Dalam era digital ini, media sosial telah menjadi tempat yang sangat signifikan dalam menyebarkan berbagai jenis konten, termasuk konten motivasi. Sayangnya, tidak semua konten motivasi memiliki tujuan positif. Beberapa di antaranya menggunakan kedok "flexing" atau pamer untuk menunjukkan keberhasilan dan gaya hidup mewah, yang dapat memiliki dampak negatif terhadap kondisi mental sosial di Indonesia.
Konten Motivasi Berkedok Flexing
Konten motivasi berkedok flexing dapat didefinisikan sebagai materi-materi yang seharusnya memberikan inspirasi dan semangat, namun sering kali dihiasi dengan kemewahan dan kekayaan untuk menarik perhatian. Hal ini dapat terlihat dari gaya hidup glamor, properti mewah, dan kesuksesan material lainnya yang diunggah oleh para pengguna media sosial. Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan di salah satu platform media sosial yaitu Tiktok, seorang pemuda berusia 19 tahun yang menggunakan nama samaran 'Luker Feller'. Fenomena ini bukan hanya menciptakan kesenjangan sosial, tetapi juga memainkan peran penting dalam memengaruhi kondisi mental masyarakat.
Banyak berbagai media telah memberitakan bagaimana kronologi secara jelasnya, bahkan tak sedikitpun komentar netizen yang membanjiri konten-kontennya di Tiktok. Kejadian seperti ini bukan yang pertama kali, ada beberapa influencer yang terlebih dahulu merasakan hujatan-hujatan pedas dari netizen yang maha benar ini.
Mari kita sedikit ulas bagaimana awalnya sosok pemuda bernama 'Luker Feller' ini bisa ramai diperbincangkan. Awalnya, pemuda ini memposting sebuah video di Tiktok yang menceritakan dirinya di usia 19 tahun sudah menjadi manager di sebuah perusahaan Amerika, tak sampai sana, ia pun menambahkan bumbu dengan penghasilan yang terbilang cukup tinggi. Sebenarnya dia memiliki niat yang baik untuk memberikan edukasi bahwa pekerjaan remot itu sangat relevan di zaman sekarang yang sudah serba didukung dengan teknologi canggih. Tapi, sayangnya postingan itu berbuntut dan netizen mulai bereaksi, bahkan sampai mendapatkan perhatian khusus dari salah seorang konten kreator juga.
Terlepas dari bumbu-bumbu yang sudah terjadi, sepertinya menarik apabila kita melakukan refleksi atas dampak dari ramainya hal tersebut. Terlebih jika dikaitkan kepada kondisi mental sosial masyarakat Indonesia yang katanya dikenal dengan "Mental judgjing".
Dampak Terhadap Kondisi Mental Sosial
Pertumbuhan Rasa Tidak Puas: Konten motivasi berkedok flexing dapat menciptakan rasa tidak puas di kalangan pengguna media sosial yang merasa kurang berhasil atau kaya. Ini dapat mengarah pada perasaan rendah diri dan ketidakbahagiaan. Hingga pada akhirnya bukan sebuah ketikdamungkinan menjadi kejulidan dan kenyinyiran.
Tekanan Sosial: Menyaksikan gaya hidup mewah dan kesuksesan material orang lain dalam konten motivasi dapat menciptakan tekanan sosial yang tidak sehat. Masyarakat dapat merasa tertekan untuk mencapai standar yang mungkin tidak realistis.
Mengabaikan Kesejahteraan Mental yang Sebenarnya: Fokus pada keberhasilan material sering kali mengabaikan pentingnya kesejahteraan mental. Masyarakat dapat mengorbankan kesehatan mental mereka dalam upaya mencapai kesuksesan yang terlihat di luar.
Polarisasi Sosial: Fenomena ini dapat memperkuat kesenjangan sosial dan memperdalam divisi antara mereka yang sukses secara material dan mereka yang belum mencapai kesuksesan serupa.
Solusi dan Langkah Positif
Pendidikan Kritis Media Sosial: Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang bagaimana media sosial dapat memengaruhi persepsi dan emosi. Pendidikan kritis media sosial dapat membantu individu lebih cerdas dalam mengonsumsi dan menilai konten motivasi.
Promosi Kesehatan Mental: Penting untuk mengingatkan masyarakat bahwa keberhasilan sejati tidak hanya terlihat dari aspek material. Promosi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional harus menjadi bagian integral dari pesan motivasi.
Kampanye Realisme: Pelaku media sosial dan pembuat konten motivasi dapat berperan aktif dalam mengkampanyekan pesan realisme. Menunjukkan keberhasilan yang dicapai melalui usaha keras dan kerja keras, bukan hanya kesuksesan material.
Dukungan Sosial: Masyarakat perlu membangun dukungan sosial yang sehat. Ini termasuk mendukung satu sama lain dalam perjalanan mencapai tujuan tanpa merasa perlu memamerkan kesuksesan secara berlebihan.
Fenomena konten motivasi berkedok flexing dapat memiliki dampak serius pada kondisi mental sosial di Indonesia. Penting untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konten ini memengaruhi masyarakat dan mengambil langkah-langkah positif untuk meminimalkan dampak negatifnya. Dengan mengedepankan nilai-nilai realisme, kesehatan mental, dan dukungan sosial, kita dapat menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat dan membangun masyarakat yang lebih tangguh secara mental.