Menggali Makna Me Time, Tantangan dan Strategi Ibu Bekerja di Indonesia

Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Menggali Makna Me Time, Tantangan dan Strategi Ibu Bekerja di Indonesia
Ilustrasi me time (pexels/Keenan Constance)

Dalam masyarakat modern yang semakin kompleks, konsep me time atau waktu untuk diri sendiri menjadi isu yang semakin penting, khususnya di kalangan ibu bekerja. Istilah ini merujuk pada waktu yang dipergunakan seseorang untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, menenangkan, dan memberikan kepuasan pribadi tanpa gangguan dari tuntutan pekerjaan, keluarga, atau interaksi sosial lainnya. Namun, bagi banyak ibu bekerja di Indonesia, mencari waktu untuk diri sendiri adalah hal yang penuh tantangan, mengingat beban ganda yang mereka hadapi baik di rumah maupun di tempat kerja. Dalam Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology (2024), sebuah studi yang dilakukan oleh Yohana Alverina, Yuliana Hanami, dan Fitri Ariyanti Abidin berusaha mengeksplorasi bagaimana ibu bekerja di Indonesia memaknai dan mengelola waktu pribadi mereka.

Studi ini berfokus pada pemahaman tentang bagaimana ibu bekerja mengalokasikan waktu untuk diri mereka sendiri di berbagai fase kehidupan, yaitu sebelum menikah, setelah menikah, dan setelah memiliki anak. Penelitian ini mengambil pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap tiga ibu yang bekerja penuh waktu, masing-masing berusia 28, 30, dan 36 tahun. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran yang sangat penting tentang bagaimana ibu bekerja memaknai me time, mengapa hal ini menjadi penting bagi kesejahteraan mereka, dan apa saja hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapainya.

Me Time: Sebuah Konsep yang Signifikan

Konsep me time, yang juga dikenal dengan istilah "independent leisure" atau waktu luang yang independen, memiliki makna yang cukup dalam dalam konteks ibu bekerja. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa me time sangatlah signifikan bagi ibu bekerja karena memberikan kesempatan untuk meremajakan fisik dan mental mereka. Mengingat peran ganda yang mereka jalani—baik sebagai ibu, istri, maupun pekerja—me time menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan emosional dan fisik. Pada banyak kasus, ibu bekerja harus mengatur waktu dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa semua kewajiban mereka sebagai pekerja dan ibu dapat terpenuhi. Dalam konteks ini, me time bukan sekadar waktu untuk bersantai, melainkan sebuah cara untuk menyegarkan diri agar dapat kembali menjalankan peran-peran tersebut dengan lebih baik.

Namun, meskipun me time diakui sebagai hal yang penting, kenyataannya banyak ibu bekerja yang merasa kesulitan untuk mendapatkannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa bagi ibu bekerja, me time sering kali dipandang sebagai kebutuhan sekunder yang harus diprioritaskan setelah memenuhi kebutuhan keluarga dan pekerjaan. Banyak ibu yang merasa bersalah jika mereka menghabiskan waktu untuk diri sendiri, karena dalam budaya Indonesia yang kental dengan nilai kolektivisme, tanggung jawab terhadap keluarga sering kali dianggap lebih utama daripada kepentingan pribadi.

Hambatan dalam Mengakses Me Time

Salah satu temuan utama dalam penelitian ini adalah banyaknya hambatan yang dihadapi oleh ibu bekerja dalam mengalokasikan me time. Hambatan pertama yang paling sering diidentifikasi adalah keterbatasan waktu. Bagi ibu bekerja, hari-hari mereka dipenuhi dengan rutinitas yang padat, mulai dari pekerjaan di kantor hingga tugas-tugas rumah tangga yang tak ada habisnya. Banyak ibu merasa tidak memiliki cukup waktu untuk diri mereka sendiri karena mereka harus memenuhi berbagai peran, baik sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga. Rutinitas yang padat ini membuat mereka kesulitan untuk menyisihkan waktu pribadi yang tidak terikat dengan pekerjaan atau urusan keluarga.

Selain itu, faktor sosial dan budaya juga menjadi hambatan signifikan dalam pencarian me time. Dalam banyak kasus, ibu bekerja di Indonesia merasa tertekan oleh harapan sosial yang tinggi, terutama mengenai peran mereka sebagai ibu. Tanggung jawab untuk merawat anak dan menjaga keharmonisan rumah tangga sering kali dianggap lebih penting daripada kebutuhan pribadi. Sebagai hasilnya, ibu bekerja sering kali mengabaikan kebutuhan diri mereka sendiri demi memastikan bahwa mereka memenuhi peran yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat.

Faktor lainnya adalah rasa bersalah yang sering muncul ketika ibu bekerja mengambil waktu untuk diri sendiri. Banyak ibu merasa bahwa mereka seharusnya selalu ada untuk anak-anak mereka, dan jika mereka menghabiskan waktu untuk diri sendiri, mereka merasa telah mengabaikan kewajiban sebagai ibu. Rasa bersalah ini seringkali menjadi penghalang besar dalam upaya mereka untuk mengalokasikan waktu pribadi yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesejahteraan mental dan emosional mereka.

Beragam Interpretasi tentang Me Time

Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah adanya berbagai interpretasi tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan me time. Meskipun istilah me time secara umum diartikan sebagai waktu yang digunakan untuk kegiatan pribadi yang memberikan kepuasan atau relaksasi, ibu bekerja dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan waktu untuk diri sendiri. Bagi sebagian ibu, me time dapat berupa kegiatan yang sangat sederhana seperti menikmati secangkir kopi atau membaca buku. Bagi yang lain, me time bisa berarti berolahraga, berjalan-jalan, atau melakukan aktivitas sosial yang menyenangkan tanpa ada gangguan dari pekerjaan atau keluarga.

Namun, meskipun ada beragam interpretasi tentang me time, ada kesamaan dalam pemahaman bahwa me time adalah waktu yang sangat penting untuk merawat diri sendiri. Dalam studi ini, ibu bekerja menyatakan bahwa meskipun mereka sangat sibuk, mereka akan merasa jauh lebih baik dan lebih produktif ketika mereka memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, bahkan jika itu hanya dalam jumlah yang kecil. Kegiatan yang mereka pilih selama me time ini, meskipun berbeda-beda, semuanya memberikan rasa kepuasan pribadi dan membantu mereka untuk mengurangi stres.

Dampak dari Kurangnya Me Time

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kurangnya waktu untuk diri sendiri dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap kesejahteraan ibu bekerja. Banyak ibu yang merasa bahwa mereka cepat lelah, baik secara fisik maupun mental, ketika mereka tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat dan meremajakan diri. Mereka mengungkapkan bahwa jika mereka tidak mengalokasikan me time, mereka merasa lebih cemas, mudah tersinggung, dan lebih sulit untuk fokus dalam menjalankan pekerjaan maupun peran sebagai ibu. Dampak ini semakin parah ketika ibu merasa tertekan oleh tuntutan yang tidak terputus dari pekerjaan dan keluarga.

Di sisi lain, banyak ibu yang melaporkan bahwa ketika mereka dapat menemukan waktu untuk diri mereka sendiri, mereka merasa jauh lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Me time memberikan mereka ruang untuk merefleksikan diri, menyegarkan pikiran, dan mengurangi stres, yang pada akhirnya membuat mereka lebih mampu untuk menjalankan peran mereka sebagai ibu, istri, dan pekerja dengan lebih baik. Ini menunjukkan bahwa me time bukan hanya sekadar kebutuhan pribadi, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap kemampuan ibu untuk berfungsi secara optimal dalam berbagai peran yang mereka jalani.

Strategi Koping dalam Mengelola Me Time

Dalam menghadapi keterbatasan waktu dan berbagai hambatan yang ada, ibu bekerja menunjukkan sejumlah strategi koping yang kreatif dan adaptif. Salah satu strategi utama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kemampuan ibu untuk merencanakan waktu mereka dengan sangat cermat. Beberapa ibu bekerja melaporkan bahwa mereka harus benar-benar mengatur jadwal harian mereka agar dapat menyisihkan waktu untuk diri sendiri. Hal ini termasuk membuat jadwal rutin untuk aktivitas pribadi yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, misalnya ketika anak-anak tidur atau ketika ada waktu luang di akhir pekan.

Selain itu, banyak ibu yang mencari dukungan dari pasangan mereka dalam mengatur waktu untuk diri sendiri. Pembagian tugas rumah tangga yang adil dan saling mendukung antara suami dan istri menjadi kunci untuk memberi kesempatan kepada ibu untuk mendapatkan waktu pribadi. Beberapa ibu bekerja juga melaporkan bahwa mereka mengatur waktu mereka dengan cara yang fleksibel, seperti mencari waktu singkat untuk beristirahat di tengah kesibukan pekerjaan atau mengatur kegiatan me time yang tidak memerlukan waktu lama, seperti meditasi singkat atau menikmati waktu sendirian di luar rumah.

Peran Budaya dalam Menentukan Me Time

Salah satu aspek yang sangat penting dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya Indonesia mempengaruhi pemahaman dan praktik me time bagi ibu bekerja. Indonesia sebagai masyarakat kolektivis menempatkan nilai-nilai keluarga di atas kepentingan pribadi. Dalam budaya ini, ibu sering kali dianggap sebagai pusat dari kehidupan keluarga, dan peran mereka sebagai ibu yang penuh perhatian dan bertanggung jawab menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, ibu bekerja sering merasa tertekan untuk selalu mengutamakan keluarga dan pekerjaan, sementara kebutuhan pribadi mereka cenderung terabaikan.

Namun, meskipun terdapat tekanan budaya yang kuat, penelitian ini menunjukkan bahwa ibu bekerja mulai menyadari pentingnya me time untuk kesejahteraan mereka. Dalam konteks ini, me time bukan hanya sekadar kebutuhan pribadi, tetapi juga merupakan cara untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga. Me time memungkinkan ibu untuk meremajakan diri, mengurangi stres, dan memperbaiki kualitas hubungan mereka dengan keluarga, sehingga mereka dapat menjadi lebih efektif dalam peran mereka sebagai ibu dan pekerja.

Penelitian ini memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana ibu bekerja di Indonesia memaknai dan mengelola me time. Meskipun me time sangat penting untuk kesejahteraan ibu, kenyataannya banyak ibu bekerja yang kesulitan untuk menemukan waktu untuk diri mereka sendiri. Hambatan utama yang mereka hadapi adalah keterbatasan waktu dan tekanan sosial yang mengharuskan mereka untuk mengutamakan keluarga dan pekerjaan. Namun, meskipun menghadapi berbagai hambatan, banyak ibu yang mampu mengembangkan strategi koping yang efektif untuk menemukan waktu bagi diri mereka sendiri, meskipun dalam waktu yang terbatas.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam budaya Indonesia yang mengutamakan nilai-nilai kolektivisme, me time bukan hanya tentang kebutuhan pribadi, tetapi juga berhubungan dengan upaya menjaga keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan ibu bekerja untuk memiliki waktu pribadi yang dapat membantu mereka menjaga keseimbangan dalam kehidupan mereka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak