Menjelang perayaan Idul Fitri, masyarakat Indonesia melakukan tradisi salah satunya mengirimkan hampers atau parcel. Tradisi berkirim hampers rupanya dijadikan sebagai bentuk silaturahmi antar sesama. Hampers dikirimkan kepada orang tua, saudara, kerabat, rekan kerja atau bahkan pada calon mertua.
Apabila kita runut berdasarkan asal usulnya, ternyata saling berkirim hampers saat perayaan besar termasuk saat Lebaran telah dilakukan sejak abad ke-11. Istilah hampers berasal dari bahasa Perancis “Hanapier” artinya keranjang untuk piala. Hampers disebut keranjang yang terbuat dari rotan. Di Indonesia sendiri, pada masa penjajahan Belanda, hampers disebut sebagai hadiah untuk pekerja perkebunan. Hampers saat itu berisi makanan dan hasil pertanian. Tujuan pemberian hampers ini sebagai pengakuan atas kerja keras para pekerja.
Setelah Indonesia merdeka, tradisi berkirim hampers masih dilakukan untuk berbagai momen seperti Natal, Imlek, acara pernikahan, ulang tahun, hingga iIdul Fitri. Isi hampers juga cukup beragam dan bisa kita pilih berdasarkan keinginan dari kosmetik, kue kering, bunga, kaktus, pakaian dan masih banyak lagi.
Hal yang menarik adalah, berbagi hampers pada momen Idul Fitri ini telah menjadi penanda status sosial bagi pemberi maupun penerima. Alhasil semakin mewah hampers yang diberikan maka semakin tinggi juga status sosialnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa pemberian hampers menjadi semacam adu gengsi.
Terlepas dari hal itu, berkirim hampers tetap menjadi tradisi yang penting. Setidaknya dua hal penting itu ada pada sisi: siapa penerima dan apa yang diberikan. Hadiah apa yang akan kita berikan pada seseorang barangkali tidak harus mewah dan mahal. Tetapi bisa berupa hal atau benda yang berguna dan bermanfaat. Selain itu, kepada siapa hampers atau hadiah itu akan kita berikan. Momen memberikan hampers pada orang yang sangat penting bagi hidup kita, orang tua misalnya. Hal itu tentunya sangat bermakna.
Kita berharap agar bisa memberikan hadiah terbaik pada mereka. Namun demikian, orang tua tidak selalu mengharapkan hadiah mahal atau mewah. Orang tua pasti bahagia melihat ketulusan, kasih sayang dan perhatian seorang anak pada mereka. Berbagi hadiah atau hampers adalah kepingan kecil dari perhatian dan kasih sayang yang utuh.
Begitu juga denganku yang tahun ini belum berkesempatan untuk mudik ke rumah orang tua. Tetapi, aku harap ada hal yang bisa menghangatkan perayaan lebaran ini, mengobati rasa rinduku pada ibu. Aku ingin memberikan sepaket hampers berisi jilbab dan mukena baru untuk ibu.
Aku ingat, salah satu jilbab ibu, tampak berlubang karena tergores panasnya alat setrika. Tapi beliau tetap mengenakannya. Kata ibu, ibu sangat menyukai warnanya. Aku ingat-ingat warna jilbab itu. Aku coba mencarinya di toko online. Aku gulirkan halaman serta katalog yang mereka tawarkan perlahan-lahan. Tidak ada warna yang sama. Meski sedikit kecewa, aku tetap berusaha mencari dan memilih salah satu dari sekian pilihan di toko itu. Setidaknya, warna jilbab itu sedikit mirip dengan jilbab lama milik ibu. Aku letakkan jilbab pilihan serta mukena untuk ibu di keranjang belanja toko online. Aku belum melakukan checkout.
Aku berharap di bulan ini menjadi salah satu pemenang "Kompetisi Menulis Andai Aku Dapat THR" yang diselenggarakan Yoursay. Hadiah yang diberikan bagi pemenang sebesar Rp 500.000,- untuk dua orang. Jumlah yang cukup bagiku untuk membeli jilbab dan mukena ibu. Aku ingin memberikan jilbab dan mukena tersebut sebagai hampers di hari lebaran ini. Sekaligus, hadiah untuk ulang tahun ibu yang bersamaan tepat di bulan ini. Aku harap Yoursay membaca tulisanku ini dan memilih ceritaku sebagai salah satu yang menarik. Semoga saja.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.