Fenomena Pengalihan Isu: Senjata Rahasia Elite Politik untuk Lolos dari Kontrol Publik?

Hayuning Ratri Hapsari | inaya khoir
Fenomena Pengalihan Isu: Senjata Rahasia Elite Politik untuk Lolos dari Kontrol Publik?
Ilustrasi terdistraksi oleh pengalihan isu (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pengalihan isu merupakan fenomena sosial yang kian hari terasa kian memuakkan. Bagaimana tidak? Segala isu-isu penting yang menyangkut hajat hidup suatu negara, dapat dengan mudah dikaburkan oleh fenomena pengalihan isu.

Pengalihan isu memang bukanlah fenomena baru. Namun, di era digital dan media sosial seperti saat ini, fenomena pengalihan isu menjadi makin masif bahkan terkadang makin tidak terkendali.

Pengalihan isu sengaja dilakukan sebagai strategi untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari isu utama yang memiliki dampak besar, menuju isu lain yang cenderung sensasional namun kurang substansial. Sebutlah contoh menutupi isu mega-korupsi dengan isu perselingkuhan artis.

Salah satu tujuan besar dari pengalihan isu adalah mengendalikan opini publik. Di tengah derasnya arus media sosial, opini publik sangat berpengaruh terhadap jalannya peta kebijakan.

Ketika suatu isu krusial yang menyangkut hidup orang banyak ataupun sebuah bangsa, seperti kasus korupsi, pelanggaran HAM, hingga kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat, mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat luas, maka muncullah isu lain yang tidak tahu urgensinya apa tapi tiba-tiba menjadi viral.

Strategi ini kemudian mengaburkan fokus masyarakat terhadap hal-hal yang seharusnya mendapatkan lebih banyak porsi perhatian dan dikritisi secara mendalam.

Dalam praktiknya, fenomena pengalihan isu kerap dilakukan melalui berbagai macam cara, mulai dari memanfaatkan media massa hingga memanfaatkan pernyataan tokoh publik yang dianggap kontroversial.

Sebagai negara dengan jumlah pengguna aktif internet yang cukup besar, media dan media sosial menjadi tonggak sentral dalam membentuk opini publik. Media terutama media sosial menjadi sangat rentan dijadikan alat untuk menggiring narasi.

Masyarakat yang tingkat literasi digitalnya rendah dan kurang kritis terhadap segala jenis informasi, sering kali terjebak dalam isu-isu permukaan, sehingga melupakan isu-isu substansial dari permasalahan yang lebih besar.

Dampak dari fenomena pengalihan isu tentu akan sangat membahayakan. Ketika fokus publik terhadap isu-isu besar dan substansial terpecah, proses kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah pun menjadi lemah.

Seperti yang sudah-sudah, pemerintah dan para elite politik pun dapat melenggang dengan segala kebijakan yang tidak masuk akal tanpa pengawasan dan partisipasi publik.

Lebih mengkhawatirkan lagi, belakangan fenomena pengalihan isu ini kerap kali dirancang secara sistematis. Bukan lagi sekadar respons spontan dari publik, melainkan bagian dari agenda politik yang dirancang secara matang.

Mulai dari memunculkan skandal-skandal selebritas secara tiba-tiba, penyebaran berita-berita viral, hingga framing di media masa yang sengaja diarahkan untuk meminimalisasi eksposur terhadap isu-isu besar yang lebih substansial.

Meski pola pengalihan isu ini sudah sangat dikenal oleh publik, akan tetapi masifnya pemberitaan, baik di arus media utama maupun media sosial, tetap mampu menutupi isu-isu besar yang sebenarnya sangat membutuhkan kontrol publik.

Pola pengalihan isu yang telah dirancang secara sistematis tersebut pun kemudian diperparah oleh algoritma media sosial yang lebih mengutamakan keterlibatan emosional dibandingkan kedalaman substansi isu yang diberitakan.

Algoritma media sosial pada dasarnya dirancang untuk mempertahankan perhatian publik selama mungkin. Maka, konten-konten yang menimbulkan reaksi emosional akan lebih sering muncul dan disebarluaskan dibandingkan dengan konten-konten yang memuat analisis mendalam atau laporan investigasi atas isu-isu besar.

Akibatnya, isu-isu yang viral dan mendapatkan atensi publik secara luas bukanlah isu-isu yang penting dan substantif, melainkan isu yang paling mengena secara emosi.

Butuh kesadaran kolektif untuk melawan fenomena pengalihan isu ini. Publik harus lebih kritis dalam membedakan isu penting yang layak untuk mendapatkan kontrol publik dan isu pengalihan yang hanya  menjadi distraksi.

Kesadaran dan kemampuan ini memang tidak bisa lahir secara instan. Sadar terhadap segala bentuk pengalihan isu harus dilatih secara terus-menerus melalui pendidikan literasi media, diskusi publik, dan dorongan untuk selalu melatih refleksi kritis.

Selain itu, peran media independen dan jurnalisme investigatif juga sangat krusial untuk mengangkat fakta-fakta yang relevan dan berdampak besar bagi publik secara luas. Di tengah gempuran isu-isu viral, media independen hadir sebagai penyeimbang narasi sekaligus sebagai ruang perlawanan terhadap dominasi isu-isu pengalihan.

Belakangan fenomena pengalihan isu bukan lagi hanya sekadar manipulasi informasi, melainkan juga bentuk kekerasan simbolik yang berupaya membungkam kesadaran kritis publik terhadap kebijakan-kebijakan elite politik.

Jika dibiarkan terus-menerus, fenomena pengalihan isu ini dapat menggerus kualitas demokrasi dan melemahkan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan kebijakan yang menyangkut hajat hidup mereka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak