Pekan ini netizen dikejutkan dengan berita yang mengandung hikmah besar. Setidaknya itu yang saya rasakan. Ya, saya merupakan salah satu netizen, karena setiap hari saya tak lepas dari menyimak video dari kanal YouTube. Saya jarang sekali menonton televisi. Bisa dibilang tidak pernah, walaupun di rumah ada televisi. Hikmah besar itu tak akan didapat jika tidak digali. Mari kita gali!
Berita tentang seorang anak laki-laki berusia 23 tahun yang pada zaman serba digital ini, kedapatan ketulusan hatinya berbakti kepada sang ibu. Keadaan yang dulunya mereka ini kaya raya, kemudian berangsur-angsur kekayaan itu lenyap satu per satu hingga tersisa rumah megah dua lantai yang bernilai milyaran rupiah.
BACA JUGA: Heboh Tiko Tolak Tawaran Kerja Digaji Rp 10 Juta, Alasannya Makjleb
Dia, si anak ini bernama Tiko (nama panggilan) sejak 2011 merawat ibunya yang mulai terkena sakit gejala mental. Terkadang ibunya mengamuk, namun terkadang ibunya bisa berkomunikasi. Sementara itu, tiap hari Tiko bekerja sebagai satpam di tempat dia tinggal, sekitar sejak 5 tahunan terakhir.
Menurut beberapa sumber berita di kanal YouTube disebutkan bahwa sebenarnya semua tetangganya peduli. Bahkan sejak lama telah menawarkan bantuan, tetapi ibunda Tiko tidak mau.
Karena rumah besar itu mengalami tunggakan sejak 2011, maka aliran listrik dan air diputus oleh pihak yang berwenang karena tidak dibayar sampai lewat tenggat waktu. Kala itu, yang dilakukan Tiko hanya pasrah. Dia dan ibunya hidup tanpa air dan listrik.
Saat hujan datang, itu merupakan sebuah berkah bagi Tiko dan sang ibu. Tiko segera menadah air hujan untuk keperluan mandi dan masak bagi ibunya. Dari penghasilan Tiko sebagai satpam, dia memberi uang kepada ibunya untuk belanja. Menurut Tiko saat diwawancarai media, dia mengatakan bahwa ibunya masih bisa berinteraksi dengan penjual sayur mayur kemudian segera masuk rumah dan mengurung diri di dalam.
Saking banyaknya media dan konten kreator YouTube yang meliput dia, beberapa d iantaranya memiliki inisiatif untuk membantu membersihkan rumah megah itu. Hingga saya menulis artikel ini, rumah itu kini bukan hanya sudah bersih luar dan dalam, tetapi juga sudah dipasang listrik dan air.
BACA JUGA: Diduga Lakukan KDRT, Terkuak Perjanjian Pra Nikah Ferry Irawan dan Venna Melinda
Dalam waktu sepekan sejak terkuaknya kisah yang mengharu biru ini, rumah yang tadinya kotor, gelap dan suram itu, berubah menjadi bersih, terang dan segar. Bahkan banyak dikunjungi oleh netizen yang penasaran dengan rumah yang di dalamnya ada anak yang berbakti pada ibunya. Bukti Allah mengangkat derajat seorang hamba walaupun dia dalam kegelapan siang dan malam.
Sebuah Refleksi
Saya jadi teringat diri saya sendiri yang masih jauh dari kesan berbakti kepada orang tua. Saya salut dengan Tiko. Tiko bukan saja menginspirasi jutaan netizen di jagad ini, tetapi dia juga memberikan angin segar bagi saya, perspektif baru tentang birrul walidain.
Merawat ibu yang sakit jiwa atau mentalnya itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Ditambah lagi keadaan ekonomi yang amat terbatas. Rumah yang tidak ada aliran air dan listrik menambah ngilu hati saya. Entah rahasia apa yang akan Allah tunjukkan pada khalayak tentang hikmah ini? Saya pun masih terus menggalinya.
Semoga berkah Allah selalu tercurahkan, yang jelas bahwa Allah akan menunjukkan kekuasaannya, bahwa siapa pun yang berbakti dengan ridho sempurna karena Allah, maka Allah sendiri yang akan mengangkat derajatnya. Karena keridho’an Allah juga sempurna kepadanya. Allahu akbar!
Rasanya tak cukup tinta untuk menuliskan kisahnya. Tak cukup waktu untuk membicarakan kisah ini. Dan tak cukup pendidikan di sekolah untuk menjadikan seorang anak yang berkarakter seperti Tiko. Karena Tiko sejak SMP kelas 1, dia diminta ibunya untuk putus sekolah. Dia patuh pada ibunya, tanpa perlawanan sedikit pun.
Refleksi berikutnya, saya mendapat insight bahwa perbuatan buruk ibu tak menjadi karma bagi anak ketika anak itu ridho dengan sempurna. Jadi amal perbuatan seseorang itu tak mungkin akan tertukar dengan orang lain walaupun itu ibu kandung atau saudara kandung. Amal baik tak kan bercampur dengan amal buruk, sama seperti minyak dan air, dua zat itu berdiri sendiri walaupun dalam kenyataannya dicampur, akan tetap terpisah.
BACA JUGA: Objektifikasi Perempuan: Sebuah Kekeliruan Personal atau Industri Budaya?
Menurut berita yang ada bahwa ibunya memiliki watak yang kasar, keras, dan merasa tajir melintir. Itu yang diutarakan oleh beberapa saksi keluarga yang dimintai wawancara oleh media YouTube. Kemudian terjadi cekcok rumah tangga, dan ibunda Tiko mengusir ayah Tiko (yang kini telah di alam kubur) saat itu untuk pulang ke kampung halamannya. Bahkan ayah Tiko naik truk bersama barang-barangnya di dalam truk itu.
Refleksi terakhir, janganlah menjadi wanita kasar lagi keras. Karena kekasaran dan kekerasan lisan itu adalah cerminan hati yang buruk dan bisa berakibat terkena penyakit mental. Bukan saja pada wanita, pria pun demikian.
Yunita Purnamasari, S.Pd
Guru SD Al Falah Darussalam Sidoarjo
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS