, bukan sebagai ajang membanding-bandingkan dengan pencapaianmu yang berujung membuat diri sendiri stres. Bijak dan selektiflah dalam berselancar di media sosial.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak