Bukan Hanya Sekadar Penanda Halaman: Makna Bookmark Bagi Pencinta Buku

Hayuning Ratri Hapsari | Ruslan Abdul Munir
Bukan Hanya Sekadar Penanda Halaman: Makna Bookmark Bagi Pencinta Buku
Ilustrasi DIY bookmark dari bunga kering (TikTok/@by.asmaralokaa)

Dalam dunia membaca, tidak semua hal besar datang dari hal yang besar pula. Ada elemen-elemen kecil yang justru menyimpan makna mendalam, salah satunya adalah bookmark.

Sekilas, bookmark mungkin terlihat sebagai benda remeh, secarik kertas, atau bahkan sobekan tiket yang diselipkan di antara halaman buku.

Namun bagi sebagian pembaca, bookmark adalah bagian dari pengalaman membaca itu sendiri. Maka tak jarang banyak dari pembaca buku yang menggunakan bookmark yang unik bahkan dengan membuatnya dengan cara DIY (Do It Your Self).

Sebagian besar dari kita mungkin pernah menggunakan apa saja yang tersedia untuk menandai halaman kartu ATM lama, nota belanja, selembar uang, hingga daun kering.

Hal ini menunjukkan bahwa bookmark bukan hanya soal fungsi, tapi juga emosi dan spontanitas dari setiap pembacanya. Bahkan ada orang-orang yang menyimpan bookmark tertentu hanya untuk buku-buku tertentu, seolah keduanya punya hubungan khusus yang tak bisa dipisahkan.

Menariknya, bookmark bisa menjadi cerminan karakter pembacanya lho. Mereka yang kreatif dan menyukai estetika mungkin memilih pembatas buku yang dibuat sendiri dengan desain yang elegan.

Biasanya para pembaca yang memiliki kreativitas tinggi, tak tanggung-tanggung untuk membuat bookmark sendiri dengan cara dilukis, atau bahkan menggunakan kain dengan cara dirajut menjadi sebuah bookmark yang estetik.

Selain itu ada juga yang memanfaatkan dedaunan atau bunga-bunga kering yang ditata dan disusun sedemikian rupa menjadi sebuah bookmark yang elegan dan menarik.

Sementara mereka yang sentimental biasanya akan menyimpan selembar surat lama atau mungkin tiket bioskop sebagai penanda halaman, menjadikan membaca sebagai pengalaman yang penuh dengan kenangan.

Namun, kemungkinan ada juga pembaca yang tidak memerlukan bookmark saat menandai halaman buku saat membaca, melainkan dengan cara melipat buku.

Tetapi bagi para pencinta buku sejati, cara tersebut sangat tidak direkomendasikan. Selain akan menimbulkan lipatan pada kertas, melipat buku juga akan membuat buku cepat mudah rusak.

Di sisi lain, keberadaan bookmark juga bisa menjadi bagian dari ritual saat membaca. Saat membuka halaman yang terakhir dibaca dan menemukan penanda di sana, ada semacam sensasi disambut kembali oleh cerita yang sempat ditinggalkan.

Bookmark menjembatani waktu dan suasana hati, mengingatkan bahwa halaman itu pernah menjadi tempat kita berlabuh, bahkan hanya untuk sementara.

Lebih dari itu, bookmark juga bisa menjadi medium ekspresi diri. Tidak sedikit pembaca yang mengoleksi bookmark dari buku yang ia beli, hingga bookmark yang ia buat sendiri.

Ada bookmark dengan kutipan favorit, ilustrasi karakter buku, bahkan ada bookmark dengan berbagai macam bentuk dan karakter. Semua itu menunjukkan bahwa pengalaman membaca tak hanya soal teks, tapi juga hal-hal kecil yang melengkapinya.

Di era digital, mungkin bookmark dalam bentuk fisik mulai tersaingi oleh fitur highlight dan save page pada e-book reader. Tapi tetap saja, sensasi memegang lembaran kecil dan menyelipkannya di halaman buku tak akan pernah bisa tergantikan.

Bookmark hadir bukan hanya sebagai alat pembatas saja, tapi juga sebagai bagian dari perjalanan emosional bersama buku itu sendiri.

Jadi, jangan remehkan bookmark bagi seorang pembaca ya. Ia adalah pengingat, teman setia, sekaligus potongan kecil dari kehidupan dan perjalanan membaca seseorang.

Dan siapa tahu, bookmark yang kamu pakai entah itu kartu lawas atau sobekan tiket bioskop, atau selembar uang suatu hari akan membawamu mengenang bukan hanya cerita di dalam buku, tapi juga cerita hidupmu saat membacanya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak