Kebaya dan senyum hangat yang khas menjadi satu bahasa bagi Miss Raminten di Malioboro. Di dalamnya, keramahan dan kehangatan bersatu dalam balutan kehangatan melayani pelanggan.
Melalui salah satu unggahan di akun TikTok @ramintenmalioboro, pada Rabu (30/10/2025) terlihat salah satu pelayan yang disebut sebagai “Miss Raminten.” Menariknya, penampilan Miss Raminten merupakan laki-laki yang mengenakan kebaya, lengkap dengan sanggul dan riasan halusnya yang memukau.
Dalam unggahan video tersebut, terlihat sang Miss Raminten tengah melayani pelanggan dengan penuh kelembutan. Sapaan dengan bahasa Jawa yang khas, melambangkan ciri khas dari restoran tersebut. “Monggo sugeng rawuh, selamat datang silahkan,” tuturnya dengan nada lembut.
Setiap gerakan Miss Raminten terasa penuh perhatian, dari cara ia menerima pesanan hingga menyapa pelanggan dengan lembut. Tak perlu kata-kata berlebihan, senyum yang sederhana serta welas asih sudah cukup untuk membuat siapa pun merasa diterima.
Pasalnya welas asih sendiri merupakan suatu nilai yang dipegang teguh oleh seisi wilayah Raminten. Melalui keterangan di akun TikTok tertulis “Pelanggan bukan hanya datang — tapi rawuh dengan penuh welas asih.”
Dalam bahasa Jawa, kata “welas asih” sendiri memiliki arti “belas kasih.” Nilai welas asih ini tentunya juga merujuk pada perilaku dan kemampuan orang Jawa.
Mengutip dari jurnal berjudul Welas Asih: Konsep Compassion dalam Kehidupan Masyarakat Jawa oleh Dwi Hardani Oktawirawan dan Taufik Akbar Rizqi Yunanto (2020), welas asih dalam tradisi Jawa merujuk pada kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, atau yang dikenal sebagai nepakake awake dewe.
Kemampuan ini tidak sekadar empati pasif, tetapi mampu memunculkan dorongan untuk menolong dan membantu sesama, sebagaimana dijelaskan Endraswara (2013). Dengan kata lain, welas asih bukan hanya perasaan, tetapi tindakan yang lahir dari kesadaran akan pengalaman orang lain.
Fenomena ini bukanlah hal yang jarang ditemui di salah satu restoran Raminten, tepatnya di Malioboro. Suatu tempat yang biasanya dipenuhi oleh massa dari berbagai daerah.
Namun, begitu melangkah masuk ke restoran ini, keramaian itu terasa tersaring oleh suasana hangat yang diciptakan oleh Miss Raminten dan seluruh stafnya. Berbalut dengan kebaya yang anggun dan sapaan yang tulus menjadikan setiap pelanggan merasa seolah mereka bukan sekadar tamu, tetapi bagian dari sebuah pengalaman penuh kehangatan.
Di sinilah nilai welas asih terasa hidup, pelayanan yang hangat ini menjadi jembatan antara tradisi dan kehangatan universal, memadukan filosofi Jawa dengan pengalaman nyata yang bisa dirasakan siapa pun.
Kehadiran Miss Raminten menunjukkan bahwa keramahan erhadap orang lain bukanlah hal yang sepele. Dalam setiap senyum dan sapaan, terselip pengingat halus tentang pentingnya memperhatikan orang lain, sebuah praktik welas asih yang bukan hanya nilai budaya, tapi juga cara menghadirkan kenyamanan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.