Adab Aktor Buruk yang Meruntuhkan Performa Film A Business Proposal

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Adab Aktor Buruk yang Meruntuhkan Performa Film A Business Proposal
Foto Abidzar (Instagram/ abidzar73)

Dalam industri hiburan, talenta memang penting, tapi attitude lebih menentukan. Seorang aktor bukan hanya dinilai dari aktingnya di layar, tapi juga dari bagaimana dia bersikap di luar film. Sayangnya, Abidzar Al-Ghifari sepertinya lupa akan hal itu. Komentarnya yang “dianggap” meremehkan penggemar drakor bukan cuma menciptakan kontroversi, tapi juga berdampak langsung pada performa film yang dia bintangi: A Business Proposal versi Indonesia.

Dari awal, film ini sebenarnya punya potensi besar. Mengadaptasi drakor populer yang sudah punya basis penggemar kuat, dan digarap Falcon Pictures—rumah produksi yang sudah sukses dengan berbagai film—dan didukung aktor-aktor ternama seperti Ariel Tatum dan Caitlin Halderman. Tapi harapan untuk sukses itu perlahan luntur begitu Abidzar buka suara.

Dalam sebuah wawancara, dia dengan santainya mengaku nggak nonton versi asli A Business Proposal. Alasannya? Karena ingin menciptakan karakter sendiri. Oke, mungkin ada niat baik di balik itu. Namun, yang bikin runyam, dia lanjut dengan menyebut fans drakor sebagai "fanatik".

Di sinilah letak blunder fatalnya. Penggemar drakor bukan cuma sekadar penonton biasa yang datang ke bioskop tanpa ekspektasi. Mereka punya ikatan emosional yang kuat dengan cerita, karakter, dan eksekusi khas drama Korea. Makanya, ketika seorang aktor remake terang-terangan bilang nggak mau melihat referensi aslinya, apalagi sambil menjatuhkan fans drakor, itu sama saja dengan cari gara-gara.

Dan hasilnya? Nggak mengejutkan. Seruan boikot langsung muncul, dan film ini pun sepi penonton di hari pertama tayang. Hanya 6.000-an tiket terjual, angka yang sangat kecil untuk ukuran film produksi besar. Dibandingkan film lain seperti Pulung Gantung (31.304 penonton) atau Petaka Gunung Gede (170.000-an penonton), perbedaan ini terasa seperti tamparan keras.

Falcon Pictures sampai harus turun tangan meminta maaf. Namun, nasi sudah jadi bubur. Kata-kata yang sudah terlanjur keluar sulit untuk ditarik kembali. Apalagi dalam industri hiburan, reputasi itu segalanya. Begitu aktor kehilangan simpati publik, akan sulit untuk mendapatkannya kembali.

Kasus ini harusnya jadi pelajaran. Seorang aktor bukan hanya dituntut untuk bisa berakting, tapi juga harus paham cara menjaga hubungan dengan penontonnya. Bicara sembarangan tanpa mempertimbangkan dampaknya bisa berujung fatal. Sebab, sebesar apa pun sebuah film, kalau penontonnya sudah kehilangan minat sejak awal, hasil akhirnya akan tetap sama: GAGAL!

Abidzar mungkin punya niat baik dengan ingin membangun karakternya sendiri. Namun, di industri yang mengandalkan kepercayaan dan loyalitas penonton, attitude yang buruk bisa jadi bumerang yang merugikan banyak pihak. Film yang seharusnya bisa sukses malah tenggelam, dan semuanya terjadi bukan karena ceritanya jelek, tapi karena satu orang nggak bisa menjaga ucapannya. Sayang sekali. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak