Matcha, Labubu, dan Buku Feminist: Saat Cowok Jadi Performative Male

Hayuning Ratri Hapsari | Ancilla Vinta Nugraha
Matcha, Labubu, dan Buku Feminist: Saat Cowok Jadi Performative Male
Ilustrasi Starter Pack sebagai Performative Male (Pitchfork, Amazon.com, Pop Mart, Canva)

Akhir-akhir ini istilah performative male jadi sorotan di media sosial terutama di TikTok. Fenomena ini merujuk pada cowok yang berusaha untuk suka hal-hal yang identik dengan cewek. 

Beberapa starter packnya adalah tiba-tiba menyukai minuman matcha, menggantungkan Labubu atau bagcharm boneka lainnya di tote bag, headset kabel yang dilengkapi dengan playlist Clairo atau Lana Del Rey, serta membaca buku-buku feminis. 

Fenomena ini awalnya muncul sebagai tren parodi. Anak-anak muda bikin konten “cosplay” jadi performative male, lengkap dengan gaya yang khas dengan starter packnya. Parodi itu justru cepat viral dan bikin beberapa orang terhibur, terutama buat mereka yang sering ketemu tipe cowok kayak gini di kehidupan nyata.

Namun, seiring populernya tren ini, diskusi pun melebar. Ada yang menganggap performative male cuma bentuk pencitraan demi validasi perempuan. Ada juga yang melihatnya sebagai gaya flirting untuk menampilkan diri seakan punya kesamaan minat dengan gebetan. 

Di sisi lain, sebagian netizen menganggap tren ini nggak berbahaya sama sekali. Justru dianggap lucu-lucuan dan cara baru anak muda bereksperimen dengan identitas sosialnya. 

Fenomena performative male juga nggak lepas dari candaan khas Gen Z di media sosial. Umumnya formatnya sederhana dengan membuat video yang menampilkan “starter pack” serta dilengkapi dengan lagu-lagu yang identik dengan perempuan agar terlihat relatable

Lucunya lagi, bahkan di beberapa negara mengadakan ajang untuk melakukan cosplay sebagai performative male, termasuk di Indonesia. Kompetisi ini tentunya dihadiri oleh sejumlah laki-laki dengan starter pack sebagai performative male

Jika dilihat lebih dalam, fenomena ini pada akhirnya nggak cuma berhenti di level hiburan. Popularitas performative male juga membuka obrolan yang lebih luas tentang bagaimana Gen Z memandang maskulinitas

Fenomena ini melihat adanya sedikit pergeseran stereotip terhadap maskulinitas. Kalau dulu citra cowok sering dilekatkan pada hal-hal yang macho, tegas, atau dominan, kini muncul versi lain: cowok yang justru dianggap menarik ketika terlihat lembut, peka, dan punya minat yang sama dengan perempuan.

Selain itu, hal seperti ini juga dapat dikategorikan sebagai wujud dari female gaze. Mengutip dari Arti Kata, Wardani mengungkapkan bahwa female gaze merupakan pandangan objek visual dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang perempuan. 

Dalam konteks performative male, cowok yang suka matcha, mendengarkan Clairo, atau membaca buku feminis bisa dipandang sebagai bentuk respons terhadap female gaze. Mereka mencoba menampilkan diri sesuai dengan apa yang diyakini akan menarik perhatian perempuan. 

Walau kadang fenomena performative male ini dilakukan dengan nada bercanda, hal ini menunjukkan adanya kesadaran baru bahwa validasi perempuan punya peran besar dalam membentuk gaya dan identitas sosial laki-laki muda. 

Di sisi lain, fenomena performative male juga menunjukkan bagaimana budaya internet mampu membentuk tren identitas baru. Cukup dengan starter pack ala TikTok seseorang bisa langsung diasosiasikan dengan label tertentu.

Fenomena performative male pada akhirnya memberi cermin bagaimana Gen Z membongkar dan merakit ulang konsep maskulinitas. Alih-alih terjebak pada citra laki-laki tradisional yang kaku dan hegemonik, mereka justru membuka ruang bagi maskulinitas yang lentur, cair, dan bisa dinegosiasikan. 

Jadi, entah performative male mau dianggap tren kocak, gaya flirting baru, atau sekadar pencitraan biar kelihatan menarik. Toh, nggak ada salahnya juga kalau cowok-cowok sekarang ikutan suka matcha, bawa Labubu, atau baca buku feminis. Siapa tahu dari “starter pack” receh ini lahir obrolan lebih serius soal bagaimana cara jadi laki-laki di zaman sekarang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak