Alasan Kenapa Banyak Orang Lupa sama Caleg yang Dipilih

Candra Kartiko | Budi Prathama
Alasan Kenapa Banyak Orang Lupa sama Caleg yang Dipilih
Ilustrasi pemilu. (Pixabay/@mohamed_hassan)

Momentum perhelatan tahun politik memang membuat seru dan bahkan kadang banyak menuai basa-basi. Pemilihan calon pemimpin bangsa nggak melulu soal program lima tahunan belaka, tetapi terlebih sebagai perwujudan demokrasi yang sehat. Nggak akan terasa, tanggal 14 Februari 2024 nanti menjadi penentu bagi kita untuk memberikan hak politik kepada orang yang dianggap mampu memperjuangkan hak-hak rakyat dan meneruskan cita-cita kemerdekaan. 

Para aktor politik dan peserta Pemilu sudah banyak kita saksikan tersebar di mana-mana, baik melalui perantara media sosial sampai pada pertemuan kecil-kecil di warung kopi. Bahkan, sudah banyak yang curi start dan tersebar bendera partai atau photo pasangan calon di sepanjang jalan, padahal belum masuk waktunya tahapan kampanye. 

Bukan hal lumrah memang, berbagai cara yang bisa dilakukan para calon pemimpin kita untuk menaikkan popularitas mereka dan nantinya bisa meraut suara rakyat. Munculnya nama-nama politikus senior, bahkan orang-orang baru, kadang menggelitik pemandangan kita dengan balihonya yang banyak tersebar. 

BACA JUGA: Kenapa Singapura Bisa tapi Swedia Gagal?

Aksinya itu sih sah-sah saja sebenarnya, emang dari dulu kelakuannya begitu. Tampil dan berlagak sebagai pejuang rakyat, turun di persawahan bersama rakyat, tapi saat terpilih entah dengan alasan apa justru nggak lagi pernah muncul ke permukaan. Mungkin mereka terlalu sibuk atau sudah keasyikan berada di tempat ber-AC. Walau nggak semua juga begitu sih, tapi kebanyakan. 

Sehingga nggak heran, kenapa banyak orang yang lupa sama caleg yang dipilih usai pemilihan. Karena banyak caleg kita yang lupa sama rakyatnya, berikut juga beberapa alasan kenapa banyak orang yang lupa sama caleg yang dipilihnya. 

Memang kita nggak kenal mereka

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa menjelang pemilu banyak orang-orang baru yang ingin berlaga sebagai kontestan sebagai pemimpin rakyat. Propaganda mereka bisa terlihat di berbagai media sosial terlebih dengan balihonya yang tersebar di sepanjang jalan. 

Mereka banyak yang kita nggak kenal, dari mana asalnya dan keturunannya siapa, tiba-tiba tim pemenangannya tersebar sampai ke pelosok-pelosok desa hanya ingin mendapatkan suara rakyat. Kalau caleg yang masih suka menggandeng nama bapak kakeknya yang terkenal, itu sih bisa lebih diatas sedikit yang kenal ketimbang mereka yang benar-benar baru. 

Karena memang dari awal nggak kenal, makanya saat pemilihan telah selesai mereka pun seakan ditelan bumi. Bukan hanya mereka yang kalah dalam kontestasi akan dilupakan, karena bisa saja mereka sudah kembali kepada aktivitas sebelumnya. Tapi, yang sudah terpilih pun juga banyak dilupakan oleh pemilihnya, karena nggak pernah lagi turun di masyarakat seperti saat kampanye dulu. 

Money politik

Bukan rahasia lagi kalau praktek money politik sudah mendarah daging terjadi pada Pemilu kita di Indonesia, bahkan kadang dianggap bukan lagi sebagai pelanggaran karena sudah terintegrasi sebagai budaya lama, "kalau nggak pake duit susah mah untuk menang." Pemikiran dan praktek seperti inilah yang bisa mencederai demokrasi kita. 

Praktek money politik yang dilakukan kepada masyarakat justru membuat mereka hanya mengenal caleg saat hari itu juga, memilih karena ada uang. Sehingga yang terjadi, kesadaran masyarakat untuk memilih pemimpin yang berkompeten dan bisa mewakili suara rakyat akan terhambat dengan adanya praktek money politik. 

BACA JUGA: HUT ke-78 RI: Problem Transportasi Umum dan Mentalitas Masyarakat dalam Berkendara

Fanatik terhadap partainya tapi nggak tahu orangnya

Ternyata karakter masyarakat kita nggak hanya fanatik terhadap agama, tetapi banyak juga yang fanatik terhadap partai politik. Sehingga tidak heran, ketika memilih caleg banyak yang melihat dari partainya saja tanpa mengetahui siapa yang dicalonkan. Kondisi ini juga membuat banyak orang lupa sama caleg yang dipilih karena terlalu fokus pada partainya saja. 

Nggak peduli

Alasan yang terakhir ini cukup nggak mengherankan, banyak orang yang nggak peduli terhadap caleg yang dipilih. "Apa juga gunanya memikirkan mereka kalau sudah selesai pemilihan." 

Pernyataan seperti ini memang nggak mustahil banyak caleg yang dilupakan, apalagi kalau memang calegnya sendiri nggak mau lagi berkunjung ke masyarakat. Karena nggak mungkin rakyat yang akan menemui caleg yang dipilihnya, justru seharusnya caleg yang harus lebih peka terhadap rakyatnya. Caleg harus mengetahui bagaimana kondisi rakyatnya sekarang, dan sedang butuh apa? Bukan malah sebaliknya. 

Alasan-alasan tersebut mungkin nggak semua juga lho seratus persen benar. Tetapi, fakta yang terjadi dan memang patut untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, apakah betul alasan tersebut benar adanya yang menyebabkan orang banyak lupa sama caleg yang dipilih? 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak