Meneruskan Perjuangan atau Mengulang Kesalahan? Refleksi Kritis terhadap Warisan Politik dalam Demokrasi Kontemporer

Hayuning Ratri Hapsari | Sendi Suwantoro
Meneruskan Perjuangan atau Mengulang Kesalahan? Refleksi Kritis terhadap Warisan Politik dalam Demokrasi Kontemporer
Massa Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) melakukan unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Jumat (20/10/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Pergantian kepemimpinan dalam sebuah negara adalah hal yang lumrah. Namun, ketika berbicara tentang warisan politik yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, pertanyaan mendasar muncul apakah ini merupakan kelanjutan dari perjuangan dan cita-cita para pendahulu, atau justru sebuah pengkhianatan terhadap nilai-nilai demokrasi?

Di satu sisi, warisan politik dapat dipandang sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pendahulu. Ide-ide, gagasan, dan nilai-nilai yang telah diperjuangkan dapat terus hidup dan berkembang melalui generasi penerus. Ini adalah cara untuk menjaga kontinuitas dalam pembangunan bangsa dan memastikan bahwa tujuan-tujuan nasional tetap terjaga. 

Namun, di sisi lain, warisan politik juga berpotensi menjadi beban yang menghambat kemajuan. Jika warisan politik diinterpretasikan secara kaku dan tidak adaptif terhadap perubahan zaman, maka dapat menghambat inovasi dan kreativitas.

Selain itu, jika warisan politik digunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang tidak demokratis, maka hal ini dapat menjadi ancaman bagi kebebasan dan keadilan.

Dalam konteks demokrasi, warisan politik seharusnya menjadi sumber inspirasi, bukan belenggu. Generasi penerus harus mampu memilah dan memilih mana yang relevan dari warisan tersebut, lalu mengembangkannya sesuai dengan konteks zaman yang terus berubah.

Mereka harus berani untuk melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu jika hal itu menghambat kemajuan.

Pengkhianatan terhadap demokrasi terjadi ketika warisan politik digunakan untuk melanggengkan kekuasaan, membatasi kebebasan, atau menindas kelompok minoritas. Ini adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Untuk menghindari hal ini, perlu adanya mekanisme yang kuat untuk mengawasi penggunaan kekuasaan dan memastikan bahwa warisan politik tidak disalahgunakan.

Selain itu, pendidikan politik yang berkualitas sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya demokrasi dan nilai-nilai universal.

Warisan politik dapat menjadi kekuatan positif atau negatif, tergantung pada bagaimana kita menafsirkan dan mengimplementasikannya.

Jika dikelola dengan baik, warisan politik dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus. Namun, jika disalahgunakan, warisan politik dapat menjadi ancaman bagi demokrasi.

Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa warisan politik digunakan untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu.

Kita harus berani untuk mempertanyakan setiap kebijakan yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan selalu berjuang untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak