Upaya membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia merupakan kerja besar dan kompleks melibatkan seluruh komponen bangsa. Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan kekuatan bangsa. Maka upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada dasarnya adalah bagian dari upaya memajukan bangsa.
Merdeka Belajar menjadi tema besar yang digagas Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi sejak tahun 2021. Selama kurang lebih tiga tahun ini, Progam Merdeka Belajar telah diterjemahkan dalam berbagai aspek: kebijakan, prosedur, pendanaan, infrastruktur, teknologi, kepemimpinan, kurikulum, pedagogi, asesmen.
Program-program Kemendikbudristek tersebut di antaranya Asesmen Nasional, BOS langsung ke sekolah, PPDB fleksibel, Merdeka Belajar (episode 1-20), program-program terkait guru dan tenaga pengajar, hingga isu-isu sosial budaya seperti pencegahan kekerasan seksual di lembaga pendidikan, pendidikan vokasi, dan tentu program pendidikan di masa pandemi Covid-19.
Bisa dikatakan, berbagai program Kemendikbudristek tersebut secara umum telah membawa perubahan positif bagi dunia pendidikan di Indonesia. Menurut survei LSIN pada akhir tahun 2021, Kemdikbudristek bahkan menempati urutan pertama sebagai kementerian dengan kinerja paling baik.
Hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia pada 7-12 April 2022 menyebutkan lebih dari 75% warga puas dengan kebijakan Kemendikbudristek. Rilis hasil survei yang dilakukan terhadap 1.520 orang yang tersebar di Indonesia tersebut disampaikan dalam webinar “Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek” Minggu 19 Juni 2022.
Berdasarkan survei tersebut, publik menilai program-program yang dirasakan paling bermanfaat adalah Pembelajaran Tatap Muka (42,8%), kemudian KIP Kuliah Merdeka (42%, bantuan kuota data internet (40,6%), fleksibilitas dana BOS langsung ditransfer ke rekening sekolah (40%) %, dan Peraturan Menteri tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) 33,2%.
Kemudian untuk kategori program yang cukup bermanfaat di antaranya ada bantuan untuk pelaku budaya (66,1%), guru penggerak (65,4%), matching fund vokasi (64,9%), Sekolah Penggerak (64,7%), dan platform Merdeka Mengajar (63,9%).
Adapun untuk program yang dinilai kurang bermanfaat adalah PPDB maksimal 30 persen kuota untuk jalur prestasi (18,8%), Asesmen Nasional (14,4%), SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di lingkungan sekolah (12,7%), penolakan penggunaan bahasa Melayu Malaysia (7,9%), dan hak belajar tiga semester di luar kampus (7,1%).
Hasil survei tersebut bisa menjadi gambaran dan bekal berharga bagi Kemendikbudristek untuk terus melakukan perbaikan demi membangun dan memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Program-program yang dinilai sangat bermanfaat memang terlihat merupakan program yang berdampak langsung ke masyarakat.
Adapun untuk program-program yang dinilai cukup bermanfaat dan kurang bermanfaat, bukan berarti program tersebut tidak bisa memberi dampak positif. Untuk program seperti Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, Platform Merdeka Mengajar, Matching Fund Vokasi, Assesmen Nasional, dan lainnya, merupakan program-program yang butuh waktu dan proses untuk dapat dirasakan dampaknya.
Program Guru Penggerak, misalnya. Program ini bertujuan menciptakan agen-agen perubahan di dunia pendidikan yang diawali dari sosok guru. Guru dibekali berbagai pelatihan peningkatan kompetensi, terutama bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran yang bisa mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada anak didik.
Program Guru Penggerak diluncurkan dua tahun lalu pada Juli 2020 dan mendapatkan antusiasme tinggi dari para guru. Taget yang ditetapkan Kemendikbud selalu tercapai pada setiap angkatan. Mulai muncul cerita-cerita praktik baik pembelajaran yang bisa kita lihat di berbagai platform online. Perubahan-perubahan positif sekecil apa pun harus didukung. Semangat perubahan ini jelas harus dijaga.
Kita tentu berharap, Kemendikbudristek bisa terus melakukan perbaikan dan evaluasi secara turukur dari setiap program yang telah dijalankan. Berbagai dampak positif harus diapresiasi, sembari terus melakukan pembenahan demi masa depan dunia pendidikan Indonesia yang semakin cerah.