Dari Joget Viral hingga Krisis Mental: Bagaimana Dampak TikTok pada Kesehatan Mental Generasi Muda?

Hikmawan Firdaus | Budi Prathama
Dari Joget Viral hingga Krisis Mental: Bagaimana Dampak TikTok pada Kesehatan Mental Generasi Muda?
Ilustrasi aplikasi TikTok. (Pixabay/iXimus)

Dunia ini panggung sandiwara, seperti yang diungkapkan oleh tokoh terkenal William Shakespeare. Hingga penggalan kata tersebut juga populer di Indonesia berkat lagu “Dunia Ini Panggung Sandiwara”, yang dinyanyikan oleh Ahmad Albar.

Nah, kalau dunia TikTok, panggungnya adalah algoritma, dan pemainnya adalah generasi muda. TikTok yang awalnya hanyalah tempat berjoget ria dan pamer bakat, namun kini sudah berevolusi menjadi semesta alternatif bagi generasi muda.

Bagaimana tidak? TikTok hari ini sudah menjadi konsumsi hari-hari generasi muda, bahkan menjadi tempat menuangkan berbagai ekspresi secara bebas. Tak terkecuali hingga berakhir pada konten-konten yang viral.

Aplikasi TikTok banyak yang menormalisasi sebagai konten joget-joget, kini menjadi hal lumrah terjadi hingga tak sedikit generasi muda ikut tren meramaikan konten joget-joget di aplikasi TikTok.

Memang ini tak bisa dielakkan, dan bahkan ini bagian dari dinamika perkembangan TikTok yang mengikuti zaman.

Lantas, bagaimana jadinya konten joget viral mempengaruhi kesehatan jiwa generasi muda?

Generasi ‘Nunduk’ dan Joget ‘Nggak Ada Obat’

Bayangkan, hari ini kita bisa saksikan, mungkin tak semua tapi ada begitu banyak, saat pagi-pagi generasi muda tidak lagi membaca buku atau koran, tetapi joget-joget yang diiringi lagu viral di TikTok.

Memang, sekilas tampak asyik dan menghibur, tapi kalau kita perhatikan secara saksama, mereka justru tampak seperti robot yang dikendalikan oleh algoritma TikTok. Mereka dengan keasyikan berjoget dan fokus pada layar ponsel mereka.

Fenomena ini bagaikan candu, sekali mencoba, sukar untuk berhenti. Generasi muda seakan menjadi generasi ‘Nunduk’, di mana mereka lebih asyik dengan dunia maya ketimbang dunia nyata.

Mereka lebih peduli dengan jumlah ‘like’ dan ‘followers’ ketimbang prestasi di sekolah atau hubungan sosialnya kepada masyarakat.

Filter Cantik dan 'Body Goals' yang Bikin Nangis

Kecanggihan TikTok semakin digemari generasi muda dengan adanya fitur-fitur menarik. Fitur cantik yang bisa mengubah wajah dan tubuh menjadi semakin menawan tampak di layar ponsel.

Akan tetapi, filter ini juga ternyata bisa jadi bumerang. Generasi muda jadi terobsesi dengan ‘body goals’ yang sebenarnya tidak riil. Mereka jadi tidak percaya diri dengan penampilan sendiri, dan merasa kurang cantik tampil di dunia nyata dengan adanya perbandingan filter kecantikan di TikTok. Alhasil, muncul krisis kepercayaan, hingga depresi.

Belum lagi, konten-konten pamer kekayaan dan gaya hidup sering kali muncul di TikTok. Generasi muda yang melihatnya bisa saja menjadi iri dan tidak puas dengan hidupnya sendiri.

Alhasil, mereka malah lupa bersyukur dan selalu ingin mengejar apa yang belum mereka miliki demi bisa menyamakan diri dengan orang-orang yang pamer di TikTok.

FOMO dan 'Fear of Missing Out' yang Bikin Stres

TikTok juga bisa memicu FOMO atau 'Fear of Missing Out'. Generasi muda takut ketinggalan tren, dan bahkan takut dianggap tidak gaul. Mereka berjam-jam scroll TikTok hingga larut malam, sampai-sampai lupa istirahat, kurang tidur, dan melalaikan pada hal-hal yang penting.

FOMO bisa memicu stress dan kecemasan. Merasa tertekan untuk selalu tampil seperti tren yang ada di TikTok, mereka takut dinilai jelek atau tidak gaul oleh teman-temannya.

Lantas, apa solusinya?

Tentu, TikTok tidak sepenuhnya negatif. TikTok bisa menjadi produk konten positif dan menginspirasi. Sebagai generasi muda, kita harus bisa menjadi pengguna TikTok yang bijak. Jangan sampai malah diperbudak olehnya.

Kita harus bisa sadar bahwa dunia nyata lebih penting ketimbang dunia maya. Kesehatan mental harus menjadi perhatian utama, jangan sampai joget viral di TikTok berujung pada krisis kesehatan mental.

Mari gunakan TikTok sebagai sarana berekspresi dan berkreasi secara positif, bukan sebagai ajang untuk mendapatkan pengakuan. Tetaplah menjadi diri sendiri dan jadilah pengguna TikTok yang bijak.

Yuk, Joget yang Sehat

Joget di TikTok merupakah hal wajar, asalkan tidak berlebihan. Jangan sampai malah lupa waktu, lupa belajar, dan lupa berinteraksi dengan orang-orang terdekat.

Yan lebih penting lagi, aksi joget viral di TikTok harus dalam landasan etika dan moral, jangan sampai hanya karena mau konten viral malah membuat aksi-aksi joget-joget yang kelewat batas.

Mari joget yang sehat, joget yang membuat bahagia, bukan joget yang mengakibatkan stress dan kontroversial. Tetaplah menjadi pengguna TikTok yang bijak, mari sebarkan konten-konten yang edukatif dan menginspirasi untuk hal-hal yang positif.

Dengan begitu, TikTok tidak lagi menjadi ancaman kesehatan mental bagi generasi muda, tetapi menjadi medium yang bermanfaat bagi semua.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak